Wednesday, February 24, 2010

Penggunaan ekstrak Terminalia chebula sebagai sebuah agen antikaries: sebuah studi klinis

Abstrak

Obatan-obatan dari tanaman telah lama menjadi bagian dari sistem perawatan kesehatan tradisional kita, dan sifat-sifat antimikroba dari senyawa-senyawa yang diperoleh dari tanaman telah banyak dilaporkan. Tujuan dari penelitian kali ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh ekstrak Terminalia chebula (sebuah tanaman obat) terhadap sampel-sampel saliva dan potensinya untuk digunakan sebagai sebuah agen antikaries dalam bentuk obat kumur. Sebuah ekstrak cair pekat dibuat dari buah T. chebula. Obat kumur dengan konsentrasi 10% dibuat dengan mengencerkan ekstrak dalam air suling yang steril. Keampuhan obat kumur dinilai dengan pegujian terhadap 50 sampel saliva. Sampel-sampel saliva diambil dari subjek-subjek yang telah ditetapkan berisiko tinggi untuk mengalami karies. pH saliva, kapasitas saliva untuk mempertahankan pH, dan aktivitas mikroba dinilai sebelum berkumur, sesaat setelah, dan 10 menit, 30 menit, dan 1 jam setelah berkumur. Terjadi peningkatan pH dan kapasitas penyanggaan dan pengurangan jumlah mikroba. Ekstrak cair dari T. chebula yang digunakan sebagai obat kumur nampaknya dapat menjadi agen antikaries yang efektif.

Kata kunci: karies gigi, tanaman, saliva, Streptococcus mutans

Penatalaksanaan karies gigi telah berkembang mulai dari model bedah kuno sampai model medis sekarang. Pergeseran ini disebabkan oleh perubahan pandangan dari profesi gigi terhadap karies gigi. Karies gigi sekarang ini dipandang dari dua perspektif, yaitu “karies sebagai sebuah penyakit” dan karies sebagai sebuah lesi. Model bedah dari penatalaksanaan “karies gigi sebagai lesi”, yaitu pemindahan lesi berkaries, preparasi gigi, dan restorasi, saat ini hanya dilakukan untuk lesi-lesi yang telah melubangi dan menembus aspek dentin dari struktur gigi. Model medis dari penatalaksanaan “karies gigi sebagai penyakit” antara lain (a) mengidentifikasi kelompok risiko; (b) remineralisasi gigi berkaries yang belum berlubang, tanpa intervensi bedah; dan (c) mencegah kejadian/kekambuhan penyakit pada individu.
   
Perkembangan pesat bidang kariologi lebih menekankan pada pentingnya pencegahan. Fluoride telah menjadi material preventif yang paling populer karena kemampuannya meremineralisasi gigi dan menjadikannya kebal terhadap asam. Karies gigi disebabkan oleh banyak faktor, termasuk faktor makanan, faktor saliva, dan faktor mikroba; dengan demikian, bahan preventif telah ditemukan, dengan mentargetkan faktor-faktor penyebab ini. Sebagai contoh, penggunaan agen-agen antimikroba, seperti klorheksidin, sekarang ini telah diakui sebagai tindakan preventif yang bermanfaat.
   
Telah ada perubahan pemikiran secara global, dengan kecenderungan yang semakin meningkat untuk “kembali ke alam”. Peradaban Barat sekarang ini sedang memperhatikan kebudayaan Timur kuno tentang cara-cara dalam memperbaiki dan memperkuat keseluruhan gaya hidup mereka; ini dibuktikan dengan meningkatnya minat terhadap spiritualitas, yoga, diet organik sehat, dan penggunaan tanaman obat.
   
