Sunday, March 21, 2010

Pengaruh faktor-faktor sosio-demografi terhadap pengetahuan kesehatan mulut, sikap dan perilaku pada sebuah populasi wanita.

Abstrak

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti efek variabel-variabel sosio-demografi dan kebiasaan merokok terhadap pengetahuan kesehatan mulut, sikap dan perilaku pada sebuah populasi wanita.

Bahan dan Metode: Sebanyak 528 ibu merespon terhadap kuesioner yang diberikan sendiri.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80,6% ibu meyakini bahwa kehamilan memiliki efek terhadap gigi dan gusi mereka, dan lebih dari sepertiga yang meyakini bahwa mereka kehilangan satu gigi untuk setiap kehamilan. Wanita yang bekerja dari kelompok usia yang lebih tua dan memiliki pendidikan lebih tinggi, serta yang banyak anak dan banyak hamil, menunjukkan sikap yang lebih sering. Sekitar 72% wanita meyakini bahwa kehamilan dapat menghilangkan kalsium dari gigi mereka dan ini adalah keyakinan yang umum diantara para wanita Saudi yang memiliki status sosial ekonomi lebih tinggi. Dua pertiga responden sadar bahwa selama kehamilan, kesehatan mulut mereka dapat mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan janin, tetapi lebih dari setengahnya tidak tidak mengetahui bahwa tetrasiklin dapat mempengaruhi gigi bayi khususnya diantara wanita yang berpendidikan rendah. Disamping itu, lebih dari ssetengah meyakini bahwa kunjungan dental diperlukan hanya jika saat nyeri, disamping 17,3% menganggap kunjungan seperti ini bukan sebuah kebutuhan khususnya yang memiliki pendidikan rendah tetapi banyak anak dan sering hamil. Relatif terhadpa perilaku ibu, 65,5% responden mengkonsumsi kalsium dan susu dan 65,8% tidak mmerubah kebiasaan kesehatan mulut mereka selama kehamilan.

Kesimpulan: kebanyakan wanita meyakini bahwa ada “efek negatif” dair kehamilan terhadap kesehatan mulut tetapi meski demikian tidak mereka tidak melakukan pemeliharaan gigi  dan sikap positif seperti mengunjungi dokter gigi.

Pendahuluan
   
Kehamilan dan ibu hamil memberikan tantangan yang unik bagi dokter gigi, bukan hanya karena beberapa perubahan mulut sebagai konsekuensi dari perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan, tetapi juga karena kesehatan mulut dan kesehatna umum dari janin mereka yang sedang tumbuh menjadi sebuah pertimbangan. Bukti yang berkembang telah menunjukkan bahwa penyakit periodontal bisa terkait dengan berat lahir rendah prematur, keterlambatan pertumbuhan, dan preeklamsi. Pada sebuah penelitian di Amerika Serikat, hanya 43% dari wanita yang melaporkan kesadaran mereka akan adanya hubungan yang potensial antara kesehatan mulut dan hasil kehamilan. Dengan demikian, disarankan agar kebutuhan akan perawatan gigi harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perawatna pre-natal. Semua anggota tim yang memberikan perawatan kepada ibu dan anak harus melanjutkan penyuluhan berkenaan dengan hubungan antara kesehatan gigi dan hasil kehamilan dan harus menguatkan pengtingnya perawatan gigi reguler selama kehamilan.
   
