Friday, February 5, 2010

Cheilitis Glandularis

PENDAHULUAN

Latar Belakang :

Cheilitis glandularis (CG) adalah sebuah diagnosa klinis yang menunjuk pada penyakit inflammatory lunak yang esensial, tidak umum dan belum dipahami dengan baik pada kelenjar-kelenjar sub-mukosa di bibir bawah. Kondisi ini ditandai dengan pembesaran dan penonjolan mukosa labial bawah yang menyebabkan tidak jelasnya batas antara mukosa dan vermilion (bagian bibir yang berwarna merah). Dengan adanya pengaruh eksternal dan paparan kronis, membran mucus bawah yang lembut akan mengalami perubahan akibat pengaruh lingkungan, mengakibatkan erosi, pembisulan, pengerasan kulit, dan terkadang infeksi. Yang paling penting, kerentanan terhadap injury akibat radiasi akan meningkat. Dengan demikian, CG bisa dianggap sebagai faktor predisposisi yang potensial untuk terjadinya cheilitis actinic dan squamous cell carcinoma.

Secara historis, penyakit ini dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu: suppuratif (pernanahan) sederhana, suppuratif dangkal, dan suppuratif dalam. Tipe pernanahan (suppurative) dalam juga biasa disebut sebagai myxadenitis labialis atau cheilitis paostematosa, dan tipe pernanahan (suppuratif) dangkal disebut sebagai penyakit Baelz. Banyak yang meyakini bahwa jenis-jenis di atas merupakan sebuah rangkaian penyakit dimana tipe yang sederhana, jika tidak diobati, bisa menjadi terinfeksi dan berkembang menjadi tipe pernanahan (suppurative) dangkal dan akhirnya menjadi tipe pernanahan yang dalam.

Patofisiologi:

Pada tahun 1870, von Volkman memperkenalkan istilah cheilitis glandularis. Dia menemukan sebuah kondisi inflammatory kronis bernanah yang dalam pada bibir bawah yang ditandai dengan keluarnya cairan (exudates) nanah dari lubang-lubang saluran kelenjar saliva kecil bibir. Pada tahun 1914, Sutton mengusulkan bahwa pembengkakan bibir karakteristik diakibatkan oleh pembesaran adenomatous congenital kelenjar-kelenjar saliva labial. Hipotesis ini terus dipedomani sampai tahun 1984 ketika Swerlick dan Cooper melaporkan 5 kasus baru dan sebuah analisis retrospektif terhadap semua kasus CG dilaporkan sampai pada waktu itu. Penelitian-penelitian mereka menunjukkan tidak adanya bukti untuk mendukung pendapat yang menyebutkan bahwa hyperplasia acinar kelenjar saliva bertanggungjawab untuk CG atau merupakan ciri khas dari CG.

Sejak itu, beberapa peneliti lain telah membenarkan pendapat ini dan telah beberapa kali melaporkan tentang ectasia saluran saliva, hyperplasia, dan squamous metaplasia. Stoopler dkk., (2003) melaporkan sebuah pola pertumbuhan ductal mirip cystadenoma pada seorang pasien yang menderita CG. Inflamasi kronis periductal (dochitis), scarring, dan sialadenitis sclerosis kronis pada kelenjar-kelenjar saliva kecil yang umum juga telah ditemukan. Musa dan rekan-rekannya (2005) melaporkan sebuah kasus dengan kenampakan CG yang lebih umum, yang mereka sebut sebagai suppurative stomatitis glandularis. Pada kasus ini, keterlibatan kelenjar salive kecil labial meluas sampai ke mukosa buccal. Reichart dan rekan-rekannya (2002) melaporkan sebuah kista retensi di bibir atas seorang pasien tua yang mengalami CG “simplex”; mereka menginterpretasikan kista retensi tersebut sebagai konsekuensi dari CG. Akan tetapi, ini hanya merupakan asumsi para peneliti.


