Wednesday, April 7, 2010

Sebuah Perspektif Terhadap Masalah

Semua organisme pasti menghadapi masalah. Organisme bukan manusia mengalami masalah dalam jumlah terbatas, dan penyelesaiannya paling sering dihasilkan oleh pemrograman genetik yang ada pada mereka.
   
Sebaliknya, manusia terus menghadapi berbagai masalah atau kebutuhan, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks: Apa yang harus dimakan? Kapan menikah? Karir mana yang akan dipilih? Kapan tidur? Disamping itu, manusia membentuk kelompok-kelompok yang tak terhitung jumlahnya, masing-masing memiliki masalah khusus tersediri. Penyelesaian masalah ini jarang ada yang diprogramkan atau jarang ada yang sederhana, tergantung pada inteligensi manusia, sikap dan dasar pengetahuannya.

  
Meski demikian, secara filosifs, tidak ada yang namanya masalah. Setidaknya tidak sama dengan pernyataan bahwa ada kursi, komputer dan tornado. Sesuatu atau situasi menjadi masalah atau kebutuhan jika manusia menganggapnya sebagai masalah. Masalah-masalah muncul semata-mata karena tujuan-tujuan dan cita-cita manusia.
   
Bab ini membahas sebuah kerangka-pikir untuk mengkonseptualisasikan kata masalah. Ini penting bagi perencanaan dan perancangan. Perencana dan perancang berada di atas semua pemecah masalah. Penentuan masalah sangat penting; ini membentuk struktur pendekatan pencarian masalah dan pemecahannya.
   
“Tugas utama dari pemecah masalah adalah merumuskan apa yang jadi masalah dan bukan menentukan sebuah keputusan. Keputusan yang dihasilkan bersifat mutlak dalam perumusan masalah.

DEFINISI MASALAH
   
Kata masalah dalam kamus didefinisikan sebagai sebuah hal mendasar yang dikhawatirkan. Hal mendasar ini bisa berupa pertanyaan, situasi, fenomena, orang atau isu. Sebuah perhatian bisa berupa ketidakpastian, tantangan, keinginan, kesulitan atau keraguan. Masih banyak lagi definisi lain dari kata ini. Dewey menyebut masalah sebagai “kesulitan yang dirasakan”; bagi Davis masalah adalah “sebuah situasi stimulus yang organisme tidak memiliki respon siaga terhadapnya”; bagi deBono masalah merupakan “perbedaan antara apa yang dimliki seseorang dan apa yang dinginkan.” Ide-ide umum mencakup kesenjangan, ketidakpuasan, dan hambatan. Apapun definisinya, sebuah masalah tetap menjadi sesuatu yang menimbulkan kekhawatiran.
   
Definisi ini menyebut “sesuatu”, aspek mendasar, dan “kekhawatiran” sebagai aspek nilai. Aspek mendasar mencakup tipe masalah dan tempat spesifiknya. Tempat disini adalah “apa, dimana, kapan, dan siapa” yang berbeda untuk masing-masing situasi masalah. Aspek nilai meliputi hasrat, aspirasi dan kebutuhan yang telah menjadikan aspek mendasar menjadi sebuah hal kekhawatiran. Sebagai contoh, pada riwayat kasus (Bab 1) yang berkenaan dengan perawatan pasien, aspek mendasarkan merancang sebuah sistem pemberian perawatan kesehatan untuk sebuah rumah sakit khusus; aspek nilai adalah penyediaan perawatan pasien yang baik dan penggunaan perawat secara efektif. Formulasi ini berbeda dalam beberapa hal dengan formulasi lain yang disarankan oleh para praktisi Perencanaan dan Desain dan para sarjana dalam menentukan sebuah aspek nilai dan mengkategorisasi masalah menurut tipe aktivitas. Konseptualisasi seperti ini, seperti yang akan dijelaskan, merupakan P & D yang cukup efektif.
   
