Saturday, April 17, 2010

Dentigerous cyst yang terkait dengan mesiodens berganda: Sebuah laporan kasus

Abstrak

Dentigerous cyst merupakan sebuah kista odontogenik tahap perkembangan, yang terjadi akibat akumulasi cairan di antara epitelium email-gigi yang berkurang dan mahkota dari sebuah gigi yang belum erupsi. Jika diamati pada gigi yang telah erupsi sempurna, diagnosanya cukup mengejutkan: sekitar 95% dentigerous cyst melibatkan gigi geligi permanen dan hanya 5% yang terkait dengan supernumerary teeth. Dentigerous cyst yang terkait dengan supernumerary teeth memiliki kenampakan klinis yang biasa terjadi pada usia 40 tahun pertama. Mesiodens adalah sebuah supernumerary teeth yang terletak antara incisor-incisor sentral atas. Lebih sering mesiodens terjadi secara unilateral, meski bisa juga bilateral, sedangkan tiga atau lebih supernumerary teeth di daerah tengah palatal lebih jarang ditemukan. Disini diaporkan sebuah kasus kista dentigerous dalam kaitannya dengan mesiodens berganda pada seorang pasien wanita yang berusia 14 tahun.

Kata kunci: Dentigerous cyst, mesiodens, supernumerary teeth

Pendahuluan
   
Dentigerous cyst didefinisikan sebagai sebuah kista yang diakibatkan oleh pemisahan folikel dari sekitar mahkota sebuah gigi yang belum erupsi. Dentigerous cyst di sekitar supernumerary teeth mewakili 5% dari semua dentigerous cyst, kebanyakan terjadi di sekitar sebuah mesiodens dalam maxilla anterior. Karena gambaran histopatologis dari lapisan epitelium tidak spesifik, maka diagnosa didasarkan pada gambaran radiografi dan pengamatan bedah terhadap perlekatan kista pada cemento-enamel junction.

Laporan Kasus
   
Seorang pasien wanita berusia 14 tahun mengalami pembengkakan palatal sentral yang nyeri dan semakin meluas pada daerah anterior maxillary yang secara perlahan terus meningkat selama satu bulan terakhir. Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya pembengkakan  tegas pada proses alveolar maksilla (Gambar 1). Parameter-parameter laboratorium yang diperiksa cukup normal. Radiograf oklusal maxillary diagnostik (Gbr 2 dan 3) dan sebuah ortopantomograf (Gambar 4) menunjukkan sebuah lesi radiolusen dalam proses alveolar dari maxilla anterior. Lesi ini berbatas tegas yang terletak apikal terhadap incisor-incisor sentral, dengan ukuran sekitar 4,5 x 4 cm. Dua supernumerary teeth diamati terletak secara vertikal dan terinversi di dalam lesi; memiliki mahkota berbentuk kerucut dan satu akar pendek masing-masing. Tidak ada bukti resorpsi akar dari gigi permanen yang terkait. Temuan radiograf, reseksi bedah dan pemeriksaan histopatologis (Gambar 5) menguatkan diagnosa dentigerous cyst yang terkait dengan mesiodens. Pasien tetap berada dalam keadaan ini selama follow up 6 bulan dan tidak ada komplikasi yang diamati (Gambar 6-9).

Pembahasan
   
Pembengkakan palatal keras yang berkista bisa diakibatkan oleh berbagai jenis kista odontogenik dan non-odontogenik yang berbeda. Pada contoh kasus di atas, dentigerous cyst terkait dengan mesiodens berganda yang diakibatkan oleh pembengkakan dalam palatal anterior.
   
Etiologi supernumerary teeth belum diketahui. Salah satu pendapat mengatakan bahwa supernumerary teeth terjadi dari tunas sebuah gigi ketiga yang muncul dari dental lamina di dekat tunas gigi permanen atau kemungkinan terjadi dari splitting/perpecahan tunas permenen itu sendiri. Pendapat ini didukung oleh fakta bahwa sebuah supernumerary tooth biasanya sangat mirip dengan jenis gigi kelompoknya. Supernumerary tooth yang paling umum adalah 'Mesiodens' sebuah gigi yang terletak antara incisor-incisor sentral atas.
   
Mesiodens biasanya bisa didiagnosa karena erupsi incisor sentral yang tertunda. Persistensi unilateral dari incisor deciduous, diastema luas atau incisor permanen yang telah erupsi merupakan presentasi umum lainnya. Mesiodens bisa tunggal atau ganda, erupsi atau terimpaksi dan jarang terkait dengan dentigerous cyst. Arah pertumbuhan mahkota mesiodens bisa normal, terinversi atau horizontal. Mesiodens diketahui memiliki sebuah mahkota yang berbentuk kerucut dan sebuah akar pendek yang ditemukan pada contoh kasus yang disajikan disini. Mesiodens merupakan entitas yang jarang dengan kejadian yang dilaporkan sebesar 0,15 sampai 1,9% dan memiliki sedikit kecenderungan pada pria.
   
Pemeriksaan radiologis yang diindikasikan untuk diagnosa supernumerary teeth atau mesiodens dan komplikasinya adalah: radiograf periapkal, oklusal, dan panoramik. Jika supernumerary tooth/mesiodens terlihat, lokasi dan jumlahnya harus dicatat oleh radiografer. Disamping arah pertumbuhan mahkota, lokasi pada lengkung gigi, pengaruh terhadap gigi di sekitarnya, resorpsi akar di sekitarya dan pembentukan kista dentigerous harus dievaluasi dengan cermat.
   
