Sunday, April 18, 2010

KLASIFIKASI DISFUNGSI-DISFUNGSI ORGAN

Ada banyak cara untuk mengklasifikasikan gangguan-gangguan organ. Metode klasifikasi yang digunakan disini mengikuti metode DSM-III – dengan beberapa penambahan – untuk kelompok utama yaitu sindrom otak organik dan penyakit mental organik. Sindrom otak organik didefinisikan sebagai gangguan-gangguan yang menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala psikologis tertentu tanpa adanya etiologi spesifik yang diketahui. Kelompok ini mencakup :
Sindrom otak organik, sindrom delirium
Pendekatan pengobatan

  
Dengan tergantung pada penyebab itu sendiri dan pada keparahan gejala-gejala, ada dua pendekatan umum (terkadang disamakan) yang digunakan untuk pengobatan. Pendekatan pertama adalah menghilangkan atau setidaknya meminimalisir gejala-gejala dengan melawan penyebabnya. Pendekatan kedua adalah pendekatan rehabilitasi, yaitu apabila kerusakan yang terjadi bersifat irreversible, atau apabila penyebabnya tidak bisa ditahan. Rehabilitasi membantu orang-orang untuk melakukan penyesuaian psikologis dan fisik terhadap kecacatan permanen yang dideritanya. Membantu seseorang dalam menghadapi penuaan merupakan salah satu prinsip penting pada pendekatan ini, sehingga disini akan dibahas secara terpisah.
Mengobati gejala-gejala yang bisa sembuh. Pada beberapa penyakit yang diakibatkan oleh organ, prognosisnya cukup baik karena gejala-gejala ini bisa dikurangi dengan menghilangkan penyebabnya. Ini sering berlaku apabila ada penyebab toksik. Selama kerusakan otak secara permanen belum terjadi, pemindahan zat beracun dengan segera bisa meredakan gejala yang terjadi. Demikian juga apabila obat yang digunakan misalnya merupakan sumber halusinasi atau delusi.
   
Perawatan simptomatik bisa dilakkan ketika pasien sedang pulih dari zat yang menjadi penyebab, atau sebagai sebuah cara untuk mempercepat penyembuhan (Kapnick, 1978). Sebagai contoh, keracunan bromide, yang terkait dengan over-dosis beberapa tipe pil tidur, biasanya menyebabkan rasa gelisah, sebuah gejala yang bisa dikurangi dengan obat seperti paraldehida atau hidrat kloral.
   
Banyak sindrom organ yang tidak diakibatkan oleh zat-zat toksik, dan ini memerlukan sebuah perawatan yang berbeda. Kondisi delusi yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan metabolic bisa diobati dengan mengoreksi kondisi metabolisme atau gizi, seperti pada kondisi-kondisi tiroid atau kekurangan vitamin A yang parah. Untuk infeksi, kemoterapi modern seringkali dapat dijadikan solusi. Dosis tinggi penicillin misalnya, merupakan metode yang lebih dipilih untuk mengobati syphilis. Akan tetapi, antibiotik ini hanya efektif apabila pengobatan dilakukan secara dini, sebelum terjadi kerusakan permanen.
   
Pendekatan lain yang terkadang bisa menghilangkan gejala-gejala adalah pembedahan. Sebagai sebuah contoh, cairan otak yang berlebihan bisa menyebabkan tekanan pada otak, sehingga menghasilkan gejala organ. Pembedahan seringkali bisa meredakan tekanan dan menghilangkan kelainan tersebut. Pada beberapa kasus epilepsy, bedah juga bisa menghilangkan segmen otak yang bertanggungjawab atas konvulsi.
Rehabilitasi. Pada beberapa penyakit organ, infeksi, toksisitas, atau trauma dapat menyebabkan kerusakan pada fungsi otak dan sudah sulit untuk disembuhkan. Perawatan medis masih bisa membantu pada kasus dimana kerusakan seperti ini terjadi, selama penyakit ini bisa dihentikan dan kerusakan lebih lanjut dihindari (Finger & Stein, 1982).
   