Di Arab Saudi, perawatan antenatal sekarang ini banyak tersedia dan telah dilaporkan bahwa pelayanan antenatal telah digunakan oleh banyak wanita Saudi (96,6%) yang tinggal di ibukota, Riyadh. Faktor kontribusi yang penting bagi pemanfaatan pelayanan seperti ini selain ketersediaan dan keterjangkauannya adalah karakteristik sosiodemografi dari para ibu. Akan tetapi, hubungan antara penggunana pelayanan gigi selama kehamilan dan karakteristik demografi masih kurang jelas.     Ada hasil yang bertentangan mengenai hubungan usia, ras, pendidikan dan pendapatan rumah tangga dengan kemungkinan dilakukannya kunjungan gigi selama kehamilan. Lebih lanjut, perilaku gaya hidup yang lebih sehat terkait dengan kemungkinan dilakukannya kunjungan gigi semasa kehamilan, seperti ibu yang melaporkan merokok sebelum dan setelah kehamilan kecil kemungkinannya melaporkan melakukan kunjungan dental selama kehamilannya. Di Arab Saudi, ada sebuah penelitian yang mengamati besarnya kesadaran para ibu tentang gigi di klinik antenatal di daerah Al Jubail. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa standar yang buruk terbukti dalam kaitannya dengan pengetahuan tentang aspek-aspek dasar dari kesehatan gigi diantara para responden dan kekurangan yang paling signifikan adalah kegagalan untuk mencari perawatan gigi reguler selama kehamilan. Informasi di atas mendorong kami untuk melakukan penelitian ini dengan tujuan meneliti dampak variabel sosio-demografi ibu dan kebiasan merokok terhadap pengetahuan kesehatna mulut mereka, sikap dan perilaku dalam kaitannya dengan kehamilan. Hasil dari penelitian ini bisa memberikan informasi penting untuk perencanaan dan pengimplementasian program pendidikan kesehatan mulut antenatal selama kehamilan, dan untuk menyoroti alasan-alasan dan kendala untuk mempertahankan pengetahuan kesehatan mulut yang baik dan mengasumsikan sikap positif dan perilaku yang memuaskan selama kehamilan.

Bahan dan Metode
   
Penelitian survei ini mencakup sampel dari 528 wanita, yang tinggal di Jeddah, kota terbesar kedua di Kerajaan Arab Saudi. Sampel dipilih dari populasi wanita yang terdapat dalam area resepsi dan ruang tunggu rumah sakit negeri dan swasta di kota tersebut, dan yang menyertia pasien atau datang karena ingin dirawat. Subjek-subjek yang disurvei semuanya wanita yang hamil atau tidak, di atas 16 tahun dan yang mampu memahami dan menjawab kuesioner berbahasa Arab yang diberikan. Subjek-subjek sampel distratifikasi menurut usia, status sosio-demografi dan diklasifikasikan lebih lanjut menurut kebiasaan merokok. Kuesioner disadur dari kuesioner yang digunakan dalam penelitian lain yang dipublikasikan dan direview terlebih dahulu oleh kolega-kolega dan para ahli di penelitian survei Universitas King Abdul Azis, Fakultas Kedokteran Gigi, Jeddah. Lebih lanjut, sebuah uji pendahuluan dilakukan pada 50 subjek dan modifikasi dilakukan berdasarkan respon mereka. Kuesioner mencakup data demografi dan kebiasaan merokok serta beberapa pertnayaan lain untuk menilai pengetahuan kesehatna mulut ibu, sikap dan perilaku yang terkait dengan kehamilan (Tabel 1-4). Informasi demografi mencakup ras ibu, usia, status perkawinan, status kerja, tingkat pendidikan, pendapatan keluarga, graviditas (jumlah kehamilan), paritas (jumlah anak) dan kebiasaan merokok. Jawaban terhadap variabel terakhir dibagi menjadi dua yaitu “ya” atau “tidak”. Quesioner diberikan sendiri tetapi beberapaklarifikasi tentang pertanyaan dibolehkan untuk penyelidikan ibu. Akan tetapi, tidak ada anjuran atau pembahasan lebih lanjut yang diberikan. Setelah mendapatkan izin tertulis, respon reta-rata memerlukan sekitar 10-15 menit untuk menyelesaikan kuesioner. Semua kuesioner dikumpulkan dan data yang diterima dianalisis secara statistik.
   
Hasil survei dianalisis untuk semua data sosio-demografi dan kebiasaan merokok, akan tetapi, banyak hasil yang signifikan secara statistik yang akan disebutkan dalam teks hasil tanpa tabel. 

STATISTIK
   
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 12 dan distribusi frekuensi dihitung. Uji Chi-square digunakan untuk mendeteksi perbedaan antara berbagiap populasi berkenaan dengan data sosio-demografi dan kebiasaan merokok. Nilai P ditentukan pada < 0,05 untuk tingkat signifikansi.

