Friday, February 19, 2010

Ketidakcukupan diet dan bahan makanan diantara anak-anak Hispanis: faktor-faktor akulturasi dan sosial ekonomi dalam survei NHNES ke-3.

Pendahuluan
   
Suku, ras, jenis kelamin, pendidikan, dan pendapatan diusulkan sebagai dimensi-dimensi kunci yang mendasari disparitas dalam kesehatan. Di Amerika Serikat, status sosial ekonomi yang rendah terkait dengan kesehatan anak yang buruk, termasuk tinggi badan, berat badan, dan perkembangan. Para remaja yang hidup dalam rumah tangga yang berpendapatan rendah dua kali lebih mungkin mengalami berat badan berlebih atau kegemukan dibanding anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang berpendapatan lebih tinggi dan >4 kali lebih mungkin mengalami ketidaktahanan pangan. Keluarga-keluarga Hispanis memiliki pendapatan di bawah tingkat kemiskian jika dibandingkan dengan keluarga-keluarga kulit putih non-Hispanis. Kecenderungan keluarga Hispanis untuk menunjukkan lebih banyak diet bergizi meski status sosial mereka rendah telah menimbulkan dugaan tentang adanya proteksi berbasis budaya terhadap efek kesehatan berbahaya yang biasanya terkait dengan pendapatan rendah.

   
Akulturasi adalah sebuah proses jangka panjang selama mana individu-individu secara simultan belajar dan memodifikasi aspek-aspek tertentu dari nilai-nilai, norma-norma, dan perilaku mereka – termasuk diet dan gaya hidup. Dalam artikel ini akan diteliti tentang pengaruh akulturasi dan variabel-variabel sosioekonomi terhadap ketidakcukupan diet dan makanan dari rumah tangga dimana remaja Hispanis di Amerika hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan yang dimiliki akulturasi, sebagaimana diukur menurut penggunaan bahasa oleh orang tua, dan pendapatan dengan asupan gizi dan ketidakcukupan makanan diantara generasi muda Hispanis.

Subjek dan Metode
   
Data tentang 2985 anak-anak Hispanis yang berusia 4 – 16 tahun diperoleh dari survei NHNES (Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional) (1988-1994). Data asupan gizi diperoleh dari riwayat diet 24 jam terakhir. Analisis dikontrol untuk variabel demografi, sosial ekonomi, dan program. Analisis statistik dilakukan dengan SAS versi 8.0; uji-uji statistik dilakukan dengan WESVAR versi 4.0, dengan mempertimbangkan bobot dan sampling berkelompok yang terkait dengan desain sampel kompleks survei untuk perhitungan perkiraan varians. Bobot sampel dipertimbangkan dalam probabilitas diferensial pemilihan dan disesuaikan untuk nonrespon. Analisis varians one-way (ANOVA) digunakan untuk mengevaluasi hubungan bahasa dengan variabel-variabel hasil kontinyu dan selanjutnya hubungan PIR dengan variabel hasil.

Hasil
   
Penggunaan bahasa Spanyol secara eksklusif oleh orang tua terkait dalam analisis bivariat dengan perbedaan asupan energi, protein, natrium, dan folat dan dalam persentase energi dari lemak dan lemak jenuh. Jika faktor-faktor lain dikontrol, lebih sedikit akultutasi yang terkait dengan perbedaan asupan energi dan natrium dan denga perbedaan persentase energi dari lemak dan lemak jenuh. Individu-individu dari rumah tangga yang lebih buruk memiliki asupan energi, protein natrium dan beberapa mikronutrien yang lebih tinggi. Walaupun tidak signifikan untuk semua indikator ketidakcukupan makanan, namun pola-pola konsisten menunjukkan bahwa ketidakcukupan makanan rumah tangga berkurang seiring dengan berkurangnya akultuasi (rasio ganjol: 0,4; 95% CI: 0,2, 0,7 untuk ukuran makanan dewasa berkurang) dan meningkat seiring dengan pendapatan yang rendah [rasio ganjil: 5,9 (3,0, 11,7) untuk makanan yang tidak mencukupi dan 5,4 (2,2, 13,4) untuk ukuran makanan anak yang berkurang).