Pengobatan rehabilitasi merupakan sebuah cabang kedokteran yang bertujuan untuk merestorasi individu untuk mencapai fungsi fisik, mental, sosial dan ekonomi yang semaksimal mungkin meskipun ada gangguan saraf, motoris, atau gangguan intelektual (Marinelli & Orto, 1984).
   
Akibatnya, pengobatan ini memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan kapabilitas yang terbatas itu secara maksimal. Sebagai contoh, apabila kecelakaan lalu lintas menyebabkan kelumpuhan dan amnesia, maka sebuah program rehabilitas bisa membantu orang tersebut dalam mencapai tingkat kepedulian-diri tertinggi yang dimungkinkan oleh kecacatan tersebut, walaupun kehilangan ingatan yang dialami bisa permanen. Apabila sebuah perubahan kepribadian atau mood merupakan sebuah fungsi reaksi pasien terhadap kecacatan, maka konseling bisa membantu pasien untuk menyesuaikan  diri. Dengan cara ini, stabilitas emosional seringkali bisa direstorasi bahkan jika gejala-gejala lain tidak bisa pulihkan.
(Sumber : Fundamental of Abnormal Psychology)
   
Dengan mengesampingkan subnormalitas mental, ada dua tipe utama gangguan mental organik. Yang pertama, delirium, merupakan sebuah kondisi yang berpotensi akut dan terkait dengan gangguan pada fungsi otak, seringkali bersifat sementara dan diakibatkan oleh banyak penyebab. Biasanya, dan karena penyakit yang penyebabkan pasien mengalami delirium tidak terbukti fatal, kesehatan fisik pasien dapat pulih dan dia akan sembuh dan mentalnya kembali menjadi seimbang. Akan tetapi ada beberapa pengecualian. Sebagai contoh, seorang pasien yang menderita beberapa delirium yang cukup tinggi dan telah sembuh dari kondisi sebelumnya bisa tidak bisa lagi sembuh selamanya setelah itu. Walaupun kondisi delirium akut yang dideritanya bisa sembuh ketika dia sadar, namun dapat terjadi sindrom Korsakow.
   
Infeksi otak akut dapat menghasilkan delirium, misalnya encephalitis, juga bisa menimbulkan gangguan yang lebih permanen. Ini juga berlaku bagi beberapa kasus injury kepala.
   
Tipe gangguan mental organik utama lainnya adalah demensia, yang merupakan akibat dari destruksi atau degenerasi aktual dari jaringan otak. Sekali lagi ada banyak penyebab yang mungkin. Demensia cenderung terjadi secara internal. Gangguan ini bersifat irreversible dan berlangsung lama selama terjadinya gangguan intelektual dan emosional. Dengan demikian, meskipun dampak dari delirium cukup positif, namun prognosis demensia tidak mendukung; walaupun fluktuasi terjadi, bisa jadi tidak ada recovery actual sehingga menyebabkan kegagalan regenerasi jaringan otak yang rusak.
   
Poin berikutnya yang harus dipertimbangkan adalah bahwa gambaran klinis delirium kurang lebih sama apapun penyebab dasarnya walaupun terdapat banyak variasi dari segi keparahannya, kecepatan perkembangan dan durasi nya. Tepatnya, hal yang sama berlaku bagi demensia dimana peruburukan intelektual dan emosional yang terjadi cukup mirip manifestasinya apapun patologi dasarnya. Variasi-variasi seperti ini terikat dengan kepribadian pra-cacat dari pasien. Setiap bagian dari keseluruhan pengalaman hidup pasien bisa bermacam-macam walaupun tidak akan mengubah manifestasi utama dari sebuah penyakit mental organik.

Apa yang baru saja disebutkan juga berlaku bagi kondisi-kondisi mental yang merupakan akibat dari penyakit atau disfungsi otak yang umum. Apabila lesi-lesi focal mendominasi, maka baik sendiri maupun bersama dengan penyakit lain, gambaran-gambaran klinis tertentu yang lebih khusus bisa muncul menurut daerah tertentu dari otak yang terlibat. Sindrom frontal-lobe merupakan sebuah kasus yang dimaksud. Lesi-lesi focal lainnya bisa menghasilkan kelainan-kelainan khusus pada fungsi otak, misalnya aphasia, agnosia, apraxia, acalculia, dyslexia, dll., yang bisa terjadi sebagai fenomena yang sedikit banyak terpisah atau termasuk dalam setting demensia.