Pengamatan cermat terhadap masing-masing aspek akan dilanjutkan. Pada aspek mendasar, sebuah format diusulkan yang mengklasifikasikan masalah dalam konteks aktivitas-aktivitas manusia yang bertujuan. Ini memungkinkan seseorang untuk mengidentifikasi tipe masalah yang mereka miliki dan metodologi yang tepat untuk memecahkannya. Aspek nilai menjelajahi motivasi manusia yang menjadi sesuatu menjadi masalah atau kebutuhan. Apakah pengamatan seperti ini hanya merupakan kegiatan lain dalam kesia-siaan akademik? Perhatikan manfaat positif bagi pemecahan masalah aktual.

Penentuan aspek mendasar dari sebuah masalah dapat menjamin bahwa akan digunakan metodologi yang sesuai. Sebagai contoh, sebuah situasi tertentu bisa memiliki masalah perencanaan dan perancangan. Jika situasi tersebut di dekati sebagai sebuah masalah penelitian maka produk akhir kemungkinan menjadi serangkaian “penelitian”, bukan sebuah solusi operasional. Perhatian yang terbatas terhadap tipe masalah dan tempatnya secara signifikan mengurangi kemungkinan terjadi kesalahan jenis ketiga: mencari solusi “sempurna” untuk masalah yang keliru.

Sebuah ide yang jelas tentang tempat masalah akan memusatkan upaya pemecahan masalah terhadap hal-hal spesifik dari masing-masing solusi yang berbeda. Ketimbang sebuah solusi ditransfer dari situasi lain, katakanlah, sebuah evaluasi prosedur, justru setiap solusi diarahkan untuk kebutuhan, nilai dan sumber-daya spesifik. Kegagalan terukur dari berbagai upaa untuk mentransfer solusi-solusi pertanian Amerika ke negara-negara Dunia Ketiga menekankan poin ini.

Penentuan aspek nilai sebuah masalah akan menempatkan pemecahan masalah secara tepat dalam konteks aspirasi dan kebutuhan manusia. Ini dapat mencegah kecenderungan yang tidak menyenangkan dari para profesional P & D, misalnya untuk menjadi spesialis dengan “tanggungjawab etik yang terbatas”, dimana diasumsikan bahwa masalah-masalah akan didefinisikan hanya sesuai dengan tehnik-tehnik yang ada; dan solusi akan mencerminkan pertimbangan-pertimbangan normatif. Proposal modest Swift jelas merupakan sindiran meski menimbulkan solusi yang bermanfaat.

Aspek mendasar sebuah masalah
   
Apa yang menjadi masalah? Jenis masalah apa yang ada? Format dan sistem klasifikasi bagaimana yang mengena. Karena para praktisi dan sarjana mencari solusi maka mereka mengklasifikasikan masalah. Ironisnya,  klasifikasi dapat menyebabkan dan merefleksikan pendekatan-pendekatan solusi. Sistem klasifikasi berkisar mulai dari minimal – karena hanya ada satu pendekatan pemecahan masalah (metode riset) maka tidak diperlukan untuk mengelompokkan masalah – sampai yang membingungkan pikiran. The futurist, majalah Dunia Masyarakat Masa Depan, mengidentifikasi 2653 masalah yang dihadapi manusia, mulai dari perang nuklir sampai pembajakan seni. Klasifikasi-klasifikasi ini mencakup :
Klasifikasi dengan sebuah Tipologi Masalah. Bisnis cenderung mengklasifikasikan masalah dalam kategori-kategori finansial, personil, marketing, produksi, administrasi, dan pengembangan produk. Sejarawan biasanya mengkategorikan masalah sebagai masalah seni, religi, ekonomi, sains, politik atau bahasa. Masalah-masalah bisa ditata menurut kelompok-kelompok atau wilayah-wilayah: politik, profesional, administratif, dan ilmiah. Seringkali masalah-masalah diklasifikasikan sebagai disiplin: teknik, astrofisika, sosiologi, dan sebagainya.
Klasifikasi menurut metode pencarian masalah. Pada format-format ini, masalah dibagi dengan sebuah metode sederhana, biasanya sebuah varian dari pendekatan riset. Beberapa ilustrasi mencakup Proses Kepner-Tregoe, Manajemen menurut Objektif, dan pendekatan sistem.