Pada sebuah kasus yang dilaporkan oleh Leao dan rekan-rekannya (2003), CG merupakan temuan klinis yang tampak pada seorang pasien yang selanjutnya diketahui menderita infeksi HIV tak terdiagnosa. Temuan pada bibir bisa jadi diakibatkan oleh disfungsi kelenjar saliva kecil yang berubah menjadi cheilitis eksfoliatif, sebuah manifestasi yang telah diketahui dan karakteristik dari infeksi HIV.

Walaupun beberapa peneliti berspekulasi bahwa CG merupakan kondisi dominan autosomal bawaan, namun temuan-temuan gabungan pada kebanyakan kasus mengindikasikan bahwa kondisi tersebut merupakan sebuah pola reaksi klinis terhadap iritasi kronis pada bibir akibat berbagai penyebab eksternal yang berbeda, antara lain injury karena radiasi, injury fisik, atopy, infeksi, dan iriasi tembakau. Carrington dan Horn (2006) melaporkan sebuah kasus dimana seorang pria tua mengalami CG yang terkait dengan injury radiasi setelah menjalani vermilinectomy untuk squamous cell carcinoma pada bibir bawah. Peneliti ini melakukan pengamatan klinis pada kasus-kasus CG untuk mengevaluasi keberadaan perubahan neoplastis, penekanan kekebalan, atau perubahan inflammatory akibat faktor-faktor lokal. Ini mengilustrasikan konsep bahwa CG bukanlah sebuah penyakit yang berdiri sendiri atau terpisah.

Frekuensi :

Secara internasional : tidak umum di seluruh dunia

Mortalitas/Morbiditas : CG terkait dengan risiko yang meningkat untuk terjadinya karsinoma sel squamous. Pada beberapa kasus, perubahan jaringan permukaan dysplastis (pra-malignant) terbukti secara histopatologi, dan karsinoma-karsinoma yang jelas telah dilaporkan pada 18-35% kasus. Jarang terjadi ada kasus infeksi pernanahan (suppurative) kronis atau rekuren yang diakibatkan oleh pengobatan antibiotik.

Sebuah kasus CG pernanahan (suppurative) kronis, yang dikuatkan dengan biopsy punch, pada seorang Wanita Amerika-Afrika berusia 52 tahun dengan riwayat merokok 15-pak per tahun, merespon terhadap pengobatan penicillin oral selama 4-pekan, dan pembengkakan yang dialaminya berkurang signifikan. Pengobatan antibiotik dilanjutkan selama 2 pekan lagi, dengan sembuhnya lesi bibir dan tetap normal selama 1 tahun follow-up.

Jenis kelamin : Penyakit ini lebih cenderung pada pria; akan tetapi, kasus-kasus telah dilaporkan terjadi pada pria dan wanita.

Usia : Penyakit ini paling sering terjadi antara usia 40an sampai 60an; akan tetapi, rentang usia cukup luas.

Ada satu laporan CG pada seorang anak, dan beberapa kasus telah ditemukan pada remaja dan orang dewasa.
Risiko dysplasia dan karsinoma akan meningkat seiring dengan usia, khususnya pada individu yang berkulit halus dan mengalami cidera kulit akibat sinar matahari. Ini karena penonjolan karakteristik dari bibir bawah menyebabkan paparan mukosa labial yang lebih rentan dan lebih tipis secara terus menerus terhadap pengaruh radiasi.

KLINIS

Riwayat: CG merupakan sebuah kondisi progresif yang kronis. Pasien biasanya melakukan konsultasi diagnostik setelah 3-12 bulan onset. Keluhan yang dikemukakan berbeda menurut sifat dan tingkat nyeri, pembesaran dan berkurangnya elastisitas bibir, dan luasnya perubahan permukaan yang bisa dilihat.

Pembengkakan bibir asimptomatik biasanya terjadi dengan sekresi cairan kental jernih yang bisa dilihat dari lubang saluran yang membesar pada permukaan mukosa.

Beberapa pasien melaporkan periode-periode tidak aktif yang disela-selai dengan episode nyeri yang sementara atau terus menerus yang terkait dengan keluarnya nanah.