Delirium
   
Dalam bab ini yang menjadi perhatian utama adalah delirium dan kondisi “toksik-confusional” terkait. Kondisi delirium biasanya terlihat di rumah-sakit – rumah sakit umum, paling umum sebagai sebuah komplikasi dari beberapa penyakit fisik. Di masa lalu, kondisi-kondisi infeksi yang disertai dengan demam tinggi adalah penyebab keadaan delirium yang paling umum; akan tetapi, insidennya telah berkurang sejak diperkenalkannya obat-obat sulfonamide dan antibiotik.

Etiologi
   
Apapun penyebabnya, yang jelas bahwa beberapa orang lebih rentan untuk mengalami delirium dibanding yang lainnya. Kerentanan ini bisa tularan atau bawaan atau mungkin dari beberapa penyakit mental yang diderita sebelumnya, seperti misalnya mengkonsumsi alkohol atau meminum berbagai macam obat secara berlebihan. Usia juga merupakan sebuah faktor, delirium menjadi umum ditemukan pada dua tahun terakhir masa hidup, yaitu ketika sistem saraf tidak dewasa, atau pasca-dewasa. Ada beberapa penyebab delirium, yaitu :

1.Infeksi: speticaemia, sering menderita penyakit demam termasuk malaria, typhoid, pneumonia, meningitis, encephalitis, dan berbagai infeksi virus.
2.Intoksikasi eksogen: Alkohol, hypnotic, aphetamina, obat-obat kecanduan lainnya, belladonna, timbal dan racun logam-logam berat lainnya, bahan kimia industri, dan lain-lain.
3.Gangguan metabolisme: gagal hati dan ginjal, hyperglikemia dan hypoglikemia, juga malnutrisi dan avitaminoses.
4.Cerebral: yaitu setelah injury kepala; hematoma subdural; thrombosis cerebral, perdarahan dan embolisme; tekanan intracranial yang meningkat, neoplasma; gangguan demyelinasi, dan lain-lain.
5.Penyakit-penyakit kardiovaskular: gagal jantung, anemia parah, anoxia, dyscrasias darah, hypercapnia.
6.Komplikasi postanaestetik dan postoperative
7.Epilepsy
8.Lemah fisik yang berlebihan

Manifestasi Klinis
   
Ciri utama delirium akut adalah rasa pusing yang intesitasnya silih berganti menurut berbagai keadaan. Manifestasi lain dari delirium yang sekunder terhadap rasa pusing antara lain terkait dengan kurangnya kegagalan komunikasi antara pasien delirium dengan lingkungan di sekitarnya.
(Sumber : Psychiatry)

Penyakti katatonik organik
   
Sebuah penyakit yang ditandai dengan berkurangnya (stupor) atau meningkatnya (excitement) aktivitas psikomotor yang terkait dengan gejala-gejala katatonik. Kondisi ekstrim akibat gangguan psikomotor bisa berubah-ubah. Masih belum diketahui apakah berbagai gangguan katatonik yang ditemukan pada schizophrenia terjadi pada kondisi-kondisi organik seperti ini, juga belum ditentukan apakah sebuah kondisi katatonik organik bisa terjadi pada saat sadar penuh atau apakah selamanya merupakan sebuah manifestasi dari delirium, dengan amnesia parsial atau total selanjutnya. Ini memerlukan perhatian dalam membuat diagnosis dan memerlukan proses penegasan yang cermat. Encephalitis dan keracunan karbon monoksida dianggap terkait dengan sindrom ini lebih sering dibanding penyakit organik lainnya.