Klasifikasi menurut tehnik analitik. Ini merupakan sebuah varian klasifikasi menurut metode pencarian solusi. Metode ini menegaskan tidak semua masalah bisa dipecahkan dengan tehnik yang sama tapi masalah tersebut bisa diketagorisasi menurut tehnik spesifik yang ditujukan untuk memecahkannya, seperti pemrograman linear, analisis manfaat-biaya, inferensi statistik, atau pengukuran kerja.
   
Klasifikasi-klasifikasi ini memiliki beberapa kekurangan penting. Hasilnya seringkali berupa pemecahan masalah yang tidak efektif. Pertama-tama, beberapa format menunjuk pada fokus tentang sebuah pendekatan “tepat” yang tunggal. Eksistensi berbagai pendekatan “tepat” menunjukkan bahwa ketergantungan semata-mata terhadap salah satunya bisa berisiko.
   
Kedua, format-format berdasarkan tehnik-tehnik analitik menimbulkan pemikiran deterministrik dan definisi masalah secara kaku. Sebagai contoh, saluran panjang di perhentian bus digolongkan ke dalam rubrik “masalah teori antrian.” Kecenderungan adalah terhadap pemecah masalah untuk mencapai sebuah tehnik dan bukan bergelut tentang isu-isu lebih besar di luar spesialitasnya atau terlalu rumit untuk dihitung. Eksistensi tehnik-tehnik analitik bahkan bisa menghasilkan “masalah” buatan, sebagai contoh, upaya-upaya untuk mendefinisikan masalah untuk sesuai dengan parameter-parameter sistem komputer baru. Kemungkinan bekerja pada masalah yang keliru dapat meningkat secara dramatis.
   
Terakhir, klasifikasi menurut tipe cenderung didasarkan pada kemiripan fisik atau struktural dan bukan terhadap tujuan atau fungsi. Kategori fisik dan struktural menimbulkan sedikit pemahaman perspektif tentang apa yang harus dilakukan terhadap masalah. Dan juga, kategori-kategori didasarkan pada masalah-masalah yang telah ada, yaitu, dibuat dengan peninjauan ke belakang. Melihat kebelakang merupakan cara yang sulit untuk menentukan tipe atau sifat masalah-masaah dan solusi baru, khususnya untuk perencanaan dan perancangan.
   
Kekurangan-kekurangan ini mengharuskan adanya perspektif berbeda terhadap masalah. Perspektif seperti ini harus memenuhi kriteria berikut :

Kategori-kategori harus overlap seminimal mungkin meski masih mecakup semua masalah yang terkait dengan semua aktivitas dimana manusia terlibat.

Disampign mengindentifikasi masalah, kategori-kategori harus berfokus pada tujuan-tujuan yang dengan mana manusia menghadapi situasi dan bukan berfokus pada masalah-masalah itu sendiri. Jika hal lain yang dilakukan, maka akan membatasi ruang penemuan solusi. Para filosof dan psikologis juga telah menemukan bahwa sebuah fokus terhadap masalah menunjukkan sebuah masyarakat yang sakit dan “menuju ke bawah”.

Kategori-kategori harus menghasilkan sebuah pemahaman perspektif tentang apa yang harus dilakukan terhadap masalah, yaitu, menyarankan sebuah metodologi.

Kategri-kategori harus meningkatkan probabilitas bekerja pada masalah yang tepat dan mengembangkan kreativitas dalam pencarian solusi.
   