Ketidaknyamanan atau sensasi kasar pada batas vermilion bisa dilaporkan. Ini terkait dengan atrophy, perubahan leukoplakic berbintik, erosi, atau pembisulan yang disertai pengerasan kulit.

Fisik :

CG kebanyakan hanya mengenai bibir bawah. Kondisi ini terlihat sebagai pembesaran yang progresif dan multinodular, penonjolan, dan pengerasan kulit.

Lubang saluran kelenjar saliva bisa membesar dan muncul sebagai puncta merah atau hitam.
Sekresi cairan kental jernih pada awalnya keluar dari lubang saluran secara spontan.
Pada kasus yang lebih suppuratif, penekanan sedikit saja dapat mengeluarkan cairan nanah.
Jika penonjolan mukosa dan bibir cukup parah, maka pertemuan antara mukosa dengan vermilion menjadi tidak jelas.
Paparan yang lama terhadap lingkungan eksternal mengakibatkan pengeringan dan gangguan membran mukus labial, menjadikannya rentan terhadap pengaruh inflammatory, infeksi dan pengaruh radiasi.

Secara historis, CG dikelompokkan menjadi tiga jenis, namun sekarang diyakini bahwa ketiga jenis itu adalah sebuah rangkaian tahapan yang saling terkait.

Pada tipe sederhana, terlihat lesi-lesi papula permukaan yang banyak dan tidak nyeri dengan depresi sentral dan saluran-saluran yang membesar.

Tipe dangkal (pernanahan) (yang juga disebut sebagai penyakit Baelz) terdiri dari pembengkakan bibir yang tidak nyeri, dan mengeras disertai dengan pembisulan dangkal dan pengerasan.

CG tipe pernanahan (suppuratif) dalam (CG apostematosa, CG suppurativa profunda, myxadenitis labialias) terdiri dari infeksi dalam dengan pembentukan abscess, saluran-saluran sinus dan fistula, dan potensi untuk terjadinya scarring.
2 tipe CG yang terakhir diatas memiliki hubungan yang paling tinggi dengan dysplasia dan carcinoma, masing-masing.
Penyebab : CG merupakan sebuah manifestasi klinis yang tidak umum dari cheilitis yang terjadi sebagai respon terhadap 1 atau lebih sumber iritasi kronis yang berbeda.

Pembesaran bibir terkait dengan inflamasi, hyperemia, edema, dan fibrosis.

Keratosis permukaan, erosi, dan pembentukan kerak terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi yang lama, manipulasi-manipulasi berulang yang tidak umum seperti menggigit bibir sendiri atau trauma fisik lainnya, basah yang berlebihan akibat kebiasaan menjilat, pengeringan (terkadang terkait dengan bernafas melalui mulut, atopy, eczema, dan asma), dan setiap stimulus berulang lainnya yang bisa berfungsi sebagai faktor penyebab pemburukan yang kronis.

DIAGNOSIS BANDING

Hyperhidrosis

Masalah-Masalah Lain yang perlu dipertimbangkan :
Kondisi-kondisi granulomatous – Cheilitis granulomatosa, orofacial granulomatosis, penyakit Chron
Actinic cheilitis
Infeksi bakteri – Elephantiasis nostras (setelah lymphangitis streptococcal berulang) pada bibir
Cheilitis atopic (eczematous)
Injury fisik kronis (kebiasaan menjilat [misalnya, kelembaban yang berlebihan], menggigit, mengunyah, atau menghisap bibir), pengeringan yang berlebihan (akibat bernafas lewat mulut, paparan terhadap angin, xerostomia yang dipengaruhi obat, atau disfungsi saliva akibat sistem kekebalan alami).
Rokok

EVALUASI

Uji-Uji Lain :

Kultur mikroba dan uji sensitifitas : Untuk pernanahan kronis atau akut, kultur bakteri dan uji sensitifitas diindikasikan untuk pemilihan terapi antibiotik yang cocok.