Hasil
   
Profil-profil demografi dari responden yang disurvei serta kebiasan merokok mereka ditunjukkan pada Tabel 1. Kebanyakan wanita lebih mudah dari 40 tahun (x + SD = 32,78 + 8,93) ketika menikah dan ibu rumah tangga dari status sosioekonomi yang relatif sedang sebagaimana dinilai menurut pendapatan rumah tangga dan tingkat pendidikan. Hanya 7,5% dari responden yang merupakan perokok selama rata-rata 10 tahun (x + SD = 10,68 + 9,27 tahun). Televisi adalah sumber informasi kesehatan mulut yang paling utama diantara para ibu Saudi yang memiliki status sosial ekonomi tinggi (pekerja dengan pendidikan dan pendapatan yang lebih tinggi) tetapi lebih sedikit paritas dan graviditas (P < 0,05). Akan tetapi, dokter gigi adalah sumber utama diantara kelompok ibu yang memiliki pendidikan lebih tinggi, (P = 0,008).
   
Berkenaan dengan sikap terhadap kunjungan ke dokter gigi, nyeri (57,6%), profilaksis dan pemeriksaan (14,6%) dan pperawatan rutin (10,4%) adalah alasan-alasan yang diberikan untuk kunjungan ke dokter gigi oleh responden. Disamping itu, 17,3% responden menganggap kunjungan dental selama kehamilan sebagai sesuatu yang tidak penting (Tabel 3). Wanita yang memiliki pendidikan rendah tetapi banyak anak dan kehamilan (P < 0,05) menunjukkan sikap selanjutnya yang lebih sering.

PERILAKU KESEHATAN MULUT SELAMA KEHAMILAN
   
Relatif terhadap perilaku kesehatan umum dan kesehatan mulut, para partisipan survei melaporkan banyak jawaban berkenaan dengan pengkonsumsian suplemen gizi sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan pertumbuhan gigi bayi mereka. Kalsium dan susu adalah suplemen yang paling sering dilaporkan yang diminum oleh kelompok (65,6%). Supplementasi fluoride dilaporkan sebesar 1,8% dari responden (Tabel 4). Analisis statistik menunjukkan bahwa variabel demografi wanita tidak memiliki efek terhadap penyerapan suplemen fluoride. Akan tetapi, wanita dengan pendidikan yang lebih tinggi dan pendapatan lebih tinggi lebih sering (P < 0,05) menyetujui kalsium dan susu.
   
Berkenaan dengan kebiasaan kesehatan selama kehamilan, 65,8% wanita dalam survei belum merubah pola kesehatna mulut mereka dalam kehamilan. Peningkatan frekuensi menyikat gigi ditemukan sebagai cara dominan yang digunakan untuk memperbaiki polakesehatan sebesar 66,7% responden yang ditindaklanjuti dengan penggunaan miswak (21,4%) dan menyela-nyela gigi (8,9%). Disisi lain, kelompok yang melaporkan adanya perubahan kebiasaan kesehatan untuk kebiasaan yang lebih buruk mengklaim beberapa faktor berikut: kelelahan, rasa pencuci mulut yang buruk dan kurangnya waktu. Kelelahan dan kelemahan adalah faktor yang paling umum dilaporkan oleh wanita non-Saudi serta wanita yang memiliki pendapatan rendah (p < 0,05).