Klasifikasi berikut mengorganisir masalah-masalah berdasarkan aktivitas yang bermanfaat, yaitu, berdasarkan banyaknya perilaku yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari dalam proses kehidupan. Klasifikasi ini muncul dari gagasan tentang kriteria terdahulu.

Aktivitas Bertujuan dari Manusia
   
Tujuan merupakan maksud atau keinginan. Aktivitas adalah perilaku-perilaku yang terkait dengan maksud atau keinginan. Kategori-kategori berikut adalah aktivitas-aktivitas bertujuan manusia yang mendasar.

1.Memastikan preservasi-diri dan kelangsungan hidup dari spesies: perservasi-diri.
2.Mengoperasikan dan mengawasi solusi atau sistem yang telah ada: operasi dan pegawasan
3.Membuat atau merestrukturisasi sebuah solusi atau sistem yang spesifik-situasi: rencana dan desain.
4.Pencarian generalisasi : penelitian
5.Mengevaluasi kinerja dari solusi-solusi sebelumnya atau aktifitas-aktifitas bertujuan lainnya; evaluasi
6.Memperoleh skill atau pengetahuan tentang informasi dan generalisasi yang telah ada : belajar
7.Menghabiskan waktu luang: waktu luang.
   
Tipe-tipe ini terdapat sebagai sebuah kumpulan ide dan bukan kumpulan kata. Kata desain dan evaluasi misalnya, memiliki konotasi-konotasi spesifik pada berbagai profesi, tapi tidak boleh mengganggu pembaca dalam menangkap perilaku yang ingin mereka sampaikan.
   
Anda akan menemukan bahwa, berbeda dengan klasifikasi lain menurut tipe ini, klasifikasi ini tidak berfokus pada sebuah isu atau objek. Sebagai contoh, makanan sebagai sebuah masalah bisa terkait dengan ketujuh poin yang disebutkan di atas. Tipe-tipe ini memungkinkan anda utuk mengidentifikasi apakah makanan pada situasi spesifik memiliki masalah preservasi diri, operasi dan pengawasan, perencanaan dan desain, belajar, waktu luang atau penelitian. Sebagai contoh, dalam kaitannya dengan makanan. Anda mungkin merencakan sebuah makanan, mengoperasikan dan mengawasi salah satu, atau mengevaluasinya.
    Tipe-tipe ini tidak eksklusif satu sama lain: masing-masing bisa terlibat, dengan dan tergantung pada yang lainnya. Sebagai contoh, perencanaan dan desain yang sukses seringkali memerlukan, penelitian, evaluasi, pembelajaran, dan pengoperasian dan pengawasan.

Menjamin preservasi-diri dan kelangsungan hidup spesies
   
Ini adalah tujuan terpenting yang dimiliki oleh manusia dan hewan. Termasuk semua sistem pendukung hidup: makanan, tempat tinggal, keamanan, dan prokreasi. Penelitian-penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa cinta dan harga diri diperlukan untuk bertaan hidup. Perservasi diri juga bisa tergantung pada pemenuhan kebutuhan sosial dan kebutuhan kreatif.
   
Cakupan dan tipe aktivitas-aktivitas ini bervariasi menurut diktat sejarah dan lingkungan. Pergerakan hak-hak sipil dan kebebasan wanita bisa dipertimbangkan dalam artian yang sangat rill sebagai aktivitas-aktivitas preservasi diri.
Mengoperasikan dan mengawasi solusi atau sistem yang telah ada: Operasi dan pengawasan (O&S)
   