Kultur jamur atau torehan (smear); cheilitis angular kronis atau perubahan permukaan erosif bisa menjadi tanda dari infeksi candidal kronis. Konfirmasi merupakan sebuah indikasi untuk terapi anti-jamur yang cocok.

Prosedur-Prosedur :

Biopsy bibir diindikasikan untuk mengevaluasi keberadaan penyakit granulomatous spesifik yang rentan terhadap pembesaran bibir dan untuk membantu dalam menentukan dignosis definitif. Sebuah specimen biopsy incisional representatif harus terdiri dari iris jaringan bibir yang mencakup epitel permukaan dan kedalamannya cukup untuk memastikan bahwa beberapa kelenjar saliva mukosa telah terdapatpada iris tersebut.

Temuan Histologis : istilah cheilitis glandularis merupakan sebuah istilah deskriptif yang bersifat sementara dan bukan diagnosa definitif. Istilah ini menunjuk pada kumpulan temuan klinis yang bisa mencerminkan cakupan berbagai perubahan histologis yang mungkin; dengan demikian, tidak ada sifat konsisten atau sifat pathognomonic dari kondisi ini yang dapat dilihat pada tingkat mikroskopis. Justru, berbagai perubahan yang mungkin bisa dilihat pada epitel permukaan dan jaringan sub-mukosa. Temuan-temuan ini dapat memungkinkan tenaga klinis untuk menentukan etiologi dan sifat kasus-kasus ini secara tepat.

Profil kematangan epithelium secara esensial bisa normal atau menunjukkan bukti adanya gangguan mulai dari atypia atau dysplasia sampai karsinoma. Perubahan-perubahan epithelial disertai dengan degenerasi kolagen basophilic (elastosis matahari) yang merupakan dignosa dari actinic cheilitis. Keparahan gangguan kematangan epithelial cenderung mengikuti tingkat risiko perkembangan menjadi karsinoma.

Kelenjar saliva kecil bisa terlihat normal pada mikroskop, atau bisa menunjukkan berbagai perubahan yang merupakan indikasi dari sialadenitis non-spesifik. Perubahan-perubahan ini bisa mencakup atropi atau distensi acini, ectasia ductal dengan atau tanpa squamous metaplasia, infiltrasi inflammatory kronis dan penggantian parenchyma glandular, dan fibrosis interstitial. Pernanahan dan saluran-saluran sinus bisa terdapat pada kasus-kasus yang melibatkan infeksi bakteri.
Temuan histology yang mungkin antara lain edema stroma, hyperemia, hyperkeratosis permukaan, erosi atau pembisulan.

PERAWATAN

Perawatan Medis : Pendekatan untuk pengobatan didasarkan pada informasi diagnostik yang diperoleh dari analisis histopatologi, identifikasi faktor-faktor etiologi yang kemungkinan bertanggungjawab untuk kondisi ini, dan upaya-upaya untuk menghindari atau memberantas penyebab-penyebab tersebut. Dengan sedikitnya kasus CG yang dilaporkan, maka tidak ada data yang cukup untuk menentukan pendekatan medis terhadap penyakit ini. Dengan demikian, perawatan berbeda-beda untuk masing-masing pasien.

Untuk kasus-kasus yang terkait dengan angioedema, pemberian antihistamin bisa mempengaruhi pengurangan pembengkakan tidak bernanah yang akut secara sementara.

Kasus-kasus CG yang bernanah memerlukan penatalaksanaan dengan perawatan antimikroba yang sesuai sebagai yang telah ditentukan oleh uji kultur dan uji sensitifitas. Perawatan intralesional atau kortikosteroid oral bisa mendukung efektifitas terapi antimikroba pada kasus yang disertai nodularitas; akan tetapi, efek berbahaya sistemik yang potensial dari perawatan kortikosteroid jangka panjang, ditambah dengan kecenderungannya untuk mempromosikan fibrosis lokal dan scarring, membatasi penggunaannya baik sebagai terapi pendukung terhadap pengobatan antibiotik maupun sebagai sebuah terapi tunggal untuk CG.