Pembahasan
   
Tujuan dari penelitian ini ada dua yaitu, pertama untuk meneliti pengetahuan kesehatan mulut wanita, sikap dan perilaku yang terkait dengan kehamilan dan yang kedua mengkaitkan hasil yang ditemukan dengan data sosio-demografi wanita dan kebiasaan merokok. Data dari penelitian ini bisa digunakan untuk meningkatkan kesadaran publik tentang pentingnya tindakan pencegahan kesehatan mulut selama kehamilan. Secara keseluruhan, pengetahuan diantara para ibu ini tidak mencukupi, yang direpresentasikan dengna proporsi ketidaktepatan yang tinggi serta jawaban “tidak tahu”. Kebanyakan wanita meyakini bahwa kehamilan memiliki efek terhadpa jaringan mulut mereka dan keyakinan lama “kehilangan satu gigi untuk setuap kehamilan” masih banyak diterima, serta keyakinan bahwa menghalusnya (dekalsifikasi) gigi terjadi selama kehamilan untuk menyuplai mineral ke janin yang sedang tumbuh. Ini bukanlah temuan pertama diantara komunitas Saudi. Di daerah Al Jubail, 47,9% dari wanita antenatal yang disurvei menganggap bahwa kehamilan menyebabkan gigi menjadi buruk. Menariknya, di Finlandia, juga 47% dari wanita menganggap bahwa kehamilan seperti ini merusak bagi gigi yang sehat dan sehingga menjadiu opini yang lebih umum diantara para wanita yang hamil untuk ketiga kalinya atau lebih dibanding yang baru pertama kali hamil. Demikian juga, hasil-hasil sekarang menunjukkan bahwa para aibu yang memiliki banyak anak dan telah hamil banyak kali, lebih yakin terhadap kehilangan sebuah gigi untuk setiap kehamilan dibanding yang memiliki lebih sedikit anak dan kehamilan. Keyakinan ini tidak memiliki bukti biokimia atau roentgengrafi untuk mendukung temuan sekarang yang menunjukkan bahwa dampak status sosio-demografi yang diwakili oleh status kerja, tingkat pendidikan yang tinggi dan pendapatan yang lebih tinggi, terkait negatif dengan kesadaran ibu dalam hal ini, yang menekankan kebutuhan akan aksi untuk kesehatan masyarakat yang lebih baik dan penyuluhan kesehatan mulut.
   
Kebanyakan ibu (69,7%) mengethaui bahwa kesehatan mulut mereka selama kehamilan bisa mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan bayi mereka yang akan lahir; dan lebih dari 80% dari mereka menyadari bahwa diet buruk atau gizi buruk selama selama kehamilan bisa mempengaruhi pertumbuhan gigi janin. Kesadaran yang tinggi seperti ini bisa terkait dengan berbagia upaya yang dilakukan oleh profesi medis dan kedokteran gigi dan media dalam bidang pendidikan kesehatan prenatal. Di Amerika Serikat, hanya 39% dari wanita yang ditanya menganggap bahwa masalah gigi dan gusi bisa mempengaruhi hasil kehamilan. Baru-baru ini, telah dilaporkan bahwa pengetahuan dan kesadaran para wanita Yordania yang sedang hamil mengenai gigi dan kondisi gingiva mereka pada umum buruk dan hanya 5,1% yang meyakini bahwa ada hubungan antara penyakit gusi dan melahirkan prematur.
   
Akan tetapi, hanya 40% dari para ibu mengetahui obat-obat tetrasiklin yang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin, yang rendah persentasenya jika dibandingkan dengan laporan-laporan lain. Ini umum diantara kelompok-kelompok yang bekerja dan memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi. Kelompok-kelompok lain bisa diuntungkan dari penyuluhan kesehatan masyarakat tentang topik kesehatna mulut yang penting ini. Demikian juga, telah dilaporkan bahwa kekurangan informasi yang signifikan terdapat diantara pasien-pasien obstetri di kota Riyadh berkenaan dengan obat-obat dan kehamilan, dengan hanya 30% pasien yang diwawancarai yang mengetahui bahwa obat dan pengobatan bisa mempengaruhi kesehatan janin.
   
