Wednesday, March 17, 2010

Burung-Burung Liar dan Epidemiologi Flu Burung

Pendahuluan
   
Walaupun burung-burung liar merupakan sumber dan host yang dikenal untuk semua jenis virus flu burung (AIV), namun interaksi kompleks diantara host-host dan populasi virus ini belum mendapatkan perhatian yang banyak. Sebuah konsep umum tentang epidemiologi AIV pada burung-burung liar telah disebutkan; akan tetapi, keberadaan virus flu burung (HPAI H5N1) yang sngat patogenik pada burung-burung liar menguatkan kembali diperlukannya banyak pemahaman tentang riwayat alami AIV. Di seluruh dunia, host burung liar untuk AIV belum disebutkan secara rinci, bahkan dalam kelompok-kelompok yang telah dikaji dengan baik seperti Anseriformes dan Charadriiformes. Kurangnya klaritas ini tidak hanya berlaku bagi spesies host burung, tetapi juga pada berbagai jenis AIV yang terdapat dalam populasi-populasi ini. Bahkan dengan jumlah AIV ekstensif yang diisolasi pada laporan sebelumnya dari burung liar, spesies host dan distribusi global untuk berbagai sub-jenis AIV belum dipahami seluruhnya. Sampai sekarang, penelitian-penelitian yang terkait dengan epidemiologi AIV pada burung-burung liar akan menjadi fokus utama pada agen tersebut.
Seperti kebanyakan penyakit, epidemiologi AIV pada burung-burung liar ditentukan menurut interaksi antara host, agen, dan lingkungan. Konsep sederhana ini memiliki implikasi penting tidak hanya untuk memahami epidemiologi AIV tipe-liar tetapi juga untuk memahami imbas-imbas potensial yang terkait dengan masuknya virus-virus HPAI ke dalam populasi burung-burung liar.

Host dan Populasi Host
   
Infeksi AIV yang terjadi secara alami telah dilaporkan dari burung-burung yang hidup bebas yang mewakili lebih dari 90 spesies dengan 13 ordo burung. Kebanyakan spesies ini terkait dengan habitat air dan dua ordo burung, Anseriformes dan Charadiriiformes. Spesies-spesies dalam famili Anatide ordo Anseriformes (khususnya bebek, subfamily Anatinae) telah mewakili kebanyakan isolasi AIV yang dilaporkan; virus ini dilaporkan dari 47 diantara 158 spesies bebek dan angsa di seluruh dunia. Isolasi AIV lainnya dilaporkan dari mallard (itik jantan) (Anas platyrhynchos) dibanding spesies yang lain. Dalam spesies Chardriiformes, AIV diisolasi dari spesies dalam tiga family (Scolopacidae, Laridae, dan Alcidae). Dalam Scolopacidae, kebanyakan isolasi AIV yang dilaporkan adalah dari satu spesies, yakni Arenaria interprets. Isolasi juga dilaporkan dari tujuh ordo burun tambahan, yang mencakup spesies-spesies yang umum terkait dengan habitat akuatik, tetapi secara kolektif ini hanya mencakup 10 spesies dari mana AIV diisolasi. Walaupun ada laporan AIV dari spesies-spesies dalamordo Columbiformes, Piciformes, dan Passeriformes, kebanyakan upaya isolasi AIV yang melibatkan spesies yang terkait dengan habitat kuat mengalami kegagalan; kelompok spesies ini tidak dianggap sebagai host AIV yang penting.
   
Diantara burung-burung yang suka berpindah-pindah, prevalensi AIV bisa sangat berbeda tergantung pada musim dan lokasi, dan karena spesies masing-masing menunjukkan perilaku migrasi yang berbda, habitat yang dipilih, dan rentang geografik, maka spesies tertentu dalam kelompok host ini bisa memengang peranan yang berbeda namun penting dalam epidemiologi AIV. Secara umum, prevalensi AIV pada bebek mencapai puncak di akhiar musim panas dan di awal musim gugur. Ini terkait dengan penentuan-tahapan pra-migrasi dan mirip dengna pola yang ditemukan pada itik jantang (mallard) di Amerika Utara. Pola ini terkait dengan peningkatan konsentrasi burung-burung yang sedang dalam masa bertelur dan rentan, sehingga menyebabkank laju infeksi AIV melebihi 30% pada remaja saat ini.
Virus
   
Jenis-jenis virus flu burung tidak tersebar merata pada populasi burung-burung liar. Variasi ini bisa terjadi diantara host, lokasi, dan tahun. Kebanyakan AIV yang diisolasi dari bebek direpresentasikan oleh virus pada sub-tipe H3, H4, dan H6. Subtipe H11 juga umum pada populasi bebek. Virus-virus yang merepresentasikan H5, H7, dan H9 pada umumnya dilaporkan dengan tingkat prevalensi rendah dari bebek; tetapi sub-tipe virus ini bisa lebih umum pada lokasi dan waktu spesifik. Subtipe H8 sangat jarang pada bebek dengan kurang dari 10 isolasi yang dilaporkan selama 20 tahun terakhir di Amerika Utara. Keanekaragaman subtipe tidak konstan diantara setiap tahun; sub-tipe yang dominan, seperti H3, H4, dan H6, dilaporkan mengikuti siklus 2-tahun, sedangkan yang lainnya terjadi secara sporadis (Krauss dkk., 2004).
   