Pembahasan
   
Temuan kunci dalam analisis ini adalah bahwa akulturasi terbatas dapat memperbaiki hubungan negatif antara kemiskinan dan asupan gizi diantara anak-anak Hispanis. Penggunaan bahasa menjadi salah satu bagian penting dari berbagai perubahan yang memberikan kontribusi bagi akulturasi. Akulturasi melibatkan komunikasi multi-arah dari nilai, norma dan praktek. Penggunaan bahasa Spanyol oleh orang tua di rumah terkait dengan asupan makronutrien yang lebih rendah. Asupan diet dan ketidakcukupan makanan juga dibentuk oleh kekurangan sumber daya. Karakteristik sosial ekonomi rumah tangga adalah pertimbangan penting dalam mengatasi masalah-masalah ketidakcukupan diet dan makanan diantara anak-anak Hispanis. Rumah tangga yang berpendapatan lebih rendah berisiko lebih besar untuk mengalami ketidakcukupan pangan. Rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan, khususnya, memiliki pendapatan tahunan yang jauh lebih rendah dibanding rumah tangga Hispanis lainnya. Sejalan dengan penelitian sebelumya, anak-anak mudah pada rumah tangga Hispanis yang dikepalai oleh seorang perempuan berisiko lebih tinggi untuk mengalaim ketidakcukupan pangan.
   
Hasil yang dilaporkan pada penelitian ini mengindikasikan sebuah peranan penting untuk intervensi-intervensi yang spesifik secara kultural. Upaya kesehatan masyarakat dan pendidikan masalah diet yang mengatasi kebutuhan kesehatan berbeda dari segmen-segmen tertentu populasi target bisa bermanfaat. Para anak-anak yang memiliki orang tua dengan tingkat pendidikan rendah atau sedang memiliki persentase energi yang lebih tinggi dari lemak dan dari lemak jenuh ketika tingkat akulturasi dikontrol dalam analisis. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa pendidikan rendah, tanpa memperhitungkan faktor lain, terkait langsung dengan pilihan makanan yang lebih buruk. Sehingga, pendidikan gizi untuk orang tua Hispanis yang memiliki tingkat pendidikan rendah tampaknya penting untuk meningkatkan diet anak. Program-program inovatif bisa berfungsi sebagai sebuah model yang bermanfaat untuk mengubah lintasan menuju berat-badan-berlebih dan obsesitas diantara anak-anak minoritas dan keluarganya melalui perubahan diet dan aktivitas fisik. Disamping itu, diet yang sehat dari anak-aak yang tinggal dalam rumah tangga berpendapatan rendah bersama orang tua yang berbahasa Spanyol menyarankan diperlukannya penelitian kualitatif tentang proses komunikasi dan akulturasi serta jalur-jalurnya ke diet dan nutrisi.
   
Upaya-upaya penelitian yang dirancang untuk mengevaluasi program-program pendidikan kesehatan dalam setting sekolah akan didukung dengan pencurahan perhatian khusus terhadap proses akulturasi diantara anak-anak Hispanis. Makanan yang dimakan jauh dari rumah, termasuk makanan di sekolah, cenderung mengandung terlalu banyak lemak, lemak jenuh, dan natrium dan terlalu sedikit mengandung serat dan kalsium.
   
Upaya-upaya yang dilakukan dalam penelitian ini untuk menilai peranan integrasi sosial, sebagaimana diukur menurut durasi menetap kepala rumah tangga, kurang berhasil. Kita sulit mencari makna dari temuan bahwa penduduk jangka pendek memiliki asupan makronutrien yang lebih tinggi sedangkan penduduk jangka panjag memiliki diet dengan persentase energi yang lebih tinggi dari lemak. Menetap jangka pendek bisa disebabkan oleh dua hal yaitu kurangnya integrasi sosial (dengan konotasi negatif) atau mobilitas yang tinggi (dengan sebuah konotasi positif. Pegembangan tindakan-tindakan integrasi sosial yang lebih baik di masa mendatang akan membantu mengatasi isu ini. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih menjelaskan hubungan antara dukungan sosial dan dan ketahanan pangan diantara rumah tangga yang berpendapatan rendah.

Kesimpulan
   
Akulturasi dan kemiskinan memiliki peran dalam ketidakcukupan diet anak dan ketidakcukupan pangan rumah tangga. Pendidikan kesehatan masyarakat dan gizi yang spesifik secara kultural harus mengimbangi upaya-upaya untuk meningkatkan ketahanan finasial rumah-tangga yang berpendapatan rendah.

No comments:

Post a Comment

Hubungan Indonesia-Australia di Era Kevin Rudd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang     Pada tanggal 3 Desember 2007, pemimpin Partai Buruh, Kevin Rudd, dilantik sebagai Perdana Menter...