Peradaban India, seperti yang diketahui setiap orang, masih sangat kuno dan kaya akan sumber-sumber daya ini. Penggunaan jamu-jamuan dan tanaman untuk mengobati penyakit telah menjadi praktek umum di negara ini sejak zaman dahulu. Tetapi dengan adanya pengaruh Barat dan bukti ilmiah yang kuat yang mendukung Allopathy, sistem-sistem alternatif dari obat-obatan India telah mengalami kemunduran. Akan tetapi, sekarang digalakkan lagi, dengan berbagai penelitian ilmiah yang menghasilkan bukti-bukti untuk mendukungnya.
   
Telaah literatur menunjukkan banyak bukti tentang penggunaan tanaman dan produk tanaman dalam pencegahan karies. Dalam penelitian kali ini, kami telah memilih satu tanaman obat (Terminali chebula) untuk mengkaji keampuhan ekstraknya sebagai sebuah obat kumur antikariogenik.

Maksud dan Tujuan
   
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keampuhan ekstrak T. chebula pada saat digunakan sebagai sebuah obat kumur antikariogenik.
   
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati, pada orang-orang yang berisiko karies tinggi, efek berkumur dengan ekstrak T. chebula; yang diukur adalah variabel berikut:

1.Perubahan pH saliva
2.Perubahan kapasitas penyanggaan saliva
3.Perubahan jumlah mikroba dalam saliva
Bahan dan Metode
Penyiapan ekstrak
   
Buah T. chebula yang sudah matang ditumbuk halus. Bubuknya kemudian dicampur dengan air suling steril dengan perbandingan 1:10 dalam sebuah labu kimia yang beralas bulat dan suspensinya disimpan pada suhu 4oC selama 72 jam. Ekstrak cair didekantasi, diklarifikasi dengan penyaringan melalui sebuah kain tipis dan diuapkan pada sebuah cawan keramik beralas datar pada suhu 40oC. Ekstrak kering disuspensi ulang dalam polietilen glikol (20% v/v) dan air suling diuapkan untuk memperoleh konsentrat akhir. Konsentrat ini kemudian diencerkan dengan air suling steril untuk mendapatkan sebuah obat kumur dengan konsentrasi 10% (w/v).

Populasi Sampel dan Ukuran
   
Sampel dipilih dari pasien-pasien yang mendatangi Departemen Rajah Muthiah Medical College and Hospital, Universitas Annamalai, Chidambaram. Pasien pria dan wanita dalam kelompok usia 18-25 tahun dinilai risiko kariesnya dengan menggunakan kriteria yang diikuti berdasarkan Division of Conservative Dentistry, Universitas Annamalai.
Kategori risiko adalah sebagai berikut:
   
Risiko tinggi: Lebih dari 70% skor minimum dari dua kategori, dimana salah satu dari kategori harus dianalisis salivanya atau menjalani pemeriksaan klinis.
   
Risiko sedang: 50 -70% skor minimum dua kategori, dimana salah satu diantara kategori harus menjalani analisis saliva atau pemeriksaan klinis.
   
Risiko rendah: Kurang dari 50% skor pada semua kategori.
   
Sebanyak 50 pasien yang berisiko karies tinggi dipilih. Surat izin diperoleh setelah prosedur yang akan dilakukan dijelaskan kepada mereka.

Analisis pH Saliva
   
Sampel-sampel saliva dari 50 pasien diambil dan pH dianalisis dengan menggunakan pemeriksaan saliva GC.
   
Saliva yang tidak terstimulasi dibiarkan terkumpul di lantai dari mulut dan kemudian ditransfer ke botol pengumpul. Kertas uji pH dicelupkan ke dalam sampel selama seurang-kurangnya 10 detik dan perubahan warna dibandingkan dengan grafik yang telah disediakan. Nilai-nilainya dicatat.

Analisis kapasitas saliva untuk mempertahankan pH
   
Kapasitas saliva untuk mempertahankan pH dinilai dengan menggunakan sebuah pemeriksaan saliva GC.
   
