Friday, February 12, 2010

Kebutuhan perawatan ortodontik di bagian barat Saudi Arabia: sebuah laporan penelitian

Abstrak

Latar belakang: Evaluasi kebutuhan aktual dan kebutuhan yang dirasakan sendiri akan perawatan ortodontik dapat membantu dalam merencanakan pelayanan ortodontik dan dalam memperkirakan sumber-daya serta tenaga manusia yang diperlukan. Pada penelitian kali ini, kebutuhan menurut persepsi sebagaimana dievaluasi oleh pasien dan kebutuhan aktual terhadap perawatan ortodontik, sebagaimana dinilai oleh ortodontist, dievaluasi pada dua tipe praktek gigi di kota Jeddah dengan menggunakan indeks IOTN (Indeks Kebutuhan Perawatan Ortodontik).

Metode: Sampel yang terdiri dari 743 orang dewasa yang mencari perawatan ortodontik pada dua tipe praktek gigi berbeda di Jeddah: Universitas King Abdulaziz, Fakultas Kedokteran Ggi (KAAU) (perawatan gratis) dan dua poliklinik gigi swasta (PDP) (perawatan berbayar), diperiksa kebutuhan perawatan ortodontiknya dengan menggunakan komponen kesehatan gigi (DHC) dari IOTN. Kebutuhan yang dirasakan sendiri terhadap perawatan orotodontik juga ditentukan dengan menggunakan komponen estetik (AC) dari IOTN. Skor IOTN dan kejadian dari masing-masing variabel dihitung secara statistik. Kategori-kategori AC dan DHC dibandingkan dengan menggunakan Chi-Square dan sebuah korelasi antara keduanya dinilai menggunakan uji korelasi Spearman. AC dan DHC juga dibandingkan antara kedua tipe praktek gigi dengan menggunakan Chi-Square.

Hasil: Hasil menunjukkan bahwa diantara 743 pasien yang diteliti, 60,6% menyatakan tidak ada atau sedikit kebutuhan akan perawatan, 23,3% menyatakan kebutuhan sedang atau pokok dan hanya 16,1% yang menganggap membutuhkan perawatan ortodontik. Jika ini dibandingan dengan pertimbangan profesional, maka hanya 15,2% yang cocok dengan 'sedikit atau tidak ada kebutuhan akan perawatan', 13,2% dinilai berada pada kebutuhan standar dan 71,6% dinilai sebagai memerlukan perawatan (P < 0,001). Uji korelasi Spearman membuktikan tidak ada korelasi (r = -.045) antara kedua komponen. Perbandingan AC dan DHC antara kelompok KAAU dan kelompok PDP menunjukkan perbedaan signifikan antara kedua kelompok (p < 0,001).

Kesimpulan: Persepsi pasien terhadap perawatan ortodontik tidak selamanya berkorelasi dengan penilaian profesional. IOTN merupakan sebuah alat screening yang valid yang harus digunakan dalam klinik ortodontik untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, khususnya dalam pusat-pusat kesehatan yang menyediakan perawatan gratis.



Latar Belakang
   
Perawatan ortodontik merupakan sebuah perawatan pilihan yang tergantung pada persepsi dari pasien dan ortodontist yang merawat. Di Saudi Arabia, sektor-sektor negeri menyediakan perawatan ortodontik gratis bagi para penduduk Saudi Arabia. Ini tentunya menyebabkan panjangnya antrian penduduk yang bisa mencapai selama dua hingga empat tahun. Evaluasi kebutuhan aktual dan kebutuhan yang dirasakan sendiri akan perawatan ortodontik serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan-kebutuhan ini seperti kepribadian, sosial demografi, dan faktor psikologis dapat membantu dalam merencanakan pelayanan-pelayanan ortodontik dan memperkirakan sumber-daya serta tenaga manusia yang dibutuhkan. Disamping itu, perujukan yang tidak perlu oleh para dokter praktek umum dan daftar antrian yang panjang untuk perawatan ortodontik bisa dihilangkan dengan cara membatasi perawatan gratis bagi pasien yang mengalami maloklusi cukup parah untuk menjamin perawatan. Evaluasi ini juga bisa memprediksikan tingkat keinginan dan motivasi pasien terhadap perawatan ortodontik, yang dapat membantu dalam merencanakan program-program pendidikan di sekolah dan media untuk meningkatkan kesadaran pasien dan untuk mengatasi kendala-kendala dan hambata-hambatan dalam mencari perawatan.
   
