Sunday, February 28, 2010

AGEN-AGEN PENGEMULSI

Disini akan dibahas secara singkat pengaplikasian praktis dari berbagai pengemulsi yang digunakan secara internal. Karbohidrat, protein, eter selulosa dan padatan-padatan yang terpecah halus bisa dipertimbangkan dalam kelompok pengemulsi ini. Saponin dan anion, agen aktif-permukaan anion, kation dan nonionik tidak digunakan sebagai pengemulsi untuk preparasi internal, dengan beberapa pengecualian, karena rasa yang dimiliki, toksisitas dan aksi pengiritasnya.


Karbohidrat
   
Zat-zat ini termasuk glikosida atau memiliki struktur yang mirip glikosida. Zat-zat ini banyak digunakan sebagai agen pengemulsi. Beberapa diantaranya berfungsi dengan cara mengurangi tensi inter-facial; sedang yang lainnya hanya memberikan viskositas bagi sebuah preparasi, sehingga meminimalisir  atau mencegah penggabungan tetes-tetes emulsi dan mencgah pembentukan krim. Sebuah pengemulsi yang berfungsi dengan cara ini disebut sebagai quasi-emulsifier. Semua zat alami ini bersifat anionik. Hampir semuanya menghasilkan emulsi minyak-dalam-air.
   
Seseorang musti berhati-hati dengan adanya sodium borat, cairan yang mengandung banyak alkohol dan larutan-larutan garam logam, karena zat-zat ini dapat merusak aksi pengemulsi dari karbohidrat. Jika diperlukan dalam sebuah formulasi, zat-zat ini harus diencerkan untuk mencegah retakan.
   
Acacia. Karbohidrat ini dianggap sebagai agen pengemulsi terbaik untuk digunakan secara umum dan banyak tersedia di kounter resep. Zat ini menghasilkan emulsi yang baik dengan viskositas rendah yang menarik kenampakannya, serta rasanya yang tidak pahit dan cukup permanen.
   
Karena viskositasnya yang rendah, emulsi-emulsi yang dibuat dengan acacia bisa membentuk krim dengan cepat, tapi sangat jarang ada minyak bebas yang terlihat pada permukaannya. Jika seseorang ingin mengurangi atau mencegah pembentukan krim dalam emulsi, maka sedikit zat seperti tragacanth, agar atau pectin bisa ditambahkan. Homogenisasi juga cenderung mengurangi kecenderungan untuk membentuk krim.
   
Pada metode Continental atau metode dry-gum, acacia digunakan dalam bentuk bubuk untuk memungkinkan hidrasi acacia secara cepat ketika air ditambahkan untuk membuat nukleusnya. Acacia granular digunakan dalam metode English atau metode wet-gum sehingga perekat cair yang terlepas dari gumpalan (seperti yang bisa terbentuk dengan gum bubuk dalam air) bisa diperoleh. Perekat acacia juga bisa digunakan dalam metode English.
   
Untuk setiap 4 ml minyak yang akan diemulsi, maka diambil 1 Gm. Acacia. Perbandingan normal untuk minyak-minyak volatil adalah 1 Gm. Untuk 2 ml. Dengan tergantung pada situasi, perbandingan acacia-minyak ini bisa meningkat. Emulsi acacia telah diketahui stabil pada range pH 2 hingga 11.
   
Tragacanth. Tragacanth merupakan sebuah quasi-emulsifier. Zat ini bisa digunakan dalam membuat emulsi dengan metode English atau metode Continental. Lebih sedikit tragacanth yang diperlukan untuk emulsifikasi dibanding acacia; 0,1 Gm. tragacanth digunakan untuk setiap 40 ml minyak.
   
Tragacanth digunakan dalam bentuk bubuk ketika menggunakan metode Continental. Dan jika metode English digunakan, maka perekat-cair dibuat dengan 1 bagian gum dan sekitar 20 bagian air.
   
Tragacanth menghasilkan emulsi yang sangat kasar yang tidak pecah, utamanya karena viskositas perekat-cair tragacanth. Emulsi-emulsi seperti ini biasanya tidak terlalu terang kenampakannya. Emulsi-emulsi tragacanth dapat diperbaiki kualitas materialnya dengan cara memasukkannya ke dalam penghomogenisasi.    
   
Dengan menggunakan tragacanth bersama dengan acacia dalam pembuatan emulsi, maka obat yang dihasilkan akan lebih kental, dan pembentukan krim (creaming) dapat dikurangi atau dicegah. Biasanya, 0,1 Gm. tragacanth diperlukan untuk setiap gram acacia.
   
Emulsi-emulsi yang dibuat dengan tragacanth cukup stabil pada media netral dan media asam, tapi tidak stabil dalam medium basa (alkalin).
   
Agar. Agar banyak digunakan dalam pembuatan emulsi petrolatum cair dimana acacia sering digunakan sebagai pengemulsi primer dan agar sebagai sebuah quasi-emulsifier. Contoh pemakaiannya adalah dalam Emulsi Petrolatum Cair, N.F. X.
   
Agar pada umumnya digunakan untuk meningkatkan stabilitas dan mencegah pembentukan krim emulsi. Agar paling sering digunakan sebagai sebuah perekat-cair dengan kekuatan 2 persen dan digunakan dalam proporsi 30 hingga 50 persen volume akhir. Disarankan agar emulsi yang mengandung agar dihomogenisasi setelah tinggal satu malam untuk mencegah pembentukan gel.
   
Chondrus. Chondrus digunakan dalam emulsi sebagai sebuah perekat dengan kekuatan 3 persen. Zat ini berfungsi sebagai quasi-emulsifier. Zat ini tidak dianggap sebagai pengemulsi yang sangat baik. Karena zat ini dapat menutupi rasa minyak ikan, maka zat ini banyak digunakan dalam produksi emulsi skala besar yang menggunakan minyak ikan. Semua emulsi yang mengandung chondrus harus dihomogenisasi.
   
Pectin. Emulsi bisa dibuat dengan menggunakan pectin dalam bentuk bubuk atau sebagai perekat-cair, metode Continental lebih memuaskan. Zat ini digunakan dalam konsentrasi 1 sampai 2 persen.
   
Pectin seringkali digunakan bersama dengan acacia karena berfungsi sebagai sebuah quasi-emulsifier dan memberikan kekentalan bagi emulsi yang dibuat dengan acacia. Jika digunakan bersama dengan acacia, maka sekitar 0,1 Gm. pectin diperlukan untuk setiap gram acacia.
   
Kita harus berhati-hati untuk mencegah penumpukan pectin dalam air dengan cara menambahkan gula atau gliserin ke dalam pectin sebelum penambahan air.
   
Sodium Alginat. Ini merupakan contoh lain dari quasi-emulsifier. Sifat-sifat pengemulsinya tidak terlalu bagus. Emulsi yang mengandung 50 persen minyak tetap bisa dibuat dengan 1 persen sodium alginate. Sangat sering zat ini digunakan bersama dengan acacia untuk menstabilkan emulsi.
   
Agen-agen lain. Dextrin, ekstrak malat, madu dan ekstrak licorice telah digunakan beberapa kali sebagai agen pengemulsi. Tak satupun dari zat ini yang merupakan pengemulsi yang baik dan tidak seringnya digunakan menunjukkan bahwa zat-zat ini tidak dijamin untuk dipertimbangkan.

Protein
   
Gelatin. Gelatin merupakan sebuah agen pengemulsi yang sangat baik asalkan digunakan peralatan yang sesuai. Zat ini banyak digunakan sebagai pengemulsi untuk petrolatum cair berat dan berfungsi sebagai pengemulsi yang baik ketika digunakan dalam konsentrasi rendah yaitu 1 persen. Dengan zat ini, tidak mungkin untuk membuat emulsi yang baik dengan menggunakan tehnik pengadukan atau tehnik penumbukan. Sebuah penghomogen harus digunakan. Meski sulit dibuat, namun emulsi gelatin memiliki warna yang sangat putih dan biasanya memiliki rasa halus dan menyenangkan.
   
Ada 2 tipe gelatin yang tersedia untuk digunakan secara farmasetik yaitu Farmagel A dan Farmagel B. Masing-masing tersedia dalam bentuk tergranulasi dan memiliki wilayah pemakaian yang spesifik. Farmagel A merupakan gelatin U.S.P yang tersedia secara komersial dari sebuah prekursor yang diperlakukan dengan asam dan memiliki titik isoelektrik antara pH 7 sampai 9. Farmagel A digunakan umumnya dalam sebuah larutan asam atau pH 3 hingga 3,5. Asam tartarat bisa digunakan untuk mengubah pH menjadi berada dalam range ini. Pada pH ini, asam tartarat memiliki muatan yang sangat positif; yaitu, bersifat kationik. Keberadaan muatan positif ini menghasilkan ketidakcocokan dengan pengemulsi yang bermuatan negatif seperti agar, acacia dan tragacanth. Pharmagel B merpakan sebuah gelatin U.S.P yang dibuat dari prekursor yang diperlakukan dengan senyawa basa dan memiliki titik isoelektrik antara pH 4,7 sampai 5. Zat ini umum digunakan pada pH di atas titik isoelektriknya antara pH 7 sampai 9. Sodium bikarbonat biasanya ditambahkan untuk mengubah pH menjadi termasuk ke dalam range ini. Pada range pH ini, Pharmagel B bermuatan negatif sehingga bentuk gelatin ini bisa digunakan dengan karbohidrat bermuatan negatif lainnya. Pharmagel A dan Pharmagel B membentuk emulsi minyak-dalam-air.
   
Kuning telur. Kuning telur adalah sebuah emulsi alami dari sebuah minyak yang diemulsifikasi dengan sebuah protein. Zat ini merupakan pereduksi tensi interfacial yang baik dan merupakan pengemulsi yang sangat baik, tetapi zat ini cepat menjadi rusak. Jika seseorang memilih menggunakan zat ini sebagai sebuah pengemulsi, maka harus ditambahkan pengawet yang baik dalam formula yang akan dibuat.
   
Rata-rata kuning telur yang berbobot antara 10 hingga 15 Gm., cukup untuk mengemulsi 120 mL minyak tetap atau 60 mL minyak volatil. Kuning telur membentuk sebuah emulsi minyak-dalam-air.
   
Agen-agen lain. Albumin telur, casein dan susu terkondensasi merupakan protein lain yang memiliki kemampuan pengemulsi tapi tak satupun dari zat ini yang banyak digunakan dalam prosedur-prosedur emulsifikasi yang melibatkan obat internal.

Eter-eter selulosa
   
Metilselulosa dan karboksimetilselulosa merupakan dua eter selulosa yang semakin meningkat penggunaannya sebagai quasi-emulsifier. Kita perlu menggunakan  sebuah homogenizer untuk memperoleh produk jadi yang baik pada saat menggunakan pengemulsi-pengemulsi ini. Keduanya cenderung membentuk emulsi minyak-dalam-air. Karena eter-eter ini bersifat nonionik, maka mereka kompatibel hampir dengan semua pengemulsi yang bisa bergabung dengannya.

Padatan-padatan halus
   
Banyak  zat-zat tidak-larut yang halus memiliki sifat pengemulsi. Contohnya adalah zat-zat seperti senyawa magnesium, endapan kalsium karbonat, kaolin, bentonite, silika gel, magnesium dan aluminium hidroksida dan garam-garam dasar dari tembaga, besi, nikel dan zink. Zat-zat yang tidak larut seperti ini mampu menghasilkan emulsi yang sangat halus. Jika ukurannya berupa koloid, maka mereka akan membentuk sebuah lapisan koheren di sekitar fase terdispersi, sehingga mencegahnya untuk bergabung satu sama lain. Hanya sedikit dari padatan yang tidak larut ini  digunakan dalam pembuatan emulsi internal, senyawa magnesium paling banyak dianjurkan.
   
Magma magnesia. Magma ini telah banyak digunakan sebagai sebuah pengemulsi untuk petrolatum cair yang berat. Zat ini merupakan pengemulsi yang sangat efektif karena partikel-partikelnya berukuran partikel koloid. Emulsi-emulsi dari magma magnesia dan petrolatum cairan berat bisa dibuat dengan cara mengagitasi dua cairan secara bersama dalam sebuah botol atau dengan menggunakan mixer mekanis. Magma magnesia membentuk emulsi minyak-dalam-air.
   
Magnesium oksida, walaupun terkadang digunakan sebagai sebuah pengemulsi, namun tidak sama efektifnya dengan magnesia magma karena partikel-partikel ini tidak begitu halus seperti yang ditemukan dalam magma.
    Magnesium trisilikat. Zat ini, sebuah senyawa dari magnesium oksida dan silikon dengan proporsi air berbeda, telah digunakan sebagai sebuah pengemulsi minyak-dalam-air untuk miyak ikan, minyak castor dan minyak mineral berat. Pengadukan berkecepatan tinggi harus digunakan dalam membuat emulsi seperti ini.

PENAMBAHAN KOMPOSISI-KOMPOSISI LAIN
   
Penambahan garam, syrup dan alkohol harus dipertimbangkan dengan cermat dalam pembuatan emulsi. Zat-zat ini mampu menimbulkan sebuah aksi pada pertemuan antar-muka (interface) yang bisa menyebabkan pecahnya emulsi. Sudah menjadi aturan umum bahwa komposisi-komposisi seperti ini harus dilarutkan dalam atau dicampur dengan air dan ditambahkan ke dalam emulsi dalam bentuk seencer mungkin, lebih baik sebelum membuat emulsi sampai volume akhirnya.
   
Jika sebuah komposisi dalam sebuah emulsi dapat larut dalam cairan yang menjadi terdispersi, maka komposisi itu harus dilarutkan dalam fase tersebut sebelum emulsifikasinya. Jika material ditambahkan setelah emulsifikasi, maka bisa menyebabkan penguraian lapisan protektif interfacial.

PEMBERIAN RASA
   
Emulsifikasi sebuah minyak dalam preparasi minyak-dalam-air lebih banyak memperbaiki rasa dari minyak tersebut. Akan tetapi, peningkatan rasa ini lebih lanjut bisa dicapai dengan penambahan bumbu dan agen pemanis.
   
Compendia resmi mengemukakan beberapa agen perasa untuk meningkatkan rasa. Biasanya perasa (bumbu) yang lebih halus, seperti vanila dan coklat, lebih efektif dalam hal ini dibanding minyak aromatik, walaupun tergantung pada pilihan seseorang, kebanyakan dari minyak yang diemulsi saat ini termasuk ke dalam kelas yang tidak memiliki bau yang ekstrim sehingga masalah untuk meningkat rasanya lebih mudah.
   
Biasanya bumbu ditambahkan ke fase eksternal setelah emulsifikasi minyak. Komposisi ini jarang ditambahkan ke fase internal kecuali pada emulsi minyak castor, dimana dua fase terkadang diberirasa. Biasanya, 0,1 hingga 0,5 persen minyak volatil digunakan. Vanilin, sebuah agen bumbu yang banyak dipakai, digunakan dalam konsentrasi 4 sampai 10 mg, per 100 mL emulsi.
   
Agen pemanis juga digunakan untuk meningkatkan rasa emulsi. Agen-agen pemanis ini sering ditemukan bersama dengan agen peeerasa. Sakarin, sukrosa, sorbitol dan gliserin merupakan pemanis yang umum digunakan.

PENGAWETAN
   
Hampir semua agen pengemulsi yang telah dibahas, terkecuali padatan halus, dapat mendukung pertumbuhan mikroba. Jika sebuah emulsi akan disimpan selama beberapa waktu, maka sebuah pengawet harus ditambahkan. Jika tidak, ada kemungkinan pengemuls akan mengalami pembusukan, sehingga menyebabkan kerusakan dan penguraian emulsi.
   
Sebuah pengawet harus dapat larut dalam fase cair agar bisa menjadi efektif karena organisme biasanya berkembang dalam fase ini. Alkohol, dalam jumlah 10 persen fase cair, merupakan sebuah pengawet yang umum digunakan. Asam benzoat, dengan kekuatan 0,2 persen, juga telah digunakan denganberhasil. Parahidroksibenzoat telah digunakan sebagai pengawet, tapi kelarutannya yang rendah dalam air membatasi penggunaannya dalam emulsi tipe minyak-dalam-air. Glyserin dan senyawa amonium kuartener telah digunakan sebagai pengawet. Beberapa minyak volatil yang digunakan dalam memberi rasa emulsi memiliki aksi pengawetan yang kecil. Refrigerasi emulsi harus dilakukan, jika memungkinkan, selama suhu rendah tidak menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan pada sifat-sifat fisiknya.

1 comment:

  1. wihh nice info, saya pengunjung setia web anda
    kunjung balik, di web kami banyak penawaran dan tips tentang kesehatan terutama kelopak mata
    Ada artikel menarik tentang obat tradisional yang mampu menyembuhkan penyakit berat, cek yuk
    http://goldengamatemasmitoha.com/pengobatan-radang-kelopak-mata/

    ReplyDelete

Hubungan Indonesia-Australia di Era Kevin Rudd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang     Pada tanggal 3 Desember 2007, pemimpin Partai Buruh, Kevin Rudd, dilantik sebagai Perdana Menter...