Uji kapasitas saliva dilakukan pada saliva terstimulasi. Pasien diinstruksikan untuk mengunyah sepotong lilin parafin selama 30 detik. Saliva pertama yang disekresikan dibuang dan saliva yang disekresikan selanjutnya dikumpulkan untuk diteliti. Dengan menggunakan pipet, satu tetes saliva dimasukkan pada masing-masing wadah uji. Setelah 2 menit, warna strip dibandingkan dengan grafik yang telah disediakan, dan nilai-nilainya dicatat.

Analisis mikroba saliva
   
Saliva untuk analisis mikroba diambil dari 32 pasien dengan cara yang seperti yang dilakukan untuk uji penyangga.
   
Teknik yang digunakan untuk menilai kandungan mikroba adalah pengenceran dan tehnik plat sebar. Sampel-sampel saliva diambil dua kali dari masing-masing 32 pasien: sebelum berkumur dengan ekstrak T. chebula dan 90 menit setelah berkumur. Sampel-sampel diencerkan dengan larutan garam dan kemudian dipoleskan pada cawan petri yang mengandung medium yang sesuai yaitu agar MSB untuk Streptococcus mutans dan agar sp untuk lactobacilli. Plat-plat diinkubasi selama 72 jam pada suhu 35oC. Setelah inkubasi, koloni-koloni dihitung.
   
Pasien diminta menggunakan ekstrak pekat 10% sebagai obat kumur dan disuruh untuk menahannya dalam mulut selama 40 detik sebelum mengeluarkannya. Pasien tidak dibolehkan berkumur dengan air atau mengkonsumsi apapun lewat mulut selama 90 menit setelah prosedur ini. Uji pH dan penyangga diulangi pada interval 10, 30, 60 dan 90 menit. Analisis mikroba diulangi pada 90 menit. Hasilnya dicatat.
   
Nilai-nilai yang diperoleh dari analisis pH, analisis kapasitas saliva, dan analisis mikroba ditabulasi dan nilai mean serta standar deviasinya dihitung. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Studen untuk membandingkan kelompok-kelompok berikut.

Kelompok I: sampel pra-kumur dengan sampel 10 menit pasca-kumur
Kelompok II: sampel pra-kumur dengan sampel 30 menit pasca-kumur
Kelompok III: sampel pra-kumur dengan sampel 60 menit pasca-kumur
Kelompok IV: sampel pra-kumur dengan sampel 90 menit pasca-kumur

Hasil

Hasil analisis pH
   
Dari tabel 2 kita bisa meihat bahwa pH meningkat hingga 7,428 setelah 30 menit dan kemudian berkurang perlahan sampai, pada 90 menit, mencapai nilai terendah 6,84.
   
Uji t Student menunjukkan bahwa hasil-hasil cukup signifikan untuk kelompok 1 dan 2 pada tingkat probabilitas 0,001, dengan nilai t 17,758 dan 17,756. Perbedaan pada kelompok 3 dan 4 kurang signifikan pada tingkat probabilitas 0,001; nilai t adalah 10,728 dan 6,872.

Hasil analisis kapasitas saliva dalam mempertahankan pH
   
Tabel 3 menunjukkan bahwa kapasitas saliva meningkat hingga nilai 10 pada 30 menit dan kemudian berkurang perlahan sampai 90 menit, pH mecapai pH terendah 7,42.
   
Uji t Student menunjukkan bahwa hasil-hasil sangat signifikan untuk kelompok 1 dan 2 pada tingkat probabilias 0,001; nilai-nilai t adalah 6,971 dan 3,834. Perbedaan pada kelompok 3 dan 4 tidak signifikan pada tingkat probabilitas 0,001; nilai t masing-masing adalah 0,522 dan 0,522.

Hasil analisis mikroba

Jumlah
   
Hasil analisis mikroba menunjukkan bahwa ada pengurangan 65% jumlah mikroba untuk Streptococcus mutans dan pengurangan 715 untuk lactobacilli (tabel 4).
   