5-fluorouracil topikal bermanfaat untuk pengobatan actinic cheilitis dysplastic dan untuk mengurangi perluasannya. Dengan pengawasan klinis, obat ini bisa diberikan sebagai alternatif bagi vermilionectomy atau sebagai sebuah tindakan profilaksis setelah vermilionectomy.

Perawatan bedah : Apabila terdapat riwayat paparan sinar-matahari kronis (khususnya jika pasien memiliki kulit spesifik atau permukaan yang menonjol terkikis secara kronis, membisul, atau mengeras), maka biopsy sangat direkomendasikan untuk mengevaluasi actinic cheilitis atau carcinoma.

Ekscisi bedah tidak diperlukan apabila diagnosanya adalah actinic cheilitis  dengan atypia atau hanya dysplasia ringan; akan tetapi, pasien memerlukan pemeriksaan klinis secara teratur dan perlu mendapatkan instruksi tentang tindakan untuk melindungi bibir dari kerusakan akibat sinar matahari yang lebih lanjut.

Pilihan-pilihan pengobatan untuk kasus-kasus actinic cheilitis dengan dysplasia sedang-sampai-parah, antara lain pemotongan secara bedah dan vermilionectomy, cryosurgery atau bedah laser, atau kemoterapi topikal dengan 5-fluorouracil. Dengan potensi rekurensi dan risiko untuk terjadinya carcinoma, maka tindakan protektif untuk sinar matahari dan pemantauan klinis yang regular harus dilakukan.

Carcinoma pada vermilion diobati dengan reseksi bedah dengan batas-batas yang jelas. Pemeriksaan palpatory terhadap node limfa submental diindikasikan untuk mengevaluasi adanya metastasis regional.

Apabila terjadi penonjolan, fibrosis ekstensif, dan pengerasan kulit yang telah menyebabkan inkompetensi bibir untuk berfungsi dan inkompetensi untuk kosmetik, nyeri kronis, dan kerusakan permukaan, maka cheiloplasty bedah diindikasikan untuk mengembalikan struktur dan fungsi bibir yang normal. Cheiloplasty juga merupakan sebuah tindakan profilaksis untuk mengurangi risiko injury radiasi.

Konsultasi :

Konsultasi dengan perawat pasien lainnya dengan mempertimbangkan kemungkinan alternatif-alternatif resep, obat-obatan yang kurang menyebabkan kekeringan diindikasikan pada kasus dimana xerostoma yang dipengaruhi obat diyakini menjadi penyebab keringnya bibir.

Pasien yang menderita angiodema atau dermatitis atopic (cheilitis) dengan atau tanpa riwayat pribadi atau keluarga tentang rhinitis alergi, asma, atau urtikaria, bisa melakukan konsultasi dengan ahli imunologi alergi.

Konsultasi psikiatri direkomendasikan untuk kasus dimana faktor-faktor psychogenic terlihat memberikan kontribusi. Bukti klinis dan historis atau dugaan tentang injury yang diakibatkan sendiri pada bibir (sindrom Munchausen) harus segera dirujuk untuk evaluasi psikiatri, khususnya jika pendekatan perawatan bedah akan dipertimbangkan.

PENGOBATAN

Untuk kasus-kasus yang terkait dengan angioedema, pemberian antihistamin bisa mempengaruhi pengurangan pembengkakan non-purulen (tidak bernanah) yang akut untuk sementara. Kasus-kasus CG yang bernanah memerlukan penatalaksanaan dengan perawatan antimikroba yang sesuai sebagaimana yang telah ditentukan oleh uji kultur dan uji sensitifitas. Perawatan kortikosteroid mulut atau intralesional bisa mendukung efektifitas terapi antimikroba untuk kasus dimana terdapat nodularitas signifikan; akan tetapi, efek berbahaya sistemik yang potensial dari perawatan kortikosteroid jangka panjang, ditambah dengan kecenderungan untuk menimbulkan fibrosis lokal dan scarring, telah membatasi kegunaannya baik sebagai terapi pendukung terhadap perawatan antibiotik maupun sebagai sebuah terapi tunggk untuk CG.

