Monday, March 15, 2010

Face Bow

Face bow adalah sebuah alat mirip jangka-lengkung yang digunakan untuk mencatat hubungan antara rahang dengan aksis buka rahang dan untuk mengorientasikan cast pada hubungan yang sama ini dengan aksis buka dari artikulator. Disini penting untuk diperhatikan bahwa ini adalah sebuah hubungan antara rahang dengan aksis pergerakan, bukan sebuah hubungan anatomik antara rahang dan TMJ, kecuali apabila aksis pergerakan mungkin terjadi dekat dekat dengan TMJ. (Beberapa dokter dan teknisi juga mempertimbagkan face bow sebagai sebuah instrumen yang nyaman untuk mendukung cast sambil terpasang pada artikulator). Instrumen ini terdiri dari sebuah kerangka berbentuk U atau engsel yang cukup besar untuk membentang dari mulai daerah salah satu TMJ di sekitar bagian depan wajah (5 sampai 7,5 cm di depannya) sampai TMJ yang lain dan cukup lebar untuk menghindari kontak dengan sisi-sisi wajah. Bagian-bagian yang menyentuh kulit di dekat TMJ adalah batang-batang condyle, dan bagian yang menyentuh lingkar oklusi adalah garpu. Garpu menempel pada face bow dengan sebuah alat pengunci (yang juga berfungsi mendukung face bow, lingkar oklusi maxillary, dan cast maxillary sedangkan cast dipasang pada artikulator) (Gbr. 16-18). Garpu face bow dipasang pada lingkar oklusi maxillary, sehingga yang tercatat adalah sebuah hubungan sederhana antara rahang atas dan aksis aproksimat dari mulut rahang.
   
Beberapa face bow dirancang khusus agar langsung bisa dipasang pada auditory meatus eksternal. Tipe desain ini lebih mudah dimanipulasi secara klinis dibanding menahan batang condylar di atas aksis engsel sedangkan garpu diperkuat posisinya (Gambar 16-19). Sebuah jarak rata-rata dari auditory meatus eksternal ke sebuah aksis engsel telah dibuat pada desainface bow. Jarak ini diimbangi dalam artikulator dengan memberikan jumlah yang sama pada titik-titik pemasangan (Gambar 16-20).
   
Banyak keterangan dalam literatur yang menyebutkan bahwa sbeuah transfer face bow penting untuk memghindari kesalahan-kesalahan dalam oklusi gigi-tiruan akhir. Dan tentunya, kita juga mudah menemukan manfaat teoritis penggunaan sebuah face bow untuk mengorientasikan cast ke aksis engsel artikulator (Gbr 16-21). Akan tetapi, disini harus diingat bahwa kelebihan-kelebihan teoritis ini  terhadap penggunaan sebuah face bow mungkin tidak diperlukan untuk menghasilkan sebuah hasil akhir klinis yang lebih baik. Hasil salah satu dari beberapa penelitian sistematis yang dilakukan untuk membandingkan respon pasien terhadap variasi-variasi tehnik gigi-tiruan, gagal untuk menunjukkan adanya perbedaan signifkan antara sebah “tehnik kompleks” yang melibatkan lokasi aksis-engsel untuk sebuah transfer face bow dengan artikulator dan sebuah tehnik “standar”  tanpa face bow dan dengan pengganjalan (mounting) di titik sembarang. Hasil-hasil klinis yang serupa dengan gigi-tiruan yang dibuat oleh dua tehnik ditemukan pada penilaian ulang jangka pendek dan jangka panjang. Pengamatan mencakup evaluasi dokter-gigi terhadap oklusi, stabilitas gigi-tiruan, retensi, dan kondisi jaringan yang memuat gigi-tiruan, dengan kepuasan dan adaptasi pasien. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa keberhasilan perawatan gigi-tiruan melibatkan banyak faktor, dan penggunaan face bow bukanlah faktor yang esensial. Haisl-hasil ini telah didukung oleh berbagai temuan yang serupa dalam hal pembuatan alat-alat stabilisasi. Dokumentasi seperti ini dan pengalaman klinik yang ekstensif telah menyebabkan banyak dokter praktek yang berhenti menggunakan face bow. Juga terlihat jelas bahwa ketidaksempurnaan bisa terjadi baik tehnik kompleks maupun dengan tehnik standar. Setiap tipe face bow dan artikulator akan mengalami kesalahan dan hanya bisa mendekati kondisi dalam sistem pengunyahan pasien. Ini tentunya tidak menjadi alasan untuk tidak menggunakan tenik ini dan menemukan prinsip-prinsip konstruksi gigi tiruan. Sebagai konsekuensinya, kontrol klinis scrupulous dan penerimaan kebutuhan untuk penyesuaian diperlukan dengan metode apapun.
   