Pada burung pantai dan burung camar, keanekaragaman subtipe AIV belum dipahami dengan baik, tetapi ada perbedaan antara spesies Charadriiforme dengan bebek. Sampai sekarang ini, sembilan subtipe AIV terdapat lebih sering pada burung-pantai dibanding pada bebek yang mencakup H5, H7, H9, dan H13. Juga penting untuk memahami bahwa data yang ada tentang keanekaragaman subtipe pada burung-pantai terbatas cakupannya dengan kebanyakan isolat yang diisolasi dari satu spesies pada satu lokasi.

Lingkungan
   
Transmisi dan terjaganya AIV pada populasi burung liar tergantung pada transmisi fecal/oral. Replikasi AIV pada bebek terjadi sebagian besar pada saluran usus dengan konsentrasi virus infeksi yang tinggi pada feces. Virus-virus flu burng telah berhasil diisolasi dari air permukaan di Alberta, Canada, Minnesota, USA dan Alaska.
   
Meskipun telahdikethaui pentingnya transmisi feces/oral dari virus-virus ini pada populasi burung liar, namun data yang ada tentang persistensi AIV pada air masih sangat terbatas. Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa AIV (termasuk virus HPAI H5N1 tipe liar) bisa bertahan salam periode waktu yang lama dalam air. Masing-masing virus berbeda kemampuannya untuk tetap infeksif, dan persistensi tergantung pada suhu air, pH dan salinitas, dalam rentang yang biasanya ditemukan dengan permukaan air di lapangan.

KPAI H5N1
   
Range host untuk AIV semakin meningkat dengan adanya laporan-laporan HPAI H5N1 pada burung-burung liar di Eurasia. Kejadian mortalitas ini cukup signifikan karena mewakili kematian AIV signifikan pertama pada spesies burung liar yang hidup bebas sejak kematian yang terkait HPAI H5N3 pada spesies Sternahirundo di Afrika Selatan. Isolasi HPAI H5N1 dilaporkan dari lebih 60 spesies burung liar dan tampak bahwa virus-virus ini telah dipindahkan ke Eurasia selama migrasi pada tahun 2005. Hasil-hasil ini mencerminkan besarnya kerentanan virus Eurasia HPAI H5N1, tetpai sekarang, memberikan sedikit pengetahuan tentang host liar yang potensial. Dalam mengevaluasi laporan ini dan laporan host lainnya, penting untuk membedakan antara sebuah kerantanan dan hist reservoir. Ada banyak isolasi AIV yang dilaporkan (termasuk virus HPAI) dari burung-burung yang terkait dengan kawanan unggas yang terinfeksi-AIV, dari burung-burung captive dalam koleksi zoologi dan dari burung-burung liar yang diimpor dari perdagangan hewan peliharaan. Pengisolasian yang dilaporkan ini memberikan bukti tentang kerentanan AIV dan pengetahuan mengenai aktivitas antropogenik yang berpotensi mengenai transmisi ke hewan liar.

Kesimpulan
   
Penelitian sampai sekarang ini secara jelas menunjukkan bahwa spesies dan struktur populasipenting dalam penjagaan, transmisi dan perindahan jarak-jauh dari AIV. Perbedaan-perbedaan yang terkait dengan perilaku umum, distribusi spasial dan temporal, utilisasi habitat, perilaku migrasi, struktur usia populasi, dan kerentanan spesies individual semuanya berpotensi mempengaruhi peranan sebuah spesies dalam epidemiologi AIV. Semua faktor ini harus dipahami, atau paling tidak dipertimbangkan, ketika merancang strategi-strategi surveilans atau menginterpretasikan hasil-hasil surveilans. Mortalitas yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang terkait dengan infeksi HPAAI H5N1 pada burung-burung liar memberikan sebuah jalur baru untuk memahami potensi pertukaran AIV antara burung liar dan burung domestik dan lebih lanjut menunjukkan dan mengekspansikan peranan yang mungkin dimiliki oleh burung-burung liar dalam epidemiologi AIV. Peranan ini harus secara jelas ditentukan jika kita akan memahami implikasi penuh dari masuknya virus HPAI H5N1 sekarang ini kedalam populasi burung liar dan yang paling penting mencegah perpindahan selanjutnya.

No comments:

Post a Comment

Hubungan Indonesia-Australia di Era Kevin Rudd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang     Pada tanggal 3 Desember 2007, pemimpin Partai Buruh, Kevin Rudd, dilantik sebagai Perdana Menter...