5-fluorouracil topikal bermanfaat untuk pengobatan actinic cheilitis dysplastic dan untuk mengurangi perluasannya. Dengan pengawasan klinis, obat ini bisa diberikan sebagai alternatif bagi vermilionectomy atau sebagai sebuah tindakan profilaksis setelah vermilionectomy.

Kategori Obat : Antihistamin – Agen-agen ini digunakan untuk mengobati angioedema atau reaksi alergi yang diduga.
Nama Obat
Diphendhydramine (Benadryl) – untuk meredakan gejala-gejala simptomatik yang diakibatkan oleh pelepasan histamine pada reaksi-reaksi alergi
Dosis dewasa
25-50 mg PO q6-8h prn selama 48 jam; tidak lebih dari 300 mg/hari
Alternatif, 10-50 mg IM/IV q2-3h; tidak lebih dari 400 mg/hari
Dosis pediatric
<6 tahun: 6.25-12.5 mg PO q4-6h 6-12 tahun; 12.5-25 mg PO q4-6h; tidak lebih dari 150 mg/hari
> 12 tahun : diberikan seperti orang dewasa
Kontraindikasi
Terdapat hypersensitifitas : MAOI
Interaksi
Efek potensial dari depressant CNS; karena kandungan alkohol, tidak memberikan bentuk dosis syr untuk pasien yang mengkonsumsi obat yang bisa menyebabkan reaksi yang mirip disulfiram.
Kehamilan
C – keamanan untuk digunakan selama kehamilan belum diketahui
Petunjuk keamanan
Bisa memperburuk glaucoma angle-closure, hypertiroidisme, bisul peptic, atau gangguan saluran kecing; xerostomia bisa terjadi.

Kategori Obat : Antagonis pyrimidin – Agen-agen ini digunakan untuk mengobati actinic cheilitis (dysplastic)
Nama Obat
Fluorouracil (Egudex, Fluoroplex, Carac) – Digunakan secara topikal utuk penatalaksanaan karsinoma sel basal dangkal. Mengganggu sintesis DNA dengan menghambat metilasi asam deoksiuridylat, menghambat thymidylate synthetase dan proliferasi sel selanjutnya. Bisa digunakan untuk perawatan actinic keratoses. 
Dosis dewasa
Aplikasikan 0,5 – 5% untuk mempengaruhi daerah qd/bid selama 2-4 pekan 
Dosis pediatric
Belum ditentukan
Kontraindikasi
Terdapat hypersensitifitas : infeksi serius yang potensial
Interaksi
Belum ada yang dilaporkan.
Kehamilan
X – dikontraindikasikan pada kehamilan
Petunjuk keamanan
Reaksi-reaksi inflammatory bisa terjadi dengan penggunaan penutup oklusif; penutup serat berpori bisa digunakan untuk alasan kosmetik tanpa meningkatkan reaksi; pasien akan mengalami reaksi inflammatory dengan pengerasan kulit; karena dikontraindikasikan untuk digunakan pada membran-membran mukus, krim ketimbang dalam bentuk cair lebih dipilih untuk digunakan pada permukaan vermilion; durasi aplikasi pada bibir bisa lebih singkat dibanding pada kulit karena kecenderungannya untuk menimbulkan respon inflammatory yang intensif.

