Friday, January 1, 2010

Meningitis Bakteri

Meskipun terapi antimikroba dan perawatan kritis semakin berkembang selama beberapa puluh tahun terakhir, namun angka kematian dan gangguan saraf akibat meningitis bakteri masih tetap tinggi. Perjalanan klinis meningitis bakteri yang sulit diterka seringkali disebabkan oleh komplikasi-komplikasi intrakranial, seperti edema cerebral rampat, hydrocephalus, arteritis dan infarksi cerebrovaskular, atau thrombosis sinus vena. Komplikasi-komplikasi ini bisa mengarah pada peningkatan tekanan intrakranial, stroke, dan seizure. Prevalensi turunan Neisseria meningitidis dan Streptococcus pneumoniae yang kebal terhadap penicillin dan antibiotik cephalosporin semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya kejadian bakteri yang kebal terhadpa antibiotik, maka kebutuhan akan antibiotik baru untuk meningitis pneumococcal dan nergonococcal semakin mendesak. Terjadinya komplikasi-komplikasi sistem saraf pusat dan kerusakan otak selama meningitis bakteri terjadi melalui beberapa mekanisme yang akhir-akhir ini semakin dipahami dengan baik. Terapi pembantu tradisional (agen-agen hyperosmolar, hyperventilasi, drainase ventrikular) dan agen-agen pembantu yang lebih baru dapat mengurangi dampak dari meningitis bakteri.

EPIDEMIOLOGI

Kejadian meningitis bakteri diperkirakan sekitar 5 sampai 10 kasus per 100.000 orang per tahun. Meningitis bakteri jauh lebih umum di negara-negara berkembang dan di kawasan-kawasan geografis tertentu, seperti di Afrika, dimana kejadian yang diduga adalah 70 kasus per 100.000 orang per tahun. Terdapat sekitar 25.000 kasus meningitis bakteri setiap tahunnya di Amerika Serikat. Diduga 2200 sampai 3000 kasus infeksi meningococcal invasif terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Sejak tahun 1960, kejadian penyakit meningococcal setiap tahun di Amerika Serikat adalah 0,9 sampai 1,5 per 100.000 penduduk. Kejadian ditemukan paling tinggi pada bayi-bayi yang berusia di bawah 1 tahun, dimana 7,1 kasus per 100.000 penduduk dilaporkan pada tahun 2001, dibandingkan dengan hanya 1,8, 0,7 dan 0,7 per 100.000 orang yang berusia 1-4 tahun, 5-17 tahun dan 18-34 tahun, masing-masing. Ada lima serotipe meningococcal – A, B, C, Y, dan W-135 – yang bertanggungjawab untuk kebanyakan kasus meningitis di dunia. Pada tahun 2001, penyakit meningococcal akibat serogrup B, C, Y dan W-135 mewakili masing-masing sekitar 35, 24, 34 dan 2 persen, dari semua kasus penyakit meningococcal invasif di Amerika Serikat. Serogrup A merupakan penyebab infeksi meningococcal paling umum di Subsahara Afrika tetapi jarang di Amerika Serikat.

Kecenderungan-kecenderungan utama epidemiologi belakangan ini pada meningitis bakteri mencakup penurunan kejadian meningitis Hemophilus influenzae tipe b secara dramatis sejak ditemukannya vaksin H. influenzae yang terkonyugasi protein, yang sudah tersedia di tahun 1988. Dengan meluasnya penggunaan vaksin konyugat H. influenzae tipe b yang dimulai tahun 1990, kejadian penyakit infeksi H. influenzae tipe b diantara anak-anak balita berkurang dari 100 kasus yang diduga per 100.000 penduduk di era vaksin menjadi 0,3 kasus per 100.000 penduduk pada tahun 1996. Pada tahun 1996, kejadian penyakit invasif H. influenzae tipe b, seperti meningitis dan sepsis, pada anak-anak balita telah berkurang lebih dari 99 persen. Data surveilans epidemiologi yang terbaru dari 1998-2000 menunjukkan bahwa kejadian penyakit invasif H. influenza tipe b pada bayi dan anak-anak masih rendah di Amerika Serikat . . . . (Download teks selengkapnya (PDF) | Jangan lupa masukkan Verification Code sebelum "download")

No comments:

Post a Comment

Hubungan Indonesia-Australia di Era Kevin Rudd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang     Pada tanggal 3 Desember 2007, pemimpin Partai Buruh, Kevin Rudd, dilantik sebagai Perdana Menter...