Argumen bahwa sebuah face bow cukup membantu dalam mendukung cast maxillary meskipun diganjal pada artikulator, bisa jadi ada benarnya. Akan tetapi, pengganjalan cast maxillary bisa dicapai pada titik sembarang dengan material pendukung yang nyaman dengan meluruskan bidang oklusal dari lingkar oklusi secara horizonal dan paralel dengan lengan artikulator.

Rekam Interoklusal
   
Hampir semua artikulator akan menerima sekurang-kurangnya beberapa rekam interoklusal. Sebuah rekam interoklusal memberikan sebuah ukuran dari satu hubungan posisional tunggal antara rahang bawah dengan rahang atas. Posisi bisa bisa terpusat, posisi inter-relasi maksimum, atau titik eksentris pada ekcursi protursif atau lateral. Walapun posisi hubungan sentris membentuk sebuah hubungan “statis” dari rahang, namun rekam protrusif dan lateral memungkinkan penyesuaian komponen-komponen artikulator untuk melakukan variasi-variasi pola pergerakan cast satu sama lain. Instrumen kemudian berinterpolasi antara rekam-rekam (dengan tingkat akurasi yang berbeda-beda) untuk memberikan sebuah represetasi range penih pergerakan rahang. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, rekam-rekam eksentris ini sangat bervariasi, sampai pada titik dimana nilai klinisnya belum ditunjukkan, dan dengan demikian dianggap tidak perlu untuk hasil-hasil yang dapat diterima secara klinis.

Rekam grafik
   
Kekurangan rekam interoklusal adalah dapat memberikan hubungan yang akurat atnara cast hanya pada posisi-posisi rahang dimana rekam tersebut diambil. Artikulator harus menginterpolasikan pergerakan antara titik-titik rekam. Karena pergerakan batas dari rahang biasanya melengkung, maka sebuah artikulator yang hanya diprogram dengan rekam interoklusal kemungkinan tidak akan akurat. Rekam grafik menangkap batas-batas melengkung ini, dan sebuah artikulator yang mampu melakukan pergerakan melengkung bisa diprogram untuk menerima rekam-rekam ini, sehingga menghaislkan reproduksi pergerakan rahang yang lebih akurat.
   
Akan tetapi, peroleh rekam akurat dari pasien memerlukan agar alat-alat penulisan grafik sangat pas dengan rahang. Ini tidak sulit karena ada gigi tapi sangat bermasalah ketika pasien tidak memiliki gigi dan perlekatan hanya bisa dilakukan melalui lingkar-lingkar oklusi. Rekam grafik tidak akurat sebagai sebuah hasil dan dengan demikian tidak memberikan kelebihan dibanding rekam interoklusal yang lebih arbiter. Kapabilitas ekstra dari sebuah artikulator yang akan mereproduksi pergerakan melengkung dengan demikian tidak berguna.

Tahap-tahap klinis

Maxilla. Face bow adalah instrumen yang membawa hubungan antara maxillae dan condyle dari pasien ke artikulator. Face bow arbiter ditempatkan pada wajah, dimana barang-barang condyle nya ditempatkan dekat dengand aerah aksis engsel, yang akan dekat dengan condyle.
   
Tahap pertama dalam proses ini adalah menandai lokasi aproksimat dari aksis engsel pada kulit pada masing-masing sisi wajah pasien. Salah satu metode yang paling sering direkomendasikan adalah memposisikan batang-batang condyle pada sebuah garis yang membentang mulai dari canthus luar dari mata sampai ke bagian tertinggi tragus pada telinga dan sekitar 13 mm pada bagian depan auditory meatus eksternal. Penempatan ini pada umumnya menempatkan batang dalam 5 mm pusat sebenarnya dari aksis buka rahang. Garis imajiner yang menggabungkan dua titik merupakan sebuah aksis engsel approksimat.
   
Lingkar oklusi dipangkas ke posisi yang akan ditempati oleh gigi sebagaimana disebutkan pada bab sebelumnya. Tahap kedua adalah memastikan agar lingkar oklusi (dengan garpu gigit yang terpasang) stabil dan beradaptasi kuat dengan daerah maxillary. Pasien bisa membantu menahan lingkar oklusi secara kuat yang didudukkan oleh gigitan terhadapnya dengan menggunakan lingkar oklusi mandibula. Gigitan ini atau posisi-posisi tertutup hanya digunakan untuk tujuan praktis yaitu menahan lingkar maxillary agar tetap duduk dengan kuat. Ini bukanlah sebuah rekam dengan hubungan interoklusal.
   