Temuan lain yang mengecewakan dari penelitian ini adalah bahwa sepertiga dari wanita tidak pernah disarankan untuk merawat gigi bayi mereka selama kehamilan, walaupun kehamilan adalah sebuah fase sensitifitas motivasional yang meningkat, dimana ibu menjadi termotivasi dan reseptif untuk menerima dan mempelajari informasi baru. Menariknya, data kita menunjukkan bahwa kebiasaan merokok memiliki dampak posifitif yang signifikan terhadap respon ibu dengan dua cara. Yang pertama adalah, kesadaran berkenaan dengan efek kesehatna mulut terhadap haisl kehamilan dan yang kedua adalah dalam mendapatkan nasehat berkenaan dengan pertumbuhan gigi bayi. Para perokok bisa menadari tentang efek merokok terhadap kesehatan umum
   
Partisipan yang disurvei, mengindikasikan banyak sumber informasi kesehatan mulut, tetpai sumber utama adalah TV. Peranan dokter terlihat rendah yang mana bisa diakibatkan oleh sikap mereka akan pendidikan atau tidak cukupnya waktu untuk penyuluhan. Karena dokter memiliki lebih banyak kontak dengan ibu selamakehamilan dan masa-masa menyapih anak, mereka harus memberikan kontribusi dalam hal ini. Dokter gigi, yang diduga sebagai sumber profesional, juga terlihat memiliki sedikit kontribusi dalam penyuluhan masyarakat. Buku dan jurnal merupakan sumber informasi selanjutnya untuk wanita dalam mendapatkan informasi kesehatan gigi dan medis melalui pembacaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian lokal terdahulu yang melaporkan bahwa populasi Jeddah mengklaim bahwa televisi adalah sumber utama untuk informasi kesehatan mulut mereka diikuti dengan informasi dari dokter gigi.
   
Kelompok yang diteliti menunjukkan sikap negatif berkenaan dengna kunjungan reguler ke dokter gigi selama kehamilan, dimana lebih dari setengah responden mengunjungi dokter gigi hanya jika merasa nyeri dan 17,3% dari mereka menganggap kunjungan semacam ini tidak diperlukan khususnya wanita yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan graviditas serta paritas berganda. Temuan-temuan ini sejalan dengan temuan dari dua survei lokal: di daerah Al Jubail dimana 67% dari wanita antenatal mengunjungi dokter gigi hanya jika mereka memiliki masalah dan 91% pasien kandungan mengunjungi dokter gigi selama kehamilan. Kebutuhan yang dirasakan akan perawatan gigi selama kehamilan juga terkait dengan karakteristik sosiodemografi dan medis pada beberapa kasus. Di Mesir, dengan meningkatnya usia dangraviditas, persepsi untuk kebutuhan perawatan gigi semakin berkurang. Penjelasannya adalah bahwa ibu-ibu yanglebih tua dengan banyak kehamilan cenderung mengabaikan lebih banyak kondisi mulutnya atau mempertimbangkan manifestasi-manifestasi yang terkait dengan kehamilan sebagai sebuah kejadian normal atau situasi normal yang dapat sembuh setelah melahirkan.
   
Kebanyakan wanita dalam penelitian ini, mengkonsumsi supplemen gizi selama kehamilan untuk memperbaiki gigi bayi mereka. Pasien-pasien hamil biasanya mendapatkan panduan gizi dari dokter kandungan mereka, yang juga harus diperkuat dengan nasehat gigi reguler dan pemeriksaan. Berkenaan dengan supplemen fluoride prenatal, ini dilaporkan sebesar 1,5% responden walaupun ini masih merupakan kontroversi. Akademi Gigi Pediatri Amerika menyatakan dalam Manual Referensinya tahun 1994 – 1995 bahwa efikasi cairan prenatal dianggap meragukan, walaupun penggunaannya dalam komunitas kekurangan fluoride (kurang dari 0,3 ppm) dianggap aman untuk ibu dan janin. Ada sbeuah laporan bahwa di Jeddah, prevalensi karies diantara anak-anak paling tinggi jika dibandingkan dengan kota-kota lainnya, sebagian besar akibat tingkat fluoride yang rendah pada air minum kota. Di Saudi Arabia, secara umum, penggunaan produk fluoride yang tersedia secara komersil dan profesional cukup rendah.
   
Berkenaan dengan kebiasaan kesehatan, kebanyakan wanita tidak merubah kebiasaan mereka dan bentuk merokok dominan diantara kelompok adalah sisha atau muasel (51,3%0. Data yang berkenaan dengan pengetahuan ibu, sikap darn perilaku ditunjukkan pada Tabel 2, 3, dan 4.