Kapabilitas manusia memungkinkan kita untuk mengubah lingkungan kita. Perubahan-perubahan ini memerlukan operasi dan pengawasan untuk mempertahankan struktur dan fungsinya. Sedikit banyak setiap orang terlibat dalam O&S. Ayah dan Ibu  mengoperasikan dan mengawasi sistem yang disebut keluarga, seorang siswa mengoperasikan dan mengawasi jadwal pelajaran, seorang mayor mengoperasikan dan mengawasi sebuah kota. Aktivitas-aktivitas O&S berbeda-beda mulai dari tukang bersih sampai menteri yang mengoperasikan dan mengawasi sistem keagamaan, sampai mereka yang birokrat dan para manajer bisnis. O&S berkaitan dengan sistem dan solusi yang orang-orang berpartisipasi di dalamnya secara rutin, dengan mengharapkan hasil baku yang wajar. Sebuah masyarakat tanpa sistem seperti ini akan menjadi kacau.
   
Ironisnya, aktivitas bertujuan ini memiliki ancaman nyata terhadap masyarakat kita yaitu pertumbuhan birokrasi yang pesat. Orang-orang yang mengoperasikan birokrasi-birokrasi seringkali gagal memahami tujuan sistem. Sebagai konsekuensinya, sistem bisa dioperasikan sedemikian bagus dan simultannya sehingga tidak sesuai dengan tujuan awal pembentukan sistem tersebut.

Membuat atau merestrukturisasi sebuah solusi atau sistem spesifik-situasi: Rencana dan Desain
   
Sejarah manusia adalah cerita tentang solusi-solusi inovatif: bajak sawah, terowongan Roman, the Mona Lisa, Konstitusi, sistem komputer. Selama berabad-abad, individu-individu telah muncul dengan anugerah berupa imajinasi. Aktivitas perencanaan dan perancangan melahirkan solusi, kebijakan dan desain yang kreatif yang merestrukturisasi sistem yang telah ada atau membuat sistem yang baru. Sebagai sebuah aktivias bertujuan, P&D berkaitan dengan penemukan hal-hal spesifik tentang bagaimana tempat tertentu harus ditata. P&D yang baik mengembangkan spesifik-spesifik ini untuk memenuhi sebanyak mungkin keinginan dan nilai-nilai yang memotivasi upaya. P&D berkaitan dengan pengkhayalan, perancangan, dan pengimplementasian sistem dan solusi yang baru dan terestrukturisasi, O&S dengan mempertahankan mereka. Yang terakhir ini menekankan standardisasi dan kerutinan, bekas fleksibilitas dan inovasi. Imajinasi dan pandangan ke depan adalah tanda dari P&D. P&D menyediakan rekomendasi-rekomendasi terinformasikan tentang keputusan-keputusan yang mempengaruhi masa depan.

Pencarian generalisasi: Riset
   
Kebutuhan akan penjelasan sangat penting. Kita ingin mengetahui “bagaimana dunia tercipta, bagaimana berkembang dan dihuni manusia, dan bagaimana suatu hari akan berakhir. Keingintahuan yang tidak terikat menjalar ke dalam sains dan badan-badan pemikiran sistematis lainnya. Seringkali hasil dari aktivitas ini adalah pengetahuan baru dalam bentuk hukum dan teori yang menjelaskan hubungan antara, dan karakteristik dari fenomena dan peristiwa.
   
Penelitian murni menghasilkan generalisasi untuk kepentingannya sendiri, penelitian terapan memenuhi kebutuhan aktivitas bertujuan lain. Ada tensi tertentu antara mereka yang mencari kebenaran untuk dirinya dengan mereka yang yakin, seperti Francis Bacon, bahwa “pengetahuan tidak harus dicari untuk kesenangan otak...tapi untuk dimanfaatkan dan digunakan dalam hidup.
   
Membuat generalisasi bukan hanya pekerjaan para filosof, ilmuwan, dan berbagai profesional yang terlibat dalam penelitian. Bahkan pemilik rumah yang menguji hubungan dari tipe-tipe pupuk tertentu untuk kesehatan halaman ruman bisa dikatakan sedang melakukan penelitian.
   