Kebanyakan mesiodens terletak secara palatal ke arah incisor permanen. Hanya beberapa yang ada dalam legkung gigi atau secara labial ke arah incisor permanen. Resorpsi akar-akar di sekitarnya oleh mesiodens atau kistanya merupakan sebuah komplikasi yang jarang terjadi. Pada contoh kasus yang disajikan, resorpsi akar tidak diamati.
   
Secara radiologi, lesi-lesi radiolusen yang terlihat jelas dengan batas-batas tegas yang terjadi dalam rahang atas dan rahang bawah bisa berasal dari penyebab odontogenik atau non-odontogenik; seperti kista radikular, dentigerous cyst, odontogenic keratocyst, non-odontogenic cyst seperti kista tulang sederhana, kista tulang aneurysmal, kista Stafne atau bahkan tumor-tumor seperti ameloblastoma.
   
Kista radikular merupakan kista odontogenik paling umum pada rahang atas dan rahang bawah. Secara radiologi, kista ini muncul dari puncak akar sebuah gigi berkaries dan dibatasi oleh sebuah lingkar tipis tulang kortikal. Kista radikular yang besar bisa memperbesar korteks, menyebabkan resorpsi akar pada gigi yang berdampingan atau bahkan meluas ke dalam sinus maxillary. Diagnosis banding yang mendetail dari sebuah kista radikular adalah granuloma periapikal. Sebuah batas kortikal yang berbentuk bulat dan jelas dengan ukuran lebih dari 2 cm merupakan ciri khas dari sebuah kista. Sifat pembeda dari entitas ini adalah hubungannya dengan akar sebuah gigi berkaries.
   
Keratocyst odontogenik terjadi akibat degenerasi kista dari organ enamel sebelum gigi terbentuk sehingga kista menggantikan gigi yang seharusnya erupsi. Keratocyst odontogenik umum ditemukan pada rahang bawah. Secara radiologis, kondisi ini terlihat sebagai sebuah lesi radiolusen multiokular dengan batas yang halus dan berlekuk. Kondisi ini tidak memperluas tulang alveolar seperti perluasan akibat dentigerous cyst dan bisa terikat secara apikal pada akar. Ciri klask dari kista ini adalah tidak adanya gigi yang terkait.
   
Kista-kista non-odontogenik diamati dalam daerah saluran incisif atau daerah nasolabial. Kista saluran incisif berada pada garis tengah terletak antara akar-akar incisor setral atas dan secara karakteristik berbentuk seperti hati. Ini bisa menyebabkan akar dari incisor sentral atas memencar. Kista nasolabial terjadi dalam jaringan lunak aspek lateral hidung dan bibir atas. Dengan demikian kista-kista didiagnosa menurut lokasi anatomi klasiknya. Kista tulang sederhana merupakan sebuah kista unilocular dan biasanya ditemukan dalam aspek posterior badan rahang bawah. Secara radiologi, kondisi ini terlihat seperti lesi radiolusen dengan batas-batas sklerotik. Batas dari sebuah kista tulang sederana bisa berlekuk. Kista tulang Stafne biasanya terletak pada sudut rahang-bawah. Kista ini dideteksi secara kebetulan dan terlihat sebagai sebuah lesi radiolusen yang memiliki batas tegas dan sclerosis minimal. Dari kebanyakan kista tulang aneurysmal yang terjadi pada tulang-tulang tubular atau pada tulang belakang, hanya 2% terjadi dalam rahang bawah atau rahang atas. Kista tulang aneurysmal terlihat sebagai lesi radiolusen multiocular yang bisa berekspansi. CT/MRI bisa menunjukkan keberadaan darah atau isi cairan dalam kista.
   
Ameloblastoma merupakan sebuah lesi radiolusen uni/multiocular yang terkait dengan ekspansi kortikal dan lebih umum pada rahang bawah dibanding pada rahang atas. Lesi ini menunjukkan batas-batas yang berlekuk, resorpsi akar gigi sekitar dan kecenderungan menembus korteks rahang untuk menjadi sebuah massa jaringan lunak ekstra osseous. Pada contoh kasus yang disajikan, semua diagnosis banding yang lain dari dentigerous cyst bisa dikeluarkan berdasarkan gambaran radiografisnya yang khas.
   
Dentigerous cyst merupakan kista odontogenik kedua yang paling umum dan secara karakteristik terkait dengan mahkota sebuah gigi yang belum erupsi. Gambaran diagnostik dari kista ini adalah keberadaan gigi yang tidak erupsi dalam kavitasnya. Kista ini muncul akibat akumulasi cairan di antara epitel email-gigi yang berkurang dan email gigi. Telah diduga bahwa tekanan yang ditimbulkan oleh gigi yang berpotensi erupsi terhadap sebuah folikel terimpaksi dapat menganggu aliran keluar vena sehingga mempengaruhi transdusi serum lintas dinding kapiler. Tekanan hidrostatis yang meningkat dari cairan yang menumpuk ini akan memisahkan folikel dari mahkota, dengan atau tanpa epitelium enamel yang berkurang. Kista ini biasanya terjadi dalam rahang bawah dan dikenal dapat berbentuk unilocular dan multiocular dan menyebabkan resorpsi apikal gigi-gigi sekitarnya.
   
Sebagai kesimpulan, supernumerary teeth biasanya menimbulkan masalah ortodontik pada anak-anak dan orang dewasa. Dentigerous cyst pada orang dewasa biasanya diakibatkan oleh gigi yang belum erupsi. Laporan ini mendukug kenampakan dini dari mesiodens berganda dengan dentigerous cyst terkait dan juga menunjukkan diagnosa banding yang relevan.

No comments:

Post a Comment

Hubungan Indonesia-Australia di Era Kevin Rudd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang     Pada tanggal 3 Desember 2007, pemimpin Partai Buruh, Kevin Rudd, dilantik sebagai Perdana Menter...