Kebutuhan perseptif atau yang dinilai sendiri akan perawatan gigi telah dilaporkan terkait dengan tanda-tanda dan gejala-gejala tertentu, faktor-faktor sosio demografi dan kepuasan dengan perawatan gigi sebelumnya. Penelitian-penelitian terdahulu telah menunjukkan perbedaan antara persepsi pasien dan profesional terhadap kebutuhan perawatan ortodontik. Disini terlihat bahwa kebutuhan normatif atau kebutuhan aktual sebagaimana dinilai oleh profesional gigi tidak terkait dengan persepsi pasien selama kondisi belum berkembang menjadi simptomatik. Beberapa indeks telah dibuat untuk mengevaluasi maloklusi, seperti IOTN, PAR (Peer Assessment Rrating Index) dan ICON (Index of Complexity, Outocme and Need). IOTN dan ICON bisa berfungsi sebagai instrumen-instrumen netral untuk menentukan kebutuhan perawatan dan memungkinkan sumber-daya finansial untuk kasus-kasus ortodontik. Walaupun IOTN dan ICON cukup mirip dan sangat sesuai dalam mengukur kebutuhan perawatan pasien dari latar belakang etnis yang berbeda, namun IOTN telah banyak digunakan dalam literatur untuk mengevaluasi kebutuhan perawatan perseptif dan aktual pada berbagai latar belakang etnik berbeda dan terlihat sebagai alat penelitian yang lebih populer di Timur Tengah dibanding ICON. Disamping itu, IOTN lebih sederhana dibanding ICON dalam menilai kebutuhan perawatan karena ICON dirancang untuk mengukur kompleksitas perawatan disamping juga mengukur kebutuhan perawatan.
   
IOTN merupakan sebuah sistem skoring untuk maloklusi, dikembangkan oleh Brook & Shaw (1989). Sistem ini terdiri dari dua komponen independen, yaitu: DHC, yang merupakan indeks lima tingkat yang mencatat kebutuhan kesehatan gigi akan perawatan ortodontik, dan AC yang mencatat kebutuhan estetik akan perawatan ortodontik dengan menggunaan sebuah skala rangking baku 10 tingkat dengan fotograf-fotograf berwarna yang menggunakan tingkat ketertarikan terhadap gigi yang berbeda. Di Saudi Arabia, belum ada satu penelitian yang telah dilakukan berkenaan dengan kebutuhan perawatan diantara para pasien ortodontik reguler.
   
Tujuan dari penelitian kali ini adalah :

1.Untuk menilai kebutuhan perawatan aktual dan perseptif akan perawatan ortodontik diantara para subjek yang mencari perawatan ortodontik di kota Jeddah dengan menggunakan IOTN.
2.Untuk membandingkan subjek-subjek yang mendatangi klinik gigi pemerintah (KAAU), dengan yang mendatangi PDP dengan menggunakan IOTN.

Metode
   
Sampel yang terdiri dari 743 subjek (berusia 17 – 24 tahun) yang mencari perawatan ortodontik digunakan dalam penelitian ini. Sampel diambil dari dua tipe praktek yang berbeda, yaitu: KAAU (N = 489) dan dua PDP di kota Jeddah (N = 254) selama periode Agustus-November 2004. Semua subjek adalah keturunan Arab dan tidak memiliki riwayat perawatan ortodontik. Perawatan di KAAU bebas biaya sedangkan perawatan di PDP cukup mahal bagi penduduk umum Saudi. Semua subjek yang mendaftar dalam penelitian ini menandatangani sebuah surat izin. Masing-masing subjek diperiksa kebutuhan perawatan ortodontiknya dengan menggunakan DHC. Disamping itu, kebutuhan yang dirasakan sendiri akan perawatan ortodontik ditentukan dengan meminta masing-masing subjek untuk mengevaluasi ketertarikannya dengan membandingkannya dengan fotograf-fotograf standar dari  AC. Dua pemeriksa terlibat dalam peelitian, satu untuk DHC dan yang lainnya untuk AC. Kedua pemeriksa dilatih menggunakan material IOTN. Skor IOTN dan kejadian masing-masing variabel dihitung secara statistik. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah distribusi bebas sehingga uji non-parametrik digunakan. Kategori AC dan DHC dibandingkan antara kedua kelompok dengan menggunakan Chi-Square. DHC dan AC juga dibandingkan dengan menggunakan Chi-Square dan dikorelasikan menggunakan koefisien Korelasi Spearman. Protokol penelitian kali ini disetujui oleh Komite Etika Fakultas Kedokteran Gigi Universitas King Abdulaziz.

Hasil
   
Kejadian masalah ortodontik tertinggi dalam penelitian kali ini adalah displacement (89,1%), diikuti dengan crossbite (44,5%), overbite dalam (33,6%), overjet meningkat (33,6%) dan openbite (20%). Kejadian impaksi relatif rendah (8,2%). Kejadian bibir cleft dan palatal adalah 3,9% (Tabel 1).

Hasil dari AC menunjukkan bahwa diantara 743 pasien yang diteliti, 60,6% menunjukkan tidak ada atau sedikit kebutuhan akan perawatan, sedangkan 23,3% menunjukkan kebutuhan besar akan perawatan ortodontik. Perbandingan perkiraan ini dengan penilaian profesional menggunakan Chi-Square, menunjukkan bahwa DHC berbeda nyata (<0,001) dengan AC di ketiga kelompok; 15,2% tidak memiliki kebutuhan perawatan (Tingkat I dan II), 13,2% memiliki kebutuhan perawatan dasar (tingkat II) dan 71,6% memiliki kebutuhan besar akan perawatan ortodontik (tingkat IV dan V) (Tabel 2 dan Gambar 1). Korelasi Spearman antara AC dan DHC membuktikan tidak ada korelasi (r = -0,045) antara kedua komponen.

Perbandingan tingkat DHC antara kelompok KAAU dan kelompok PDP (Tabel 3 dan Gbr. 2) menunjukkan bahwa proporsi sampel yang diperkirakan memiliki sedikit atau tidak ada kebutuhan perawatan (Tingkat I dan II) secara signifikan lebh tinggi pada kelompok KAAU (18,2%) dibanding pada kelompok PDP (9,4%) (p , 0,001). Proporsi sedang (Tingkat III) berbeda signifikan antara kedua kelompok. Proporsi sampel yang diperkirakan memiliki kebutuhan perawatan yang besar secara signifikan lebih tinggi pada kelompok PDP dibanding pada kelompok KAAU (p < 0,001).

Perbandingan tingkat AC antara kelompok KAAU dan kelompok PDP (Tabel 4 & Gbr. 3) menunjukkan perbedaan signifikan antara kedua kelompok; tidak atau sedikit kebutuhan perawatan lebih besar pada kelompok KAAU (72,7%) dibanding pada kelompok PDP (37,4%) dan kebutuhan sedang dan kebutuhan besar lebih tingg pada kelompok PDP (40,55% & 22,04% masing-masing) dibanding pada kelompok KAAU (14,3% & 12,9% masing-masing).

Pembahasan
   
Hasil dari DHC memberikan beberapa petunjuk tentang pola maloklusi yang terlihat di kota Jeddah, Saudi Arabia, yang dominan utamanya untuk displacement, crossbite, bite dalam dan overjet yang meningkat. Akan tetapi, penelitian-penelitian skala besar diperlukan untuk mengevaluasi pola aktual dari maloklusi di bagian barat Saudi Arabia melalui pelaksanaan kajian survei pada sebuah sampel acak. Kelompok usia yang ditargetkan dalam penelitian kali ini cukup berbeda dibanding kebanyakan penelitian sebelumnya, yang dilakukan pada anak-anak dan remaja yang kurang bisa dipercaya persepsinya dibanding dewasa, khususnya ketika menggunakan IOTN yang sebagian merefleksikan persepsi subjek tentang estetik gigi dan permintaan akan perawatan ortodontik.
   
Perbedaan nyata antara AC dan DHC dan korelasi lemah negatif antara kebutuhan aktual dan perseptif akan perawatan orotodontik secara umum menunjukkan kurangnya kesadaran diantara penduduk Saudi tentang keparahan maloklusi yang dideritanya. Ini bisa terkait dengan pengetahuan kesehatan mulut mereka yang rendah serta orang tua yang tidak menghiraukan maloklusi. Ini sesuai dengan beberapa penelitian lain. Disamping itu, persepsi tentang sifat-sifat oklusal dalam segmen-segmen bukkal pada umumnya tidak terlalu diperhitungkan oleh orang-orang ketika membandingkan dengan yang terdapat pada segmen anterior. Hasil-hasil ini juga bisa terkait dengan sifat IOTN itu sendiri. Skor-skor DHC bisa diperbesar oleh urutan displacement, yang akan memberikan skor tinggi pada oklusi normal. Disamping itu, fotograf-fotograf standar dari AC tidak menunjukkan masalah-masalah ortodontik yang umum seperti open bite, yang mewakili insiden yang relatif tinggi pada sampel yang diteliti (20%). Ini bisa menyesatkan subjek yang memiliki openbite pada pada persepsinya tentang maloklusi. Dan juga, tidak ada bukti tentang bagaimana keparahan sifat-sifat ini dirasakan oleh penduduk. Kekurangan-kekurangan IOTN ini menunjukkan diperlukannya untuk meneliti kesesuaian IOTN dan ICON sebagai sebuah indeks untuk Saudi Arabia atau bahkan untuk mengembangkan sebuah indeks baru yang cocok dengan populasi seperti ini.
   
Hasil ini juga telah menunjukkan sedikitnya kesadaran dan apresiasi terhadap keparahan maloklusi diantara para pasien yang mencari perawatan di klinik gigi pemerintah seperti KAAU, ketika dibandingkan dengan yang membayar perawatan poliklinik gigi swasta. Ini dapat menjelaskan kurangnya pemenuhan yang terlihat diantara pasien-pasien tersebut. Sedikit kesadaran akan kebutuhan aktual untuk perawatan di kelompok KAAU bisa terkait dengan perawatan gratis yang diberikan, yang menarik siapapun untuk mencari perawatan tanpa memperhitungkan keparahan maloklusi yang dideritanya. Dengan demikian, disarankan untuk menggunakan DHC dan IOTN sebagai sebuah alat screening untuk mengevaluasi daftar tunggi pasien yang mencari perawatan ortodontik di klinik-klinik pemerintah. Ini dapat mengidentifikasi pasien-pasien yang paling duntungkan dengan perawatan gratis seperti ini dan selanjutnya dapat mengurangi daftar tunggu yang lama. Disamping itu, pengaplikasian biaya mnimum untuk perawatan di klinik pemerintah bisa membantu mewujudkan hal yang sama.

Kesimpulan
   
Terdapat kebutuhan mutlak akan perawatan ortodontik diantara penduduk Saudi yang tinggal di kota Jeddah, yang tidak sebanding dengan tingkat kebutuhan preseptif pada level sama dalam populasi yang sama. Tingkat AC dan DHC berbeda nyata antara pasien yang mencari perawatan gratis di klinik gigi pemerintah dengan yang membayar perawatan pada praktek-praktek gigi swasta.

No comments:

Post a Comment

Hubungan Indonesia-Australia di Era Kevin Rudd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang     Pada tanggal 3 Desember 2007, pemimpin Partai Buruh, Kevin Rudd, dilantik sebagai Perdana Menter...