Pada tahap klinis yang terakhir, batang-batang condylar dar face bow diposisikan di atas tanda condylar, sehingga merekam aksis engsel approksimat (lihat Gambar 16-18). Pasien bisa membantu dengan menahan batang-batang condylar pada tempatnya sambil tenaga klinis mengunci garpu gigitan pada face bow. Ini akan mengunci hubungan antara maxillae dan aksis engsel approksimat melalui lingar oklusi, garpu gigitan, dan face bow. Hubungan ini bisa dimasukkan ke artikulator (Gambar 16-22).

Mandibula. Hubungan mandibula dengan aksis engsel artikulator dicapai secara tidak langsung dengan menghubungkan maxilla dengan mandibula. Pada pasien yang edentulous, hubungan ini dicatat dengan menggunakan sebuah rekam hubungan sentris yang diambil antara lingkar-lingkar interoklusi.
-

Rekam transfer facebow
   
Transfer facebow, dalam hal ini, digunakan untuk mentransfer hubungan bidang maxillary dengan aksis inercondylar pada pasien. Jika telah terbentuk. Hubungan ini ditransfer ke artikulator sehingga cast-cast maxilla ednetulous mengasumsikan hubungan yang sama dengan aksis intercondykar artikulator. Agar gigi-tiruan lengkap bisa berfungsi, sebuah facebow aksis engsel yang yang ditentukan secara kinematis dianggap tidak diperlukan, dan sebuah facebow sederhana yang menggunakan aksis arbiter sudah cukup.
   
Intinya, sebuah facebow merupakan sebuah instrumen mirip jangka-lengkung yang digunakan untuk mencatat hubungan spasial antara lengung maxillary dengan TMJ dan kemudian mentransfer hubungan ini ke sebuah artikulator; alat ini mengorientasikan cast gigi (maxillary) dalam hubungan yang sama dengan aksis buka dari artikulator. Referensi-referensi anatomik adalah aksis transfersal condyle mandibular dan satu titik aterior lainnya yang dipilih. Dari segi praktis, sebuah facebow terdiri dari tiga komponen; garpu facebow, penentu-lokasi anterior, dan U-bow yang digunakan untuk meletakkan condyle (dua penentu posterior).
   
Seperti yang disebutkan sebelumnya, tujuan mendasar dari facebow adlaah untuk mencatat hubungan bidang maxillary pasien dengan aksis condylar transversal pasien dan kemudian mentransfer hubungan tersebut ke artikulator. Dengan demikian, untuk mentransfer bidang tersebut, tiga titik harus digunakan. Dua terletak secara posterior, untuk mencatat aksis transversal arbiter dan satunya terletak secara anterior (Gbr. 4.12).
   
Kami merekomendasikan penggunaan sebuah rekam transfer facebow karena ini dapat memastikan bahwa bidang gigi-tiruan lengkap maxillary akan tersusun lebih baik pada condyle sehingga demikian juga dengan lengkung mandibular selama pergerakan mandibular. Ini khususnya penting apabila gigi-tiruan maxillary yang utuh berlawanan dengan dentisi alami (atau sebuah dentisi alami plus gigi-tiruan parsial bawah), ketika gaya-gaya yang menyebabkan displacement pada gigi-tiruan maxillary kemungkinan cukup besar. Tanpa transfer facebow, teknisi cenderung memasang lingkar maxillary dengan lingkar yang paralel dengan worktop; ini jelas bukan bidang orientasi sederhana dari bidang oklusal maxillary (Gambar 4.13). Jika pasien hanya menunjukkan pergerakan pengunyahan vertikal, maka ini mungkin tidak menjadi isu utama dan transfer facebow tidak perlu.
   
Ada banyak facebow yang tersedia, dan para peneliti tidak megnetahui adanya bukti yang mengindikasikan bahwa adalah salah satu diantaranya yang lebih baik dibanding yang lainnya; kami meyakini bahwa para dokter-gigi harus terdorong untuk menggunakan sistem yang mereka sudah terbiasa dengannya dan yang kompatibel dengan artikulator yang digunakan oleh tim dental. Sistem yang ditunjukkan dalam buku ini adalah sistem Denar, dan pembaca akan menemukan bahwa titik-titik posterior adalah bagian-telinga dan titik anterior terletak 46 mm ke arah superior ujung gigi incisor lateral atau lokasi ekivalennya pada lingkar maxillary. Sebenarnya, pengukuran ini bersifat arbiter, dan dalam arktikulator Denar, merupakan titik-tengah antara lengan atas dan bawah dari artikulator; dengan demikian, harus ada ruang dalam artikulator untuk mengakomodasi kedua cast.
   