PENGETAHUAN DAN SIKAP
   
Kebanyakan wanita (80,6%) meyakini bahwa kehamilan memiliki efek terhadpa kesehatan mulut mereka. Akan tetapi, respon mereka bervariasi terhadap penentuan jaringan pasti yang terkena, walaupun kebanyakan memilih gigi dan gusi, khususnya wanita Saudi yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dan pendapatan yang tinggi (P < 0,05). Disisi lain, para wanita yang memiliki status sosioekonomi lebih rendah, yang direpresentasikan dalam posisi non-kerja dan tingkat pendidikan lebih rendah lebih umum melaporkan jawaban “tidak ada efe” (P = 0,000). Lebih dari sepertiga responden meyakini bahwa mereka kehilangan satu gigi untuk setiap kehamilan dan 22,6% tidka yakin. Keyakinan ini umum dilaporkan diantara para wanita yang lebih tua dan ibu bekerja yang memiliki pendidikan tinggi dan jumlah anak banyak atau sering hamil (P = 0,000). Untuk menjelaskan mekanisme efek, mayoritas (72,4%) menjawab bahwa kehamilan menghilangkan kalsium dari gigi mereka, tetapi sedikit (11,2%) menjawab bahwa kehamilan memicu perkembangan karies. Kehilangan kalsium dari gigi merupakan jawaban paling umum diantara responden Saudi dan mereka yang berstatus sosioekonomi lebih tinggi yang direpresentasikan dengan posisi kerja berserta tingkat pendidikan dan pendapatan yang lebih tinggi.
   
Dua pertiga dari responden (69,7%) sadar akan fakta bahwa, kesehatan mulut selama kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan janin yang akan lahir, tetapi sepertiga lainnya merespon tidak tepat atua tidak yakin (11,4% dan 18,8%, masing-masing). Jawaban yang tepat lebih umum diantara para perokok dan para ibu yang memiliki banyak anak, serta yang berpendapatan rendah (P < 0,05).
   
Sekitar 59,7% partisipan tidak mengethaui bahwa meminum antibiotik tetrasiklin seleama kehamilan dapat mempengaruhi gigi bayi yang sedang tumbuh. Disisi lain, analisis statistik menunjukkan bahwa informasi tepat mengenai item ini lebih umum pada para ibu yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi sertai para ibu yang bekerja (P < 0,05). Sekitar sepertiga (32,9%) dari responden belum mendapatkan nasehat selama kehamilan tentang perawatan gigi susu mereka. Para perokok serta mereka yang memiliki pekerjaan dan pendidikan lebih tinggi mendapatkan lebih banyak nasehat dibanding yang lain (P < 0,05). Mayoritas wanita yang diseruvei (82,2%) meyakini bahwa diet mereka dan nutrisi selama kehamilan dapat mempengaruhi gigi bayi mereka, walaupun beberapa tidak meyakini dan yang lainnya tidak memiliki sikap. Secara keseluruhan, para ibu yang memiliki pendapatan lebih tinggi melaporkan sikap ini lebih sering (P = 0,039).
   
