Tuesday, March 30, 2010

Bahaya yang dapat ditimbulkan berenang dan menyelam terhadap kulit

Aktivitas reakreasi di air yang semakin populer telah menjadikan berbagai dermatosis terkait-air sebagai kondisi yang dominan. Para amatiran dalam berenang di bawah air dan penerjun scuba tidak selamanya menyadari bahaya-bahaya yang ada, khususnya jika aktivitas-aktivitas ini dilakukan pada perairan-perairan yang jarang dikunjungi pada hari libur.

Bahaya-bahaya umum
   
Bahaya radiasi UV yang terkait dengan berenang dan olahraga air lainnya dibahas di Bab 24. orang-orang yang jatuh dari perahu ke dalam air yang sangat dingin bisa mati dalam beberapa menit sebelum pelindung khusus dari panas dilepaskan. Merendam diri terlalu lama dalam air laut yang hangat bisa menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit akibat serapan percutaneous (ketidakseimbangan imersi). Kulit kering setelah berenang (xerosis perenang) bisa sebagian diakibatkan oleh gradien osmotik; faktor-faktor lain mencakup pengenceran sebum dan penggunaan sabun setelah itu. Hubungan antara otitis eksternal (swimmer's ear) dengan olahraga air dibahas di bab 65. Urtikaria parah dan urtikaria akuagenik dan pruritus dibahas di Bab 47.
   
Kontaminasi bakteri dari pembuangan limbah cair menyebabkan banyak kasus gangguan gastrointestinal pada para perenang yang menggunakan pantai untuk beristirahat, bahkan di Inggris, dan pada mereka yang mandi di sungai-sungai tempat rekreasi. Infeksi kulit yang diakibatkan oleh organisme pada feces juga bisa lebih umum pada sungai-sungai yang terkontaminasi, dan iritasi kulit bisa terjadi akibat toksin-toksin yang dilepaskan oleh alga biru-hijau di perairan pedalaman. “Bikini bottom” merupakan sebuah folliculitis nodular pada bokong bawah, yang kemungkinan lebih disebabkan oleh oklusi poral karena tidak mengganti kostum renang yang lembab ketimbang oleh patogen-patogen spesifik.
   
Dermatitis kontak alergis bisa terjadi, misalnya pada karet pakaian mandi atau zat warna, kaca mata renang, alat bernafas, dan lain-lain. Leukoderma toksik akibat penggunaan kaca mata renang telah dilaporkan.
   
Kondisi-kondisi traumatik mencakup “surfer's knee”, injury tamparan air pada paha anterior dari perenang cepat, luka bakar pada ekstermitas pemain ski air, “purpura gogglorum” yang disebabkan oleh efek tekanan dan pengisapan dan “swimmer's shoulder” - sebuah plak kasar erythematous  yang disebabkan oleh gesekan dari jenggot yang tidak dicukur saat berenang gaya bebas.

Kolam renang dan pusaran air
   
Klorin dapat menyebabkan iritasi pada subjek-subjek yang mengalami kulit kering atau dermatitis atopik. Urtikaria kontak akibat keterpaparan terhadap air kolam yang berklorin juga telah dilaporkan. “Jerawat akuagenik” terkait dengan hyperaktivitas kelenjar sebaceous, sebuah efek pengiritasi dari klorin terhadap lubang saluran pilosebaceous dan kerusakan poral akibat overhidrasi. Sebuah antiseptik kolam, bromoklorin (1-bromo-3-kloro-5-dimetil-hidrasi), dapat menyebabkan perjangkitan pruritus yang parah dan dermatitis iritan. Konjungtivitas kimiawi bisa terjadi jika subjek berenang dengan mata terbuka. Penggunaan fasilitas kamar ganti umum bisa meningkatkan risiko penyebaran verrucae dan tinea pedis. Infeksi Mycobacteriu marinum dibahas di Bab 28. Efek pemutihan (bleaching) dari klorin bisa memperterang warna rambut jika mandi di kolam yang berklorin dan jika paparan sinar matahari berlebihan. Pada perenang yang aktif, bahkan rambut hitam bisa menjadi pirang; mekanisme-mekanisme yang terlibat antara lain kerusakan kutikel, masuknya asam hypoklor dan kerusakan pada melanosoma. Perubahan warna hijau pada rambut bisa terjadi pada orang yang berambut pirang akibat sering berenang dalam kolam, kemungkinan karena keterpaparan terhaap algisida yang berbasis tembaga. Penggunaan shampoo secara reguler dan 3% losion hidrogen peroksida bisa mengurangi efek ini.

Folliculitis Pseudomonas
   
Pseudomonas aeruginosa telah ditemukan terkait dengan perjangkitan folliculitis, utamanya pada orang-orang yang menggunakan pusaran air (jacuzzis) dan permandian air panas, walaupun pada beberapa kasus, sumbernya adalah kolam-kolam renang dalam ruangan. Pseudomonas aeruginosa mampu bertahan pada suhu yang relatif tinggi dan kadar klorin yang tinggi. Organisme ini berkelompok pada lapisan korneum yang mengalami overhidrasi pada follicular ostia. Gejala-gejala yang terjadi biasanya muncul 8-48 jam setelah keterpaparan, cukup sering dengan beberapa anggota keluarga yang terkena sekaligus. Ruam biasanya gatal dan polimorf, dengan makula-makula erythematous, papula-papula, gelembung-gelembung dan pustula-pustula. Area yang paling sering terkena cenderung yang ditutupi oleh pakaian mandi. Kepala dan leher jarang terkena. Kemungkinan ada konjungitivits yang terkait, pharyngitis dan, terkadang, pembengkakan payudara, gejala-gejala abdominal dan limfadenopati. Otitis eksternal akut, juga biasanya disebabkan oleh infeksi Pseudomonas, bisa terjadi bersamaan.
   