Pada semua transfer bow untuk pasien edentulous, garpu gigit yang dipilih adalah facebow edentulous, yang dengan demikian tidak harus merubah bentuk sisi-sisi oklusal dan incisal dari lingkar maxillary (Gbr. 4.14).
-

PANTOGRAF GIGI
   
Ruang pergerakan pertikal dan lateral yang ekstrim dari mandibula dihambat oleh perlekatan-perlekatan ligamentous dari TMJ dan dengan demikian, pergerakan mandibula terjadi dalam batas-batas yang bisa ditentukan. Batas-batas ini menjadi sebuah penutup gerakan. Pergerakan mandibula di sepanjang batas-bata sekstrim dari penutup gerakan ini disebut sebagai pergerakan batas. Jika tidak ada kontak gigi, sebuah titik tetap arbiter yang terkait dengan mandibula akan menelusuri sebuah pola yang bisa direproduksi, berbeda degan hambatan-hambatan anatomik dari TMJ individual. Gambaran dari penelusuran ini hanya bervariasi dalam kaitannya dengan relasi geometrik dari titik tetap pada sendi. Jika penulusuran dibuat dari sebuah titik pada garis-tengah bidang horizontal, maka penelusan yang dihasilkan, pada seorang individu yang sehat, akan simetris dengan garis-tengah dan umumnya disebut sebagai penelusuran lengkugn Gothic, karena outline nya menyerupai bentuk arsitekturalnya. Sebuah pantograf gigi merupakan sebuah alat yang akan mereproduksi dan merekam penelusuran unik individual pada tempat-tempat tertentu di sekitar mandibula (Gbr. 6.2). Analisis dan interpretasi penelusuran yang dihasilkan akan menghasilkan informasi diagnostik yang terkait dengan patologi yang mungkin dari komponen-komponen sendi dan juga memfasilitasi kalibrasi sebuah artikulator yang sepenuhnya bisa disesuaikan seperti untuk mereproduksi pergerakan mandibula individual ke tingkat akurasi yang tinggi.
   
Pantograf gigi bervariasi kompleksitas desainnnya, tapi metode aksi dasarnya cukup mirip. Gigi atas dan bawah dipisahkan oleh cakram yang terpasang pada lengkung-lengkung masing-masing. Sebuah kerangka, yang disebut facebow, terpasang pada setiap cakram dengan pengaruh yang menyebabkan kerangka maxillary menjadi statis dan kerangka mandibular bertranslasi secara harmonis dengan pergerakan mandibula. Skala meningkat ukurannya pada facebow ke lengkung-lengkung gigi sehingga menghasilkan sebuah skala proporsional yang meningkatkan penlusuran, memfasilitas pengamatan dan interpretasi pencatatan.
   
Styli pencacatan terpasang pada satu kerangka dan tabel-tabel kecil pada mana penelusuran penelusuran yang dilakukan terpasang pada kerangka kedua, berlawanan dengan styli. Kerangka-kerangka melebar sampai ke daerah aksis engsel terminal sehingga alat pencatatan vertikal dan horizontal bisa ditempatkan berdekatan dengan sendi pada masing-masing sisi kerangka. Karena adanya hubungan dekat dengan TMJ ini, maka penelusuran yang dicatat oleh tabel-tabel posterior ini terkait langsung dengan pergerakan-pergerakan condylar. Tabel-tabel kiri dan kanan anterior mencatat penelusuran lengkugn Gothic asimetris. Mandibula dipandu melalui pergerakan batas kiri dan kanan, dan sebuah penyimpangan protrusif tunggal. Styli mencatat pada tabel-tabel pencatatan jalur-jalur yang diikuti dengan mandibula pada masing-masing pergerakan di bawah pengaruh perlekatan ligamentous dari TMJ (Gbr. 6.3).

No comments:

Post a Comment

Hubungan Indonesia-Australia di Era Kevin Rudd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang     Pada tanggal 3 Desember 2007, pemimpin Partai Buruh, Kevin Rudd, dilantik sebagai Perdana Menter...