Reliabilitas dan utilitas generalisasi-generalisasi bervariasi menurut fenomena dimana koneksi-koneksi dicari. Ilmu fisika dan ilmu alam menghasilkan generalisasi yang paling reliable (atau non-kontroversial), dan agama menghasilkan generalisasi yang paling tidak reliable. Jadi jelas, pentingnya generalisasi bukan semata-mata sebagai sebuah fungsi “prediktabilitas objektif”.
Mengevaluasi kinerja solusi sebelumnya atau aktivitas bertujuan lainnya: evaluasi
   
Seberapa baik sebuah solusi bekerja? Apakah solusi tersebut mencapai tujuannya? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam sebuah evaluasi. Tujuan pengevaluasian atau pengauditan adalah untuk memberikan informasi tentang kinerja, mengasumsikan akuntabilitas, dan menghasilkan perbaikan. Kegiatan ini terjadi pada semua level, pada level sesi kelas individual atau seluruh aspek, misalnya dari salah satu pasien individual atau perawatan total rumah sakit. Evaluasi terjadi dalam hubungannya dengan setiap aktivitas bertujuan lainnya. Sebuah badan evaluasi direktur dari pembayaran pengeluaran modal dan penilaian kesesuaian dengan regulasi pekerjaan terjadi dalam proses pengoperasian sistem tertentu. Evaluasi sebuah proyek pendahuluan seringkali menjadi ciri integral dari P&D.

Mendapatkan skill dan pengetahuan: Belajar
   
Jika setiap orang dipaksa untuk menemukan kembali semua pengetahuan dan skill yang pernah dimiliki sebelumnya, maka peradaban tidak akan maju. Pembelajaran adalah aktivitas bertujuan dengan mana pengetahuan dan tehnik ditransmisikan. Pembelajaran terjadi pada berbagai sitasi yang terstruktur dan tidak terstruktur. Hasilnya bervariasi mulai dari pengembangan kemampuan analisis dan prediksi sampai pengembangan kemampuan untuk sintesis, pembuatan keputusan, dan  wawasan. Pencapaian aktivitas bertujuan tergantung pada orang-orang yang mengetahuai generalisasi dan tehnik yang sesuai.

Menghabiskan waktu luang
   
Waktu luang memberikan relaksasi dan rekreasi. Waktu ini merupakan waktu bebas untuk aktivitas-aktivitas yang ditentukan sendiri dan menyenangkan. Waktu luang berkisar mulai dari tidak melakukan apapun sampai berusaha keras yang terstruktur yang menyerupai “bekerja”. Banyak bentuk waktu luang yang benar-benar merupakan aktivitas bertujuan lainnya. Mengecat, menulis, dan memahat secara jelas melibatkan perencanaan dan desain. Waktu luang dan masalah yang terkait dengannya menegaskan dugaan bahwa masalah-masalah tidak semata-mata akibat dari menghindari stimuli yang berbahaya, seperti yang umum bagi kebanyakan model masalah psikologis, tapi juga akibat dari pencarian stimulus.

Aktivitas-aktivitas bertujuan sekunder
   
Aktivitas-aktivitas bertujuan primer mencakup beberapa dari kegiatan sekunder. Aktivitas-aktivitas bertujuan sekunder tidak ekslusif terhadap aktivitas primer manapun tapi sering terjadi bersama. Aktivitas sekunder antara lain :

Membuat keputusan
Mempertahankan sebuah standar pencapaian (kontrol atau mikro-O&S).
Memecahkan sebuah konflik (opini, kepribadian, dll)
Membuat sebuah model atau abstraksi sebuah fenomena
Membuat ide-ide kreatif
Menentukan prioritas-prioritas
Praktek dan latihan
Fokus dan upaya individual yang motivatif.

No comments:

Post a Comment

Hubungan Indonesia-Australia di Era Kevin Rudd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang     Pada tanggal 3 Desember 2007, pemimpin Partai Buruh, Kevin Rudd, dilantik sebagai Perdana Menter...