Pengobatan biasanya asimptomatik. Penyakit ini biasanya hilang secara spontan setelah 7 – 10 hari.

Berenang di lingkungan terbuka

Mandi di air laut
   
Banyak bahaya mulai dari yang sepele sampai yang fatal bisa terjadi pada orang-orang yang berenang di air laut. Bahaya-bahaya ini mencakup sengatan dan lesi-lesi lain yang ditimbulkan oleh Cnidaria, yang mencakup antara lain ubur-ubur, anemon laut, koral dan hydroid; erupsi “seabather”; reaksi kontak toksik dan iritan terhadap rumput laut, bryozoa, sponges, cacing bulu, ketimun laut dan beberapa ikan; injury fisik akibat sisik ikan elasmo-branch seperti ikan-anjing dan injury akibat papan ski, laserasi akibat koral; injury isapan oleh beberapa ikan pari; luka-luka tusukan akibat urchin laut (Gbr. 22.18) dan beberapa moluska; dan gigitan octopus dan sengatan ikan.
   
Dua dermatosis papular pruritus berbeda yang terkait dengan larva cercarial mikroskopis pada air yang terkontaminasi, adalah penyakit gatal perenang (swimmer's itch), dan erupsi seabather.
Penyakit gatal perenang (Swimmer's itch)
   
Ini merupakan sebuah respon alergi terhadap larva dari schistosoma hewan yang host utamanya bukan manusia. Penyakit gatal perenang terjadi setelah 12-24 jam keterpapara terhadap larva schistosom hewan, biasanya di air tawar, walaupun terkadang juga di air laut. Perjangkitan lebih umum di musim panas.
   
Gejala awalnya bisa berupa sensasi tusukan yang segera dirasakan setelah meninggalkan air, bersamaan dengan larva yang menusuk kulit, dan biasanya berlangsung selama satu jam atau lebih. Makula-makula erythematous muncul 10-15 menit setelah penetrasi, utamanya pada bagian-bagian yang tidak dilindungi dengan pakaian renang. Jika individu tidak sensitif terhadap cercariae, maka gejala-gejala dan tanda-tanda bisa hilang dalam waktu kurang dari 12 jam. Pada individu yang sensitif, lesi-lesi berkembang setelah 10-20 jam menjadi papula-papula gatal yang intensif, yang bisa bergabung membentuk plak. Gatal-gatal dan erupsi papular bisa berlangsung 1-2 pekan. Pada kasus-kasus yang parah, biasanya mereka yang terekspos berulang-ulang terhadap cercariae, lesi-lesi bisa berkembang menjadi gelembung dan pustula, dan gejala-gejala sistemik seperti sakit kepala dan demam bisa terjadi.
   
Epidermis menunjukkan spongiosis dengan pengumpulan eutrofil dan eosinofil. Terkadang, biopsi-biopsi yang diambil dalam 48 jam setelah keterpaparan bisa menunjukkan cercariae dalam epidermis luar.
   
Erupsi seabather, yang diakibatkan oleh cnidarian bisa mirip dengan lesi-lesi papular pruritus, meski cenderung maksimal mempengaruhi kulit yang ditutupi oleh pakaian renang dan hanya terjadi pada air asin. Kemungkinan-kemungkinan lain bisa mencakup gigitan arthropoda dari berbagai jenis dan dermatitis rumput-laut.
   
Menutupi kulit, misalnya dengan pakaian basah, bisa melindungi. Penggosokan dengan handuk secara intensif setelah berenang diduga dapat mengurangi penetrasi cercarial. Krim-krim steroid topikal, dan antipruritus topikal seperti 0,5% menthol atau lotion calamine, bisa meredakan pruritus.

Penyelaman laut-dalam profesional
   
Sebagai akibat dari meningkatnya aktivitas pengeboran minyak pantai selama dua sampai tiga puluh tahun terakhir, para penyelam biasa menghabiskan waktu sampai 90 hari dalam kedalaman laut yang cukup dalam. Mereka terpapar terhadap suhu yang tinggi dan terkadang memiliki kelembaban melebihi 90%, sebuah kondisi yang mendukung otitis eksternal Pseudomonas. Ini dapat dicegah dengan kesehatan profilaksis yang baik dan dengan menggunakan tetes-telinga aluminium asetat. Infeksi-infeksi stafilococcal pada kulit bisa menimbulkan masalah dalam pakaian penyelam dan kurang merespon terhadap terapi antibiotik dibanding yang biasanya (mungkin karena suhu tinggi dan kelembaban). Luka bakar yang bisa terjadi akibat pemanasan berlebih pada pakaian perenang dan nyala senter akibat prosedur pengelasan adalah bahaya-bahaya potensial lainnya.

No comments:

Post a Comment

Hubungan Indonesia-Australia di Era Kevin Rudd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang     Pada tanggal 3 Desember 2007, pemimpin Partai Buruh, Kevin Rudd, dilantik sebagai Perdana Menter...