Pedoman diagnostik
   
Kriteria umum untuk mengasumsikan etiologi anorganik, yang didasarkan menurut poin yang disebut pada F06, harus dipenuhi. Disamping itu, harus ada salah satu dari berikut :

a)stupor (pengurangan atau tidak adanya pergerakan spotan dengan mutisme parsial atau menyeluruh, negativisme, dan posturing yang kaku).
b)Excitement (hypermotilitas kasar dengan atau tanpa sebuah kecenderungan terhadap assaultiveness).
c)Keduanya (bergantian dengan cepat dan tidak terduga dari hypo-aktivitas sampai hyper-aktivitas.
Fenomena katatonik lain yang meningkatkan kepercayaan terhadap diagnosis adalah: stereotypies, waxy flexibility, dan impulsive acts.

Tidak termasuk : schizophrenia katatonik (20.2)
                            Stupor disosiatif (F44.2)
                            Stupor NOS (R40.1)

Gangguan delusional organik (mirip schizophrenia)
   
Sebuah penyakit dimana delusi presisten atau rekuren mendominasi dalam gambaran klinis. Delusi bisa disertai dengan halusinasi tapi tidak terbatas pada komponennya. Sifat-sifat yang menyebabkannya mirip dengan schizophrenia seperti delusi ganjil, halusinasi, atau gangguan pemikiran, juga bisa ditemukan.

Pedoman-pedoman diagnostik
   
Kriteria umum untuk mengasumsikan sebuah etiologi organik, yang ditentukan pada F06, harus dipenuhi. Disamping itu, harus terdapat delusi (persecutory, perubahan badan, jealousy, penyakit atau kematian subjek atau orang lain). Halusinasi, gangguan pemikiran, atau fenomena katatonik terisolasi bisa terjadi. Kesadaran dan memori tidak harus dipengaruhi. Diagnosa ini tidak boleh ditentukan jika bukti yang diduga tentang penyebab organik tidak spesifik atau terbatas untuk menemukan ventrikel-ventrikel cerebral yang membesar (divisualisasikan pada tomografi aksial tekromputerisasi) atau tanda-tanda neurologist “lunak”.

Termasuk : paranoid dan kondisi organik halusinasi-paranoid
                   Psikosis mirip schizophrenia pada epilepsy

Tidak termasuk :  gangguan psikotik akut dan sementara (F23. -)
                             Gangguan psikotik yang dipengaruhi obat (F1x,5)
                             Gangguan delusional yang terus menerus (F22. -)
                             Schizophrenia (F20. -)

Gangguan mood organik (afektif)
   
Gangguan-gangguan yang ditandai dengan perubahan mood atau affect, biasanya disertai dengan perubahan tingkat aktivitas secara keseluruhan. Satu-satunya kriteria inklusi untuk penyakit ini adalah penyebab langsungnya yang diduga akibat gangguan otak atau gangguan fisik lainnya yang keberadaannya harus ditunjukkan secara independen (misalnya dengan menggunakan pengamatan laboratorium dan pengamatan fisik yang sesuai) atau diasumsikan berdasarkan informasi riwayat yang memadai. Gangguan afektif harus mengikuti faktor organik yang diduga dan dipertimbangkan tidak menghasilkan sebuah respon emosional terhadap pengetahuan pasien akibat menderita gejala dari penyakit otak.
   
Depresi pasca-infeksi (misalnya setelah influenza) merupakan sebuah contoh umum dan harus disebutkan di sini.
Pedoman diagnostik
   
Disamping kriteria umum untuk mengasumsikan etiologi organik, yang ditentukan pada F06, kondisi harus memenuhi persyaratan untuk sebuah diagnosis dari salah satu gangguan yang disebutkan di F30-F33.
Tidak termasuk : gangguan mood (afektif), nonorganik atau yang tidak ditentukan (F30-F39).
                              Gangguan afektif sebelah kanan (F07.8)

(Sumber : ICD-10).

No comments:

Post a Comment

Hubungan Indonesia-Australia di Era Kevin Rudd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang     Pada tanggal 3 Desember 2007, pemimpin Partai Buruh, Kevin Rudd, dilantik sebagai Perdana Menter...