Berkenaan dengan sumber informasi kesehatan mulut, kebanyakan responden memiliki banyak sumber. Menonton program televisi adalah sumber informasi utama, diikuti dengan buku-buku dan jurnal-jurnal serta dokter gigi (Tabel 2). Hasil statistik menunjukkan bahwa, membaca buku dan jurnal adalah yan utama selama kehamilan. Hasil ini dibandingkan dengan sebuah laporan dari Jordania, dimana 56% dari wanita hamil tidak percaya bahwa frekuensi menyikat gigi harus ditingkatkan selama kehamilan. Praktek peratan rumah kausal yang bisa tidak memiliki konsekuensi langsung berbahaya terhadap wanita, yang tidak hami, bisa menjadi masalah untuk ibu yang sama selama kehamilan. Para ibu hamil memerlukan perawatan ekstra yang sesuai dengan kebiasaan makan mereka dan perubahan fisiologis yang membuat mereka berisiko untuk mengalami penyakit gigi. Disamping itu, telah ditemukan bahwa status sosial-ekonomi ibu memiliki sebuah dampak terhadap praktek kesehatna mulut ibu selama kehamilan seperti yang dilaporkan di Kuwait, dimana wanita hami yang berpendidikan lebih tinggi lebih sering menyikat gigi dibanding yang lain, yang lebih muda dibanding yang lebih tua juga dan yang lebih sedikit aktivitas di rumah dibanding melakukan urusan rumah tangga. Akan tetapi, jumlah anak (paritas) tidak terkait dengan menyikat gigi. Pada survei kali ini, para ibu yang meningkatkan praktek kesehatna mulutnya selama kehamilan menunjukkan bahwa mereka mereningkatkan frekuensi menyikat gigi dan penggunaan miswak. Ini mirip dengan sebuah laporan dari Ghana, yang menunjukkan bahwa metode umum kedua untuk praktek kebersihan mulut diantara wanita hamil adalah stik kunyah saja dibanidngkan dengna sikat gigi disertai pasta pada wanita yang tidak hamil. Akan tetapi, metode praktek kesehatan mulut yang paling umum oleh wanita hamil dan yang tidak adalah sebuah kombinasi antara penggunaan stik kunyah dan sikat gigi.
   
Penelitian kali ini memiliki beberapa kekurangan. Pertama-tama, karena penelitian ini tergantung pada data yang dilaporkan sendiri, penelitian bisa mengalami bias akibat metode ini; kedua, terdapat kekurangan yang ditimbulkan oleh sampling yang mudah. Hasil penelitian ini dengan demikian tidak bisa diberlakukan secara umum kepada wanita lain di negara tersebut karena orang-orang yang mencari perawatan di rumah sakit cenderung sangat berbeda. Meskipun terdapat kekuarngan, namun sejauh pengetahuan kami, penelitian ini adalah penelitian pertama di Arab Saudi yang mengamati tingkat kesadaran ibu berkenaan dengan hubungan potensial antara kesehatna mulut dan hasil kelahiran. Disamping itu, penelitian ini juga meneliti dampak sosio-demografi ibu dan kebiasaan merokoknya dalam hal ini. Hasil seperti ini bisa bermanfaat dalam membuat program baru atau mengevaluasi yang telah ada atau membantu pembuat kebijakan dalam merancang intervensi-intervensi yang dapat meningkatkan kesehatna umum dan kesehatan mulut wanita hamil dan generasi-generasi yang akan datang.

Rekomendasi-rekomendasi
   
Kebutuhan akan pendidikan kesehatan mulut untuk para kelompok ibu ini dikuatkan dengan hasil diperoleh dalam penelitian ini. Pertama, survei menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara pengetahuan gigi, sikap dan perilaku. Di satu sisi, kebanhakan ibu mengetahui efek kehamilan terhadap kesehatna mulut mereka. Meski demikian, tindakan pencegahan yang baik tidak layak sebagiamana ditunjukkan oleh penanganan kesehatna mulut yang tidka memuaskan dan sikap negatif terhadpa kungjungan ke dokter gigi selama kehamilan. Diperlukan untuk membuat program pendidikan dan preventif untuk para ibu hamil di Arab Saudi sebagaimana dibuktikan oleh kurangnya pengetahuan mereka di banyak daerah.
   
Penyedia perawatan kesehatan selama kehamilan, seperti dokter kandungan, dokter perawatan primer dan dokter gigi memelrukan pengetahuan yang lebih banyak tentang isu-isu terbaru berkenaan dengan kesehatna mulut dan harus mengembangkan sistem perujukan positif untuk menjamin agar ibu-ibu hamil mendapatkan pemeriksaan gigi secara dini, konseling gigi preventif untuk diri mereka sendiri dan anak di masa mendatang serta perawatan yang diperlukan.

No comments:

Post a Comment

Hubungan Indonesia-Australia di Era Kevin Rudd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang     Pada tanggal 3 Desember 2007, pemimpin Partai Buruh, Kevin Rudd, dilantik sebagai Perdana Menter...