Uji t Student menunjukkan tidak ada signifikansi dalam pengurangan Streptococcus mutans pada tingkat probabilitas 0,001; nilai t adalah 2,06. Penguranga jumlah lactobacilli bahkan lebih tidak signifikan pada tingkat probabilitas 0,001; nilai t adalah 3,549.

Pembahasan
   
Dalam bidang kedokteran, kecenderungan untuk memilih agen-agen terapeutik dari sumber alami semakin meningkat dan ini juga tercermin dalam penatalaksanaan karies gigi, yang merupakan salah satu penyakit tertua manusia. Telaah literatur yang kami lakukan juga menunjukkan bahwa banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi agen-agen terapeutik dari sumber alami untuk penatalaksanaan penyakit gigi. Kebanyakan dari agen yang dievaluasi adalah ekstrak-ekstrak tanaman dan ditujukan untuk penatalaksanaan penyakit periodontal dan karies gigi. T. chebula merupakan salah satu pengecualin, dimana ekstraknya digunakan untuk mencegah karies gigi. Penelitian ini dirancang untuk mengetahui keampuhan T. chebula dalam mencegah karies gigi.
   
Tannin adalah sekelompok zat fenolik polimer dan ekstrak tanaman T. chebula, dengan tannin sebagai senyawa aktifnya, telah diketahui aktivitas mikrobanya dan sifat rasanya yang kecut. Dalam penelitian ini kami menggunakan sebuah ekstrak cair, karena air adalah pelarut berpolaritas tinggi dan hampir semua senyawa dalam tanaman akan larut di dalam air. Walaupun diesktrak dalam air, keberadaan tannin atau fenol-fenol lain akan menimbulkan masalah untuk ekstraksi asam nukleat, sehingga digunakan polietilen glikol. Polietilen glikol ditambahkan untuk mengurangi afinitas tinggi dari polifenol dan mengurangi kompleks-kompleks polifenol asam nukleat. Sebuah konsentrat 10% digunakan dalam penelitian ini karena sebelumnya telah terbukti efektif.
   
Penggunaan saliva sebagai sebuah asam diagnostik telah semakin dikenal di berbagai cabang ilmu kedokteran, termasuk kedoktera gigi. Penelitian ini dilakukan pada sampel-sampel saliva pasien yang berisiko tinggi untuk karies sebagai dinilai menurut protokol dari Universitas Annamalai. Protein yang telah terbukti ini sudah digunakan sejak 4 tahun yang lalu dalam kurikulum sebagai salah satu cara sederana untuk mengidentifikasi karies gigi.
   
Nilai pH, kapasitas penahaan pH, dan akivitas mikroba Streptococcus mutans dan Lactobacilli dalam saliva dinilai dan pengaruh T. chebula terhadpa faktor-faktor ini dicatat.
   
Obat kumur T. chebula dengan konsentrasi 10% digunakan mengikuti panduan-panduan dan hasil penelitian dari Jagtap, dimana terbukti bahwa konsentrat 10% dari ekstrak dalam bentuk obat kumur adalah sebuah agen antikaries yang efektif.
   
Nilai pH dan kapasitas penyanggaan dinilai degan alat pemeriksa saliva (GC India), yang telah terbukti dan sederhana. Untuk analisis pH, saliva yang tidak terstimulasi diambil seperti yang telah ditentukan oleh protokol; diketahui bahwa pH saliva memiliki peranan utama dalam inisiasi karies. Saliva terstimulasi diambil untuk analisis kapasitas pH dalam mempertahankan pH dan analisis mikroba karena saliva terstimulasi diketahui memegang peranan utama dalam mengimbangi perubahan akibat stimulan.
   