Kategori Obat : Kortikosteroid – Agen-agen ini memiliki sifat-sifat anti-inflammatory dan menyebabkan efek metabolisme yang besar dan bervariasi. Obat ini memodifikasi respon imun badan terhadap stimuli yang berbeda.
Nama Obat
Predinosen (deltasone, Orasone) – Immunosuppressant untuk pengobatan gangguan-gangguan kekebalan alami; bisa mengurangi inflamasi dengan membalikkan premeabilitas kapiler yang meningkat dan menekan aktivitas PMN. Mengstabilkan membran-membran lysosomal dan juga menekan produksi limfosit dan antibody. Satu dosis di pagi hari lebih aman untuk digunakan jangka-panjang, tapi dosis terbagi memiliki efek anti-inflammatory yang lebih besar. 
Dosis dewasa
0,5-2 mg/kg/hari (sekitar 1 mg/kg/hari) PO; kurangi perlahan jika kondisi ini mulai membaik.
Dosis anak
Diberikan seperti pada orang dewasa tapi dosisnya sekitar 1-2 mg/kg/hari.
Kontraindikasi
Terdapat hypersensitifitas : infeksi jaringan konektif atau kulit akibat virus, jamur, tubercular; penyakit bisul peptic; disfungsi hepatic; penyakit gastrointestinal
Interaksi
Jika diberikan bersama estrogen bisa mengurangi penyembuhan; penggunaan bersama dengan digoxin bisa menyebabkan toksisitas digitalis akibat hypokalemia; Phenobarbital, phenytoin, dan rifampin bisa meningkatkan metabolisme glukokortikoid (pertimbangkan untuk meningkatkan dosis); memantau hypokalemia dengan pemberian diuretic.
Kehamilan
B – Biasanya aman tapi manfaatnya harus lebih besar dari risiko yang ditimbulkan.
Petunjuk keamanan
Pemberhentian glukokortikoid secara mendadak bisa menyebabkan krisis adrenal; hyperglikemia, edema, osteonekrosis, myopati, penyakit bisul peptik, hypokalemia, osteoporosis, euphoria, psikosis, myasthenia gravis, penekanan pertumbuhan, dan infeksi bisa terjadi dengan penggunaan glukokortikoid; hentikan penggunaan jika pembengkakan bibir terus terjadi atau nodularitas meningkat yang merupakan indikasi untuk menghentikan penggunaan secara PO atau intralesi.

TINDAK LANJUT

Perawatan Pasien Rawat-Jalan

Memantau pasien yang menderita actinic cheilitis dengan pengamatan klinis satu kali atau dua kali dalam satu tahun selama periode yang tidak ditentukan. Ini karena, pada beberapa kasus, kondisi ini memiliki potensi untuk menyebabkan karsinoma bibir. Dan juga, beberapa pasien yang menderita CG bisa memiliki risiko untuk terjadinya episode-episode pernanahan jika trauma pada permukaan bibir terus terjadi. Ini bisa menyebabkan pembisulan kronis atau erosi, sehingga menjadi pintu masuknya bakteri dan inflamasi lebih lanjut.
Bukti klinis tentang progresi penyakit menyarankan dilakukan biopsy dan rencana pengobatan yang sesuai (kemoterapi topikal dengan 5-fluorouracil atau vermilinectomy, atau pada kasus karsinoma sel squamous, reseksi tepi bibir).
Keputusan tentang penyaranan dan penentuan waktu cheiloplasty bedah atau vermilionectomy bisa sedikit sulit dilakukan pada pasien yang menunjukkan bukti klinis tentang adanya injury bibir akibat kebiasaan.
melaksanakan bedah masih disarankan jika sumber iritasi atau trauma tetap ada.
Pasien yang sangat simptomatik dan/atau  mengalami gangguan fungsi bibir akibat pembesaran dan komplikasinya memberikan pilihan untuk melakukan pemotongan bedah, tanpa memperhatikan penyebabnya.
Apakah pendekatan bedah berhasil atau tidak itu tergantung pada beberapa faktor pada pasien.
Prognosis :
CG terkait dengan risiko yang meningkat untuk mengalami karsinoma sel squamous.
Pada kebanyakan kasus, perubahan epitel dysplastis (premalignant) terbukti, dan karsinoma yang jelas telah dilaporkan pada 18-35% kasus.
Pendidikan Pasien :
Anjurkan untuk melakukan tindakan proteksi dari sinar matahari

No comments:

Post a Comment

Hubungan Indonesia-Australia di Era Kevin Rudd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang     Pada tanggal 3 Desember 2007, pemimpin Partai Buruh, Kevin Rudd, dilantik sebagai Perdana Menter...