Wednesday, March 24, 2010

Dimensi-Dimensi Lengkung Gigi selama Pertumbuhan-Gigi Campuran (Mixed Dentition) : Sebuah Studi terhadap Anak-Anak Italia yang Dilahirkan antara Tahun 1950an dan 1990an

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan dimensi-dimensi lengkung gigi selama pertumbuhan-gigi campuran (mixed dentition) pada dua sampel kontemporer yang tinggal di daerah geografis yang sama dan berselisih sekitar 35 tahun. Sebuah kelompok yang terdiri dari 83 subjek (39 laki-laki dan 44 perempuan) yang lahir antara tahun 1953 sampai 1959 (usia rata-rata : 8 tahun 3 bulan +/- 15 bulan untuk laki-laki dan 7 tahun 8 bulan +/- 12 bulan untuk perempuan) dibandingkan dengan sebuah kelompok yang terdiri dari 84 subjek (38 laki-laki dan 46 perempuan) yang lahir antara 1990 dan 1998 (usia rata-rata : 8 tahun 8 bulan +/- 12 bulan untuk laki-laki dan 8 tahun 4 bulan +/- 11 bulan untuk perempuan. Pengukuran-pengukuran dilakukan pada cast gigi untuk segmen-segmen lengkung posterior dan anterior, lebar intermolar dan intercanine, dan ukuran mesiodistal incisor. Ruang anterior yang tersedia pada kedua lengkung dan dimensi terbalik anterior dihitung. Kelompok-kelompok dibandingkan dengan menggunakan uji non-parametrik (uji-U Mann-Whitney) untuk sampel-sampel independen (P < 0,05). Hasil menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan tahun 1990an menunjukkan lebar inter-molar maxillary yang secara signifikan lebih kecil ketika dibandingkan dengan perempuan di tahun 1950an. Populasi sekarang memiliki probabilitas yang lebih besar untuk mengalami maloklusi sebagai konsekuensi dari kecenderungan secular untuk berkurangnya lebar lengkung atas.

Kata kunci : Dimensi-dimensi lengkung, kelainan transversal antar-molar posterior.



Pendahuluan
  
Penduduk modern banyak terkena penyakit karakteristik seperti maloklusi, karies, diabetes, hypertensi, dan penyakit jantung yang relatif jarang ditemukan pada komunitas-komunitas yang kurang maju. Perubahan lingkungan, kebiasaan, dan difusi patologi respirasi yang lebih besar dianggap bertanggungjawab untuk meningkatnya prevalensi maloklusi. Pola-pola oklusal mengikuti trend-trend secular yang disebutkan dalam literatur di beberapa populasi; kecenderungan ini ditemukan tidak hanya dalam perbandingan antara subjek modern dan subjek kuno tapi juga antara kelompok dalam abad yang sama dengan interval hampir 30 tahun. Dimensi-dimensi lengkung gigi yang melintang khususnya semakin berkurang. Sebuah trend secular terhadap penipisan ruang anterior dan prevalensi crowding yang meningkat juga ditemukan oleh Lavelle dan Brin dkk., sedangkan Lindsten dkk., tidak menemukan hasil-hasil yang serupa. Dimensi segmen posterior selama pertumbuhan-gigi campuran (mixed dentition) menunjukkan sebuah trend melalui peningkatan pada penduduk kontemporer jika dibandingkan dengan populasi-populasi kuno (yang menunjukkan atrisi interproksimal) dan subjek-subjek dari pertengahan abad terakhir (yang menunjukkan prevalensi karies interproksimal yang lebih tinggi). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan dimensi-dimensi lengkung gigi selama pertumbuhan-gigi campuran (mixed dentition) pada dua sampel modern yang hidup di daerah geografis yang sama dengan perbedaan waktu hampir 35 tahun; satu kelompok subjek yang dilahirkan pada tahun 1950an dan yang lainnya dilahirkan pada tahun 1990an.

Bahan dan Metode
  
Kelompok 1950an (50sG) yang terdiri dari 83 subjek (39 laki-laki dan 44 perempuan) diperoleh dari arsip-arsip pasien, yang pertama kali diamati di Departemen Ortodontik Universitas Florence, Italia, di tahun 1960an. Semua subjek ini dilahirkan antara tahun 1953 sampai 1959. Usia rata-rata dari kelompok 50sF adalah 8 tahun 3 bulan +/- 15 bulan untuk laki-laki dan 7 tahun 11 bulan +/- 12 bulan untuk perempuan. Sampel laki-laki terdiri dari 19 subjek yang mengalami Maloklusi Kelas I, 17 mengalami maloklusi Kelas II divisi 1, dan tiga subjek mengalami maloklusi Kelas III. Sampel perempuan memiliki 21 subjek yang mengalami maloklusi Kelas I, 18 subjek mengalami maloklusi Kelas II divisi 1, dua subjek mengalami Maloklusi Kelas II divisi 2, dan tiga subjek yang mengalami maloklusi Kelas III.
  
Kelompok 1990an (90sG) yang terdiri dari 84 subjek (38 laki-laki dan 46 perempuan) diperoleh dari pasien-pasien yang diamati pada Departemen yang sama antara 1996 dan 2004. Subjek-subjek ini dilahirkan antara tahun 1990 sampai 1998. usia rata-rata dari kelompok 90sG adalah 8 tahun 8 bulan +/- 12 bulan untuk laki-laki dan 8 tahun 4 bulan +/- 11 bulan untuk perempuan. Sampel laki-laki memiliki 20 subjek yang mengalami maloklusi Kelas I, 16 subjek mengalami maloklusi Kelas II, dan dua subjek mengalami maloklusi III. Sampel wanita memiliki 21 subjek yang mengalami maloklusi kelas I, 20 subjek yang mengalami maloklusi kelas II divisi 1, dua subjek mengalami maloklusi Kelas II divisi 2, dan tiga subjek yang mengalami maloklusi Kelas III.
  
Kriteria inklusi berikut ini diadopsi untuk kedua kelompok: (1) tersedianya arsip klinis yang rinci; (2) tidak ada pengobatan ortodontik sebelumnya; (3) tidak ada bruxisme; (4) tidak ada cross-bite posterior unilateral; (5) tersedia cast gigi yang berkualitas baik; (6) tidak ada gigi yang tanggal, trauma gigi, kelainan gigi, karies dalam, restorasi, dan (7) ada radiograf panoramic.
  
Semua subjek adalah dari ras Caucasian di daerah geografi yang sama (Tuscany). Mereka semua sedang mengalami masa pertumbuhan-gigi campuran (mixed dentition) dini (ada molar permanen pertama dan incisor lateral dan central atas dan bawah yang erupsi atau sementara dalam fase erupsi). Untuk mengurangi range variabel yang mempengaruhi pengukuran lengkung, kedua kelompok dipasangkan menurut distribusi jenis kelamin dan prevalensi maloklusi sagittal. Vrossbite posterior unilateral (sebagaimana dinilai menurut catatan-catatan gigi dan dikuatkan dengan cast-cast gigi) dikeluarkan karena asimetri yang diharapkan antara sisi-sisi yang memiliki dan yang tidak memiliki crossbite. Radiograf-radiograf panoramic diperiksa untuk mengontrol tidak adanya kelainan-kelainan gigi, karies dalam dan restorasi.

Metode
  
Pengukuran-pengukuran dilakukan pada cast gigi menggunakan sliding caliper. Pengukuran berikut dilakukan: (1) segmen posterior (kanan dan kiri); jarak antara permukaan mesial molar permanen pertama dan permukaan mesial canine deciduous; (2) segmen anterior (kanan dan kiri); jarak antara permukaan mesial canine deciduous dan permukaan mesial incisor sentral permanen; dan (3) ukuran mesiodistal dari masing-masing incisor permanen.
  
Pengukuran-pengukuran ini dilakukan untuk lengkung bawah dan lengkung atas dan untuk sisi kiri dan sisi kanan. (1) diastema garis-tengah interincisal (atas dan bawah); (2) ruang yang ada dihitung sebagai jumlah segmen anterior dan diastema garis-tengah interincisal dikurangi jumlah ukuran mesiodistal gigi; (3) lebar inter-molar maxillary; jarak antara fossae sentral dari molar maxillary pertama kiri dan kanan; (4) lebar intermolar mandibular; jarak antara ujung-ujung cusp distobuccal dan molar-molar mandibular pertama; (5) kelainan antar-lengkung melintang posterior (PTID); perbedaan antara lebar intermolar maxillary dan mandibular; (6) lebar intercanine maxillary; jarak antara margin mesial canine deciduous maxillary kiri dan kanan; (7) lebar intercanine mandibular: jarak antara ujung cusp canine deciduous kanan dan kiri. Jika ujung cusp diabrasi, pusat daerah terabrasi yang diduga, digunakan; dan (8) ketidaksesuaian antar-lengkung transverse interior; perbdaan antara lebar intercanine mandibular dan maxillary.

Kesalahan Metode
  
Sebanyak 15 model yang dipilih secara acak diukur ulang untuk menghitung kesalahan metode bagi semua variabel, seperti yang dijelaskan oleh Dahlberg. Setiap kesalahan sistemik ditentukan dengan menghitung koefisien reliabilitas untuk semua variabel, sebagaimana dianjurkan oleh Houston. Kesalahan metode berkisar antara 0,00 sampai 0,66 mm. Koefisien kesesuaian reliabilitas berkisar antara 0,81 sampai 1,00.
Analisis Statistik
  
Data dari pengukuran cast untuk dua kelompok dibandingkan secara terpisah untuk laki-laki dan perempuan, dengan menggunakan uji non-parametrik (Uji-U Mann-Whitney) untuk sampel-sampel independen (P < 0,05). Semua perhitungan statistik dilakukan dengan software SPSS.

Hasil
  
Statistik deskriptif dan perbandingan statistik untuk kelompok-kelompok yang diperiksa ditunjukkan pada Tabel 1 dan 2. Laki-laki dan perempuan dari kelompok 90sG menunjukkan lebar antar-molar maxillary yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok 50sG. PTID secara signifikan kecil pada perempuan di kelompok 90sG. Ditemukan pengurangan segmen-segmen anterior lengkung atas pada perempuan di kelompok 90sG pada sisi kiri, tapi perbedaannya tidak relevan secara klinis. Tidak ada perbedaan yang ditemukan untuk semua nilai yang diperiksa.
Pembahasan
  
Kondisi-kondisi gigi dari berbagai populasi “primitif” telah diteliti sejak awal abad yang lalu. Price meneliti komunitas-komunitas Gaelic di Outer Hebrides, Eskimo dan Indian di Amerika Utara, penduduk pulau Laut Selatan Melanesia dan Polynesia, suku Afrika, Aborigin Australia, Maori Selandia baru, dan Indian di Amerika Utara dan menemukan kejadian penyakit gigi dan maloklusi yang sangat rendah pada populasi-populasi ini. Untuk orang Eskimo. Dia menemukan oklusi sempurna hingga sampai pada masyarakat modern, dan kejadian maloklusi selanjutnya meningkat menjadi 50%.
  
Price menghubungkan masalah-masalah gigi dengan makanan olahan. Begg pada tahun 1954 meneliti orang Aborigin di Australia yang hidup dan meninggal dan menemukan prevalensi maloklusi yang sangat rendah. Dia menyarankan bahwa hilangnya jaringan keras interproksimal karena atrisi bisa memberikan ruang yang cukup untuk gigi permanen agar bisa mencapai penataan yang layak. Corruccini dan Whitley, mengembangkan hipotesis Price dan mendukung adanya “teori pengabaian”, berbeda dengan Begg dan lebih menekankan berkurangnya fungsi sistem pengunyahan, yang harus bertanggungjawab untuk perkembangan rahang yang tidak memadai.
  
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa subjek-subjek yang tidak dirawat dalam masa pertumbuhan-gigi campuran (mixed dentition) yang diamati dalam 10 tahun terakhir mengalami lebar lengkung atas yang secara signifikan lebih kecil jika dibandingkan dengan subjek-subjek yang diamati 40 tahun yang lalu berdasarkan temuan-temuan Lindsten dkk. Ini bisa diinterpretasikan sebagai sebuah tanda kurangnya fungsi pada subjek modern sebagai konsekuensi dari makanan olahan, berdasarkan hubungan positif antara fungsi pengunyahan dan perkembangan rahang. Hubungan ini telah dibuktikan secara eksperimental pada sampel-sampel hewan oleh berbagai penelitian. Beecher dan Corruccini menemukan hubungan antara perbedaan sedang dalam kekerasan makanan dan penyempitan lengkung maxillary pada tikus. Mereka menyarankan bahwa pertumbuhan maxillary mediolateral tergantung pada stimulasi otot-otot yang diberikan oleh elemen-elemen kasar dalam makanan. Para penulis yang sama juga menemukan hasil-hasil ekivalen dengan populasi kera. Bouvier dan Hylander secara mikroskopis meneliti sampel yang sama dan menemukan sistem Haversian sekunder yang lebih kecil dalam corpus mandibular. Ciochon dkk., menemukan ukuran otot masseter dalam yang 25% lebih besar dan masseter superficial dan bobot temporalis pada sebuah hewan percobaan yang diberi makan makanan keras dibandingkan dengan yang diberi makan makanan lunak.
  
Penyebab menyempitnya lengkung atas yang penting lainnya pada populasi modern adalah prevalensi pernafasan lewat mulut yang meningkat sebagai konsekuensi dari penyakit pernafasan seperti alergi dan asma. Lindsten dkk., menyarankan bahwa banyak anak-anak yang modern yang sering mengunyah permen, sehingga perubahan konsistensi makanan tidak bisa ditunjukkan sebagai sebuah faktor penyebab menyempitnya maxilla. Sebagai konsekuensinya, pernafasan lewat mulut harus dipertimbangkan sebagai sebuah penyebab utama menyempitnya lengkung maxillary pada populasi-populasi modern.
  
Sebuah kecenderungan terhadap berkurangnya dimensi intermolar transverse posterior ditemukan pada anak-anak yang lahir di tahun 1990an dibandingkan dengan yang lahir di tahun 1950an; PTID merupakan sebuah tanda mendasar dari berbagai maloklusi.
  
Tallaro dkk., telah menunjukkan bahwa ada PDIT negatif pada lengkung-lengkung gigi yang mengalami maloklusi Kelas II (rata-rata 3,4 mm) dan hubungan-hubungan buccal yang terlihat normal. Baccetti dkk., menunjukkan bahwa PTID yang negatif ditemukan secara konsisten pada subjek Kelas II dengan dentisi deciduous dan PTID yang negatif tersebut dipertahankan atau memburuk selama masa peralihan ke mixed dentition. Varrela menguatkan bahwa anak-anak yang mengalami oklusal distal memiliki jarak intermolar yang lebih sempit dari subjek normal sejak usia tiga tahun, dan ketidakmiripan ini akan semakin tinggi seiring dengan usia. Pada sebuah penelitian terdahulu yang dilakukan pada kelompok yang sama, perbedaan antara kelompok 50sG dan 90sG ditemukan untuk seluruh gigi yang berganti baru, yang terlihat secara signifikan lebih terabrasi pada kelompok 50sG.
  
Keberadaan simultan antara rahang yang tidak berkembang dengan baik dan gigi yang baru bisa menjadi penyebab interferensi gigi dan memaksa panduan rahang pada sebuah posisi yang tidak tepat dalam bidang sagittal atau bidang transverse, dengan maloklusi konsekuensial. Stimulasi struktur muscular akibat makanan keras dan berserat memungkinkan perkembangan utama lengkung-lengkung gigi, yang menghasilkan stimulasi fungsional yang lebih besar dari otot-otot pengunyahan dan meningkatkan pemakaian oklusal.
  
Tidak ada perbedaan yang ditemukan antara kedua kelompok untuk dimensi segmen-segmen posterior, yang berbeda dengan hasil yang disebutkan oleh Lindsten dkk. Kelompok Lindsten menemukan ruang-ruang yang lebih luas dalam segmen posterior pada anak-anak yang dilahirkan di tahun 1980an jika dibandingkan dengan subjek-subjek yang dilahirkan di tahun 1950an. Mereka berhipotesis bahwa ada perubahan kondisi ruang lengkung lateral selama sepuluh tahun terakhir karena menurunnya prevalensi karies yang terjadi di periode yang sama. Temuan yang berbeda dari penelitian ini bisa diakibatkan oleh seleksi sampel yang berbeda sebab ketiadaan karies merupakan sebuah kriteria inklusi untuk subjek yang terlibat dalam penelitian ini. Penyebab lain longgarnya material gigi proksimal dari gigi-gigi posterior, seperti erosi interproksimal, cukup kurang pada populasi modern dan tidak bisa menyebabkan berkurangnya panjang segmen posterior dari lengkung pada masa pertumbuhan-gigi campuran (mixed dentition). 

No comments:

Post a Comment

Hubungan Indonesia-Australia di Era Kevin Rudd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang     Pada tanggal 3 Desember 2007, pemimpin Partai Buruh, Kevin Rudd, dilantik sebagai Perdana Menter...