PH dan kapasitas penahanan pH dicatat pada 10, 30, 60, dan 90 menit setelah berkumur dengan obat kumur untuk mengetahui bagaimana pengaruh obat kumur yang divariasikan selama beberapa periode waktu. Di sisi lain, pengujian untuk aktivitas mikroba dilakukan pada interval pasca-kumur 90 menit menurut penelitian sebelumnya oleh Jagtap.
   
Hasil dari penelitian ini secara jelas menunjukkan bahwa obat kumur T. chebula sangat efektif dalam meningkatkan pH saliva sampai pada akhir periode uji 90 menit. Akan tetapi, efek tertinggi (pH 7,42) diamati setelah 30 menit dan diikuti dengan pengurangan pH secara perlahan sampai mencapai 6,8 setelah 90 menit. Juga ditemukan bahwa pada akhir 90 menit pH lebih tinggi dari pH sampel pra-kumur. Dengan demikian, kita bisa berasumsi bahwa untuk meningkatkan efisiensi agen dalam jangka waktu yang lama, konsentrasi harus ditingkatkan atau harus disediakan dalam bentuk lain, seperti gel atau pernis.
Penelitian lebih lanjut tentang ini akan sangat membantu.
   
Kapasitas penyanggaan/penahanan pH dari 50 sampel saliva subjek-subjek yang berkaries tinggi yang diuji dalam penelitian ini secara jelas menunjukkan bahwa hanya tujuh sampel yang memiliki kapasitas penyanggaan rendah. Efek T. chebula terhadap kapasitas penyanggaan saliva mirip dengan efek pH, dengan peningkatan penyanggaan setelah 30 menit. Serupa dengan pH, kapasitas penyanggaan kemudian berkurang perlahan selama periode 90 menit. Ini menunjukkan bahwa peningkatan efek bermanfaat dari obat kumur T. chebula terhadap pH tetap baik, juga untuk kapasias penahanan pH.
   
Efek T. chebula terhadap aktivitas antimikroba sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jagtap. Dalam penelitian kali ini, ada 65% pengurangan Streptococcus mutans dan 71% pengurangan jumlah lactobacilli setelah 90 menit. Akan tetapi, pengurangan ini tidak signifikan secara statistik. Hanya 32 sampel dari total 50 sampel yang mengalami analisis mikroba. Ini karena kurangnya kerjasama dari beberapa pasien, ditambah lagi dengan kurangnya waktu dan dana. Tabel 4 menunjukkan bahwa standar deviasi untuk analisis mikroba sangat tinggi. Dengan demikian, hasil-hasil ini tidak signifikan secara statistik. Untuk meningkatkan sensitifitas dari penelitian ini dan untuk mengurangi standar deviasi, ukuran sampel harus lebih banyak lagi. Walaupun efek T. chebula terhadap analisis mikroba tidak signifikan secara statistik, namun kedua spesies ini berkurang sekitar 60% atau lebih, dan ini bisa dianggap signifikan secara klinis. Akan tetapi, lebih banyak penelitian yang diperlukan sebelum kesimpulan pasti bisa dibuat.
   
Studi pendahuluan yang dilakukan untuk menilai manfaat obat dari T. chebula nampaknya menjanjikan. Ekstrak buah yang diteliti jelas memiliki efek antikaries. Beberapa penelitian pendukung diperlukan berkenaan dengan dosis dan bentuk frekuensi pengumuran. Eksperimentasi lebih lanjut dengan ekstran tanaman obat India lainnya bisa menunjukkan cara pembuatan sebuah senyawa sinergetik dengan aksi antikaries yang lama terhadap permukaan gigi.

Kesimpulan
   
Ekstrak T. chebula adalah sebuah obat kumur antikariogenik. Untuk efisiensi yang lebih baik, sebuah wahana yang baik seperti gel atau pernis harus dipilih.

No comments:

Post a Comment

Hubungan Indonesia-Australia di Era Kevin Rudd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang     Pada tanggal 3 Desember 2007, pemimpin Partai Buruh, Kevin Rudd, dilantik